Rudi Saputro. Lahir di kota kecil bernama Banyuwangi. Semenjak kecil hobi membacanya sangat kental terasa, novel yang paling dia gemari saat masih SD adalah Goosebump dan komik komik lainnya yang tenar di era tahung 90-an. Cucu dari seorang veteran perang bernama Tirto Said ini memiliki minat pada bidang seni sedari kecil.
Yang paling mendekatinya adalah kecintaanya pada sastra. Hobi membaca dan menulis inilah yang membuat ia yang saat ini memiliki kesibukan sebagai karyawan swasta dan guide menjadi seorang penulis. Bidang tulisannya ini sendiri bukan sekedar tulisan biasa, tapi tulisan yang sangat kritis. Kritikan dan sindiran pedas terhadap siapapun yang dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau ketidakpasan jalan pemerintahan yang sudah usai maupun yang sekarang.
Pria tamatan Universitas Muhamadiyah Malang ini menumbuhkan pemahaman kritik politiknya saat menjadi mahasiswa dulu. Konon setelah sebuah demo besar tentang kenaikan harga BBM sesaat setelah presiden SBY diangkat. Dari sanalah ia merasa harus tahu dan harus mengerti tentang perkembangan politik yang menentukan kehidupan masyarakat yang pada akhirnya nanti akan ia hadapi cepat atau lambat. Hal ini yang membuatnya mencatat semua hal yang terjadi di dalam buku catatannya. Namun sayangnya beberapa waktu dulu, saat ia masih bekerja di kota Denpasar ia kehilangan beberapa catatan-catatan yang ia anggap penting setelah dengan sangat terpaksa ia harus menjual laptopnya sesegera mungkin karena adanya sedikit masalah keuangan.
Beberapa karya fiksinya juga sudah banyak beredar di masyarakat. Antara lain, Acta es Fabula, Negeri yang bersedih, Surat Untuk perempuan. Beberapa bukunya juga sudah beredar di beberapa toko buku midle seperti togamas di wilayah jogjakarta. Karya-karyanyapun mengandung banyak unsur kritik yang keras terhadap pemerintah yang dianggap tidak pro terhadap rakyat kecil. Walaupun tulisannya terkenal dengan banyaknya kritikan, selipan sisi romantisme yang biasanya diambil dari catatan harian yang menemaninya mengembangkan pemikiran kritis tetap melekat erat di dalamnya. Hal ini terilhat dari beberapa puisi melankolis yang terdapat di dalamnya, yang barang tentu menjadi ciri khas tersendiri untuk gaya kepenulisannya.
Tulus dan menjunjung kejujuran adalah beberapa perkataan orang-orang yang sudah membaca karya sastranya. Definisi tersebut muncul setelah tulisannya dalam novel ACTA ES FABULA yang memunculkan kritik ketenagakerjaan ia buat dengan tidak melupakan kaedah-kaedah kepenulisan novel fiksi. Diapun berharap bahwa buku yang ia tulis ini nantinya bisa dijadikan sebagai referensi pandangan, pemikiran baru dalam konteks perjuangan lewat karya sastra yang tidak harus selalu berisi materi fiksi yang biasa beredar di khalayak umum.