RIHAN MUSADIK, nama yang diberikan orangtua sejak kecil dan sudah tercatat di lauhul mahfuzh sebelum si Pemilik nama terlahir ke dunia. Tercatat juga di akta kelahiran bahwa seorang hamba yang bernama Rihan Musadik lahir di Desa Pagat, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Barabai (Kalimantan Selatan) pada hari Jum’at, 25 Januari 1991, pukul 04.30 WITA. Kalau dikonversikan ke kalender hijriyah, lahir pada 10 Rajab 1411 H. Anak yang ketiga—di akta kelahiran tertulis anak ketiga, sebenarnya anak keempat karena anak pertama Bapak Ibu meninggal pada saat masih bayi—dari pasangan Kustono dan Murniati.
Lelaki yang akrab dipanggil Rihan ini menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 3 Purbalingga (lulus tahun 2003), SMP Negeri 2 Purbalingga (lulus tahun 2006), SMK YPT 2 Purbalingga (lulus tahun 2009), S1 FIK UNY (wisuda tahun 2014). Dan menjalani pendidikan tidak formal di berbagai ranah kehidupan yang kadang lebih membekas daripada pendidikan formal.
Penulis asli keturunan Jawa (Sokaraja, Banyumas) ini menganggap dirinya sebagai santri abadi, karena ketika seseorang menganggap dirinya alim dan tidak mau lagi untuk belajar, sebenarnya ia adalah orang yang bodoh. Sehingga santri abadi adalah seorang muslim yang terus-menerus belajar, mengaji, menuntut ilmu, dan memperbaiki diri, yang tiada lain tujuannya adalah untuk Allah semata.
Kini penulis sedang berkhidmah sebagai staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Nurul Ummah yang terletak di Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas. Alhamdulillah, saat ini masih berkesempatan untuk menjadi mahasiswa di Pondok Pesantren Zam-Zam Muhammadiyah Banyumas, Program I’dad Du’at wal Mu’allimin untuk belajar lughatul ‘arabiyah dan ‘ulumuddin.
Penulis bisa dihubungi melalui nomor whatsapp 085227962024.