Semua Bermula dan Berakhir pada Niat Kita!

Kapan terakhir kali kita mengecek niat kita untuk melakukan satu hal entah pekerjaan, pekerjaan sehari-hari, perkuliahan, atau perbincangan ringan di sela-sela kesibukan bersama sahabat-sahabat karib?

Ibaratnya sebuah pondasi di sebuah rumah, maka niat adalah pondasi bagi semua perbuatan. Ia selayaknya kompas penunjuk arah mengenai ‘mengapa kita harus melakukan hal ini ataupun harus tidak melakukan hal ini’. Allah SWT memberikan ganjaran pahala bagi hamba-hamba-Nya yang memaknai setiap perbuatan sebagai ibadah. Bagaimana caranya agar senantiasa bernilai ibadah? Simpel. Niatkan perbuatan kita hanya untuk Allah SWT semata. Alangkah indahnya bukan apabila semua dilakukan karena Allah SWT. Hati terasa ringan, tidak ada beban, tidak merasa tertuntut di sana-sini. Pun bisa maksimal karena ganjarannya adalah pasti akan ditepati oleh-Nya.

Menemukan satu quote yang sangat cantik dengan bab niat ini, yaitu dari Yasmin Mogahed yang menyatakan

“People are so afraid of pain. Terrified of falling or failing. Terrified of the break. Terrified of picking up the pieces. That is why we don’t try. That is why we don’t put ourselves out there or really live. But we only fear pain, and breaks and wounds, because we rely on ourselves to heal them. If we truly believed that no matter how hard we fell, someone would catch us. If only we believed that no matter how broken, how much pain, how deep the wound, we could run to the Healer. We would no longer be so afraid to try, to risk, to live.
To feel. And that would look like courage.

Kalau dihubungkan dengan perkara niat, apabila kita meniatkan bahwa apa yang kita lakukan itu akan ditolong Allah SWT, maka tidak ada rasa takut, khawatir, marah. Bukan berarti kita sebagai manusia tidak bisa ataupun tidak boleh merasakan emosi-emosi negatif. Segala kesalahan dan emosi negatif tersebut menyatakan dan membuktikan bahwa kita masih hidup sebagai manusia. Akan tetapi, di situlah ujian kesabaran dan ujian terhadap niat kita di awal perbuatan. Melawan rasa takut itu baru yang namanya keberanian. Melawan rasa khawatir itu baru namanya tawakkal. Melawan rasa marah yang menggebu, itu namanya sabar.

Nah, di akhir perbuatan, ada yang namanya hasil. Ia tidak bisa diatur oleh manusia. Ya, bisa sih, tapi tidak mutlak, karena masih ada yang Maha Kuasa, yang Maha Menentukan. Ia-lah yang akan menentukan seberapa baik dan maksimal dari usaha kita.

Affiliate Buku

Sebagai muslim, kita memang ditekankan untuk menghargai proses. Namun, patut diingat bahwa sebagai muslim kita akan dinilai di akhir nanti, di Hari Akhir Pembalasan. Maka, satu, hargai proses dan hasil. Dua, hargai niat diri sendiri dan orang lain dalam melakukan perbuatan. Tiga, ingat bahwa niat harus dimulai diawal, diperbarui di tengah, dan dijaga agar senantiasa lurus di akhir.

Tinggalkan komentar