Sri Lestari, anak terakhir dari empat bersaudara ini adalah lulusan Universitas Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S1 Fisika dari 2004 dan lulus 2008. dan melanjutkan pendidikan S2 pada tahun 2010 hingga 2012 di biomedical engineering UGM. Selama menempuh pendidikan tingginya, dia menekuni profesi lain selain mahasiswa, yaitu sebagi guru les privat dan kelas. pengalamannya dalam organisasi dia peroleh karena kesukaan dan hobinya, yaitu menulis, hingga menjadikan
dia sebagai pimpinan umum Lembaga Penerbitan di organisasi tersebut. dalam organissi, dia pun mengikuti speaking club khususnya english conversation. Kemandiriannya dia pupuk dengan menjadi partimer di sela waktu kuliahnya. Organisasi yang menampung semua kegiatan itu adalah Koperasi ‚Kopma UGM‛. Kemampuannya untuk menulis kembali diuji ketika
dia mengikuti ajang kreativitas mahasiswa pada tahun 2007. Awalnya proposal yang ia tulis itu tidak cukup meyakinkan
ia akan bisa lolos seleksi. namun, hasil seleksi membuktikan bahwa anggapannya itu keliru. Proposalnya lolos. dia sebagai ketua tim dengan 4 anggotanya, berhasil meyakinkan reviewer ketika presentasi terakhir, hingga membawa mereka ke ajang bergengsi, PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) XX di Bandar Lampung pada Juli 2007. Pada tahun 2011, perempuan kelahiran 24 November 1986 ini membuktikan kecintaannya pada bidang pendidikan dan menulis, melalui bukunya ‘Tutor Senior Olimpiade Tingkat SMP Lima Benua’. Sebenarnya dia tak hanya suka menulis, tapi juga suka mendengarkan musik. Saat belajar, dia seringkali harus ditemani oleh radio untuk mendengarkan musik, apalagi ketika harus lembur mengerjakan laporan praktikum. Musik yang ia sukai tak hanya yang slow, bahkan yang bergenre rock pun ada yg ia suka, atau setidaknya dia tau. Sampai ada teman yang menjulukinya lady rocker, krn dia kaget, seorang perempuan berjilbab kog suka musik rock. Bagi dia, lagu-lagu barat adalah sarana dia untuk belajar bahasa inggris, itu pada awalnya… tapi lama kelamaan jadi suka. Al hasil, dia mendengarkan lagu itu dengan mengira-ira isi lagu tersebut, itu berjalan begitu saja tanpa ia sadari. Hingga suatu hari ia sakit demam dan sakit kepala. Ketika ia sakit itu, obat yg diberikan dokter justru menambah sakit yg ia rasakan. Obat itu pun tak diminumnya lagi. Beruntung ada teman-teman kosnya yang ada selalu membantunya. Suatu hari, semua temantemannya harus pergi dan tidak pulang ke kos. Sakit yang ia rasakan mau tak mau ya dia rasakan sendiri, maksudnya tanpa teman di dekatnya. Atas izin Allah, dia mendengarkan lantunan lagu, kali ini asmaul husna. Entah mengapa, air matanya mengalir tak terbendung. Dia rasa ini bukan hal yang kebetulan. Dan tumbuh keinginan dia untuk selalu mengingat Allah. Dan atas izin Allah, dia sembuh setelah itu. Keinginan ia untuk menghafal Al-Qur’an pun muncul. Surat yang ingin dia hafal adalah Al Waqiah. Tak tau alasannya kenapa bukan juz 30, bukan pula dari depan. Ternyata dalam surah tersebut menggambarkan kondisi surga dimana disana tidak ada perkataan yang sia-sia. Subhanallaah… siapa yg tak ingin di tempat seperti itu? Jika ingin berada ditempat yang tidak ada perkataan yang siasia melainkan ucapan salam, lalu sekarang apakah perkataannya banyak yang sia-sia atau untuk yang tidak sia-sia? Renungan itu yang membuat dia lebih mencintai dzikir, insyaAllah. Dia mengalami sendiri bagaimana kesukaannya pada
lagu-lagu yang tanpa disadari menjadi kebiasaan untuk dia banyak bernyanyi daripada berdzikir. Pun dengan perasaan,
terkadang merasa senang, sedih, galau terbawa nuansa lagu yang didengarkan. Dan satu lagi, apa yang sering didengarkan, itu pula yang terngiang saat ia sendiri, atau sedang tidak beraktivitas. Apakah dia sendiri yang begitu? Ternyata tidak. Seorang ibu bercerita padanya bahwa apa yang ia dengar terakhir di tempat kerja, itu yang terngiang dan tanpa ia sadari ia nyanyikan sepanjang perjalanan pulang. Dia menyadari bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Ayat-ayat Allah itu benar. Jauh lebih berkualitas daripada sekedar lirik lagu-lagu. Tanpa bermaksud mengharamkan lagu dan musik, dia mengalihkan kesukaannya pada perkataan yang tidak siasia dan justru membawa keberuntungan dunia dan akhirat. Melalui buku ini dia mengajak generasi muda untuk meraih sukses dengan dzikir. Takut dibilang nggak gaul? Jangan salah, justu gaul abiiiizzz. Dia berharap bahwa apa yang ia tulis ini menjadikan manfaat yang besar dan tidak ada putusnya. Bagi dia dan orang lain. Semuanya. Aamiin… Selain melalui buku, dia juga menulis artikel di www.calesmart.com yang dikelolanya.