Diro Aritonang
Penyair berdarah blaster Batak-Jawa-Sunda ini, adalah putra kelahiran Kalianda, Lampung Selatan, 3 April 1957. Ia lebih dikenal sebagai penyair progresif yang banyak menulis puisi-puisi protes dan kritik sosial yang dimulainya sejak tahun 1980. Penyair ini sempat ditangkap dan dipenjarakan yang berwajib, pada masa pemerintahan Orde Baru, baik di Bandung (1983) dan di Lampung Selatan (1985) karena puisi protesnya terhadap penguasa, puisi perlawanan tentang buruh dan puisi perlawan petani cengkeh di Lampung. Selain dikenal sebagai penyair, ia pun dikenal sebagai pelukis, kritikus, esais dan wartawan di Pikiran Rakyat Bandung. Selain karya-karyanya berupa buku sastra, juga ia telah melahirkan buku politiknya yang terkenal pada masa reformasi.
Menempuh studi di Akedemi Cinematografi Bandung, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung pada jurusan teater, Fakultas Sastra Unpad jurusan Bahasa & Sastra Indonesia, Sekolah Tinggi Filasafat “Suryagung Bumi Bandung” untuk kelas martikulasi, dan Uninus pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebagai penyair, ia telah menerbitkan kumpulan puisinya yang telah diterbitkan “Kesadaran” (1980), “Penyair Bawah Tanah” (1981), “Akar Rumputan” (1996) dan berbagai antologi puisi yang terbit bersama rekan-rekannya; “Puisi Temu Kreatifitas” (1980), “Kumpulan Puisi 17” (1981), “Senandung Bandung” (1982), “Malam Seribu Bulan” (1991), “ORBA” (1993), “Cermin Alam” (1996), “Tikungan demi Tikungan” (1996), “Malam 1000 Bulan II” (1997), “Tangan Besi” (1998), dan buku politiknya yang terkenal “Runtuhnya Rezim daripada Soeharto, Rekaman Perjuangan Mahasiswa Indonesia 1998” (Pustaka Hidayah, 1999).
Pergulatannya dalam event organizer, telah dilakukan sejak tahun 80-an, yang menyelenggarakan berbagai kegiatan, baik itu pertunjukan kesenian dan kebudayaan, gelar sastra, seminar, dan berbagai event lainnya. Sejak tahun 2000, menjadi konsultan (ekspert) di beberapa event organizer besar di Kota Bandung. Banyak mengikuti kegiatan seni, pameran dan pariwisata di luar negeri, Singapura, Malaysia, Thailand, Rublik China, Berlin German, Turki, Yunani, beberapa negara Timur Tengah, Arab Saudi, Irak, Jordania, Israel, Palestina dan beberapa negara lainnya.
Sejak 2008 ia memimpin Forum Estetika Kota Bandung dan Yayasan Pengkajian Seni Pertunjukan (PSP) Jawa Barat yang banyak menyelenggarakan event-event besar seperti “Braga Festival”, “Bandung Art Festival”, dan banyak lagi. Kini di Kalianda Lampung Selatan, ia mendirikan organisasi masyarakat “Krakatoa Connection Forum” dan Ketua Dewan Penasehat “Raga Rajabasa” Kalianda Lampung Selatan.