Iwan Mucipto Moeliono mengambil S1 bidang Hubungan International, FISIP di Universitas Katholik Parahyangan Bandung. Menjadi ―mahasiswsa abadi‖ sampai 1981 karena ―apapun dilakukan kecuali kuliah, termasuk sebagai atlet nasional karate. Sebagai pejabat Ketua Dewan Mahasiswa UNPAR, turut dalam ―Gerakan 77‖ memprotes regim, dan untuk itu sempat dikuliahkan di dibalik jeruji. Kemudian bekerja disejumlah lembaga pembangunan seperti IWACO dan FAO, lalu 1991 terjun sebagai aktivis LSM, termasuk sebagai Presidium WALHI di Bali dan NTB serta anggota delegasi INGI. Di Lombok Iwan mempelopori gerakan wisata alternatif dan melakukan advokasi bagi masyarakat adat di Rinjani dalam memperjuangkan hak budaya mereka. Tahun 1992-1993 mengambil kursus ekologi sosial dan studi budaya di Pitzer College, Claremont, California, dan dengan Prof. Dawn Wiedeman membuat film ―The Lombok Controversy yang diedarkan di AS. Tahun 1998 menyelesaikan studi S2 filsafat di UI, kemudian menjadi konsultan untuk sejumlah proyek pembangunan masyarakat di Magelang, Yogyarta dan Aceh. Terakhir menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Patra Pala (ekologi sosial) dan Ketua Center for Bamboo Aplication yang memperjuangkan bambu sebagai komoditi strategis dan sebagai pilar ekonomi rakyat. Juga menjadi anggota Badan Strategis Partai Hijau Indonesia dan sudah menulis dua novel, ―Rafiq dan Sari‖ dan ―Looking forWayan‖