Muslim ibn Wahidin ibn Sukiran adalah putra pertama dari lima bersaudara. Ia dilahirkan di Bekasi pada hari Senin, 7 Juli 1982 (data asli tanggal 6 Oktober 1981). Kesalahan penulisan dimulai pada saat perpindahan sekolah dasar yang tidak dilengkapi administrasi saat itu (maklumlah tinggal di desa, jadi kurang peduli pada data semacam itu). Ayahnya seorang petani bernama Wahidin (Karawang) dan ibu bernama Lathifah (Bekasi). Pernikahannya di tahun 2010 dengan Aisyah D. Aprianti diberi anugerah putra-putri; Dzakiyyah dan Sa’ad sehingga nama kunyah beliau Abu Sa’ad.
Perjalanan pendidikan dimulai dari usia pra sekolah oleh sang ibu. Ia belajar membaca Al-Qur’ān pertama kali kepada ibunya. Setelah masuk Madrasah Ibtidaiyyah di kampung Bulu Tambun, Muslim kecil mulai banyak belajar. Saat itu ia senang mengoleksi dan membaca buku-buku cerita fiksi. Kebiasaan itulah yang membuatnya gemar membaca buku sampai saat ini. Muslim kecil ini mulai mengenal bahasa Arab dasar dari Ustadz Tatang guru mengaji, Ustadzah Yayah, dan Tahsin Al-Qur’ān kepada Ustadz Ismai’īl sampai lulus SD.
Pada tahun 1994, ia lulus dari SDN Gapura Winaya desa Mekar Jaya. Tahun 1997 lulus MTs Al-Hidayah Kedungwaringin Bekasi. Di sanalah ia mulai lebih banyak belajar ilmu syar’i dasar. Di antara guru yang paling dikenangnya adalah Ustadz Ahmad Baihaqi (Al-Qur’ān Hadits), terutama qawa’id dasar ilmu tajwid; Ustad Ahmad Munawar (SKI), dan yang lainnya tidak bisa disebutkan di sini. Ditingkat SMA beliau melanjutkan sekolah di SMK Bhinneka Karawang sampai lulus pada tahun 2000. Untuk sementara pendidikan formal sempat terhenti lantaran biaya belajar di perguruan tinggi cukup tinggi. Maka Ia memutuskan untuk bekerja di dua perusahaan asing sampai tahun 2009.
Setelah mapan bekerja dan memiliki penghasilan cukup, pada tahun 2004 ia melanjutkan studi di Fakultas Agama Islam jurusan Tarbiyah Universitas Islam ’45 Bekasi kelas reguler (Pagi dan Sore). Meskipun tetap bekerja, pendidikan menjadi prioritas utama baginya sehingga selesailah perkuliahan yang dijalaninya selama empat tahun. Aktivitas bekerja dan kuliah tidak mengurangi ketertarikannya untuk belajar di luar kampus. Maka di sela-sela aktivitasnya itu, ia banyak mendatangi majelis-majelis ilmu sekitar Karawang, Cikarang, dan Bekasi kepada para asatidzah di sana. Di antaranya: Ustadz Abu Hilmi, S.Pd.I. (Fathul Majid, Riyadhu ash-Shālihīn); Ustadz Ade Abdurrahman (bahasa Arab; al-Muyassar); Ustadz Ahmad Rafi’i, Lc. (al-Kabā’ir); Ustadz Zaenal ‘Ābidin, Lc. (al-Kabā’ir dan kajian-kajian tematik, Hilyah Thālib al-‘Ilmi, Musthalah Hadits, dan bagian awal kitāb Jāmi’ at-Tirmidzi, darinya sering pula mengikuti kajian Tafsir Ibn Katsir dan Bulugh al-Marām (sejak di radio Dakta dan Rodja mulai mengudara)); Ustadz Abu Qotadah (Lum’atu al-I’tiqad dan kajian-kajian tematik seputar manhaj). Sesekali beliau menghadiri kajian di majelis Ustadz Yazid ibn Abdul Qadir Jawaz hafizhahumullāh.
Pada tahun 2010-2011, beliau berkesempatan belajar di program I’dād al-Lughawi Hidayatunnajah dan mulai menghadiri majelis Syarah Shahih al-Bukhari (salah satu kitab ensiklopedi hadits) di Krukut Jakarta Kota yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim Abdat hafizhahullāh. Di sanalah beliau banyak mendapat faedah ilmu hadits dan Musthalah al-Hadits serta faedah yang berkaitan dengannya. Selain itu ia banyak pula mengenal kitāb-kitāb para ulama lainnya dari beliau. Bahkan beberapa kutaib seperti Ushul as-Sunnah karya Abdullah ibn Ahmad ibn Hambal, Ibn Abi Hatim, dan al-Muzanni selesai dibahasnya. Selain hadir di majelis di atas, sejak tahun 1998, penulis sudah mengikuti kajian-kajian yang disampaikannya, mulai diskusi yang menarik di radio Dakta saat itu sampai tabligh akbar dan daurah-daurah di beberapa pesantren.
Setelah lulus kuliah ia mengabdikan diri di Pesantren Islam Hidayatunnajah Bekasi. Pengalaman ilmiah banyak dilalui pula setelah di ma’had ini. Selain mengikuti seminar-seminar pendidikan di sana, ia berkesempatan mengikuti daurah-daurah di ma’had lain seperti ar-Rāyah Sukabumi yang dihadiri oleh pemateri Syaikh Dr. Abdurrahman as-Siddi (Qawa’īd wa Dhawābit at-Takfīr Inda Ibn Taimiyyah), Dr. Razin ar-Rāzin, dan lainnya; daurah di ma’had al-Imam al-Bukhari Surakarta bersama Syaikh Dr. Abdul Malik Ramadhani (kitāb Kamā Takūnū Yuwallā ‘Alaikum dan kitab lainnya); syaikh Dr. Ibrahim Ruhaili (Mauqīf Ahlu as-Sunnah); daurah di puncak Bogor yang dihadiri oleh Syaikh Dr. Sa’ad as-Satsri (Maqāshidu asy-Syar’i dan kitab lainnya). Daurah (majelis samā’) kitab Al-Muwatha karya Imam Malik diikutinya pula pada saat kunjungan syaikh Abd al-Hamid al-Bukhari (guru di masjid Nabawi) ke Pesantren Jamīlu ar-Rahmān Yogyakarta pada bulan Syawal 1437 H/tahun 2016.
Beliau pernah menghadiri muhadharah para ulama yang berkunjung ke Indonesia seperti syaikh Prof. Dr. Abdu ar-Razzāq al-Badr, Syaikh Dr. Sulaiman ar-Ruhaily, syaikh Dr. Musa Nashr, syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, syaikh Salim ‘Ied al-Halabi, dan syaikh Mashur Hasan Salman. Pada tahun 2014, di sela-sela ibadah umrah, penulis berkesempatan duduk bermajelis di hadapan syaikh Abdu ar-Razzāq di masjid an-Nabawi dan di masjid al-Haram sempat duduk di majelis syaikh al-‘Arusy yang membahas kitāb Aqidah wasithiyah. Al-hamdulillāhi alladzi bi ni’matihī tatimmu ash-shālihāt wa hafizhahumullāhu jamī’ā
Aktivitas saat ini mengabdi di Pesantren Islam Hidayatunnajah dan menjadi guru pada materi Sejarah Kebudayaan Islam. Selain mengajar, ia dipercaya sebagai wakil kurikulum sejak tahun 2010-2015 lalu. Dua tahun terakhir, beliau diamanahi sebagai kepala MTs. Annajah Bekasi dan berkonstribusi di majalah pesantren sebagai tim redaksi dan terus berkarya di dunia tulis menulis yang digelutinya sejak tahun 2008 di Pustaka Widya Utama Bekasi. Pendidikan terakhir ditempuhnya di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor sejak tahun 2015-2017. Ia berhasil meraih gelar Master Pendidikan Islam (M.Pd.) dengan judul tesis, “Konsep Adab Penuntut Ilmu Menurut Ibn Abd al-Barr dan Relevansinya dengan Pedidikan Nasional.” Setelah itu, ia diminta menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatunnajah.
Karya ilmiah yang dipublikasikan di majalah Hidayatunnajah: Imam Abu Hanifah, Pelopor Madzhab Fiqih Dunia (2014); Imam Malik, Imam Darul Hijrah & ‘Alimul ‘Ulama (2014); Imam Syafi’i rahimahullah, Sang Mujaddid Abad ke-2 Hijriyah (2015); Al-Imam Ahmad Ibn Hambal ‘Alim Rabbani yang Terzhalimi (2016); Karbala, Saksi Bisu Pengkhianatan Terhadap al-Husein radhiallāhu ‘anhu (2016); Al-Imam Ibn Abd Al-Barr Al-Andalusi, Sang Pemilik Mutiara Adab Islami (2016); Al-Imam An-Nawawi ad-Dimasyqi & Iktisar Mutiara Adab Terhadap Al-Qur’an (2017); Al-Imam Al-Bukhari, Ahli Hadits Khurasan & Rujukan Ulama Sepanjang Masa (2017). Sebagian artikel tersebut sudah di-upload di web: academia.edu. Publikasi ilmiah berupa jurnal, Eksistensi Gontor di Tengah Arus Modernisasi Pendidikan (Model Inovasi Kurikulum) di Jurnal Penelitian Pendidikan (UPI Bandung, 2017) dan Presentasi makalah pada Seminar Nasional (Proceeding), Konsep Adab Penuntut Ilmu Menurut Ibn Abd Al-Barr dan Relevansinya dengan Pendidikan Nasional (2017).
Muslim, Abdul Hayyie Al-Kattani, & Wido SuprahaProfesi/Instansi