Festival Dirgantara sore itu, mempertemukan Endah Agung Dewanti dengan seorang laki-laki tua misterius yang membuatnya rela untuk melakukan lompatan waktu. Novel ini bercerita tentang perjalanan waktu seorang perempuan muda untuk bertemu dengan kekasihnya seorang pilot pesawat tempur yang berpangkat Komodor Udara. Apakah kekuatan cinta dapat membuat mereka bisa bersatu? Novel ini akan menjawabnya.  

Mungkin ini satu dari sedikit novel yang menceritakan suatu kehidupan, kisah percintaan dan kepahlawanan di ranah kedirgantaraan yang selama ini jarang disentuh oleh penulis novel. Suatu kreativitas yang berani.- Prof. Paulus Wirutomo (Guru Besar FISIP – Universitas Indonesia).  

Sepuluh tangga yang disajikan Endang – penulis, tidak dengan serta-merta membantu pembaca masuk dan menduga alur cerita secara linier. Pada akhirnya pembaca yang harus tiba pada helaan napas: Oh jadi begini maksudnya? – Dr. Prudensius Maring (Antropolog, dosen Universitas Budi Luhur).

Kemudian hal yang juga membuat saya terperangah adalah penulisan tentang manuver penerbangan, menunjukkan bahwa penulis itu menguasai dunia penerbangan atau setidak tidaknya selalu bergelut dalam dunia kedirgantaraan… Kemudian pertanyaan lebih misterius, Endah yang awal itu sebetulnya sudah mati atau belum sih? – Chrys Kelana (Wartawan Senior).