7 Sistematika Resensi Penting Beserta Contoh

Sebelum membaca buku, menonton film, atau mendengarkan musik tertentu, beberapa orang biasanya akan mencari resensi mengenai karya tersebut. Resensi juga dapat dituliskan oleh seseorang setelah menikmati karya tertentu. Salah satu unsur paling penting dalam membeli buku atau menerbitkan buku adalah adanya resensi. Yuk kenali sistematika resensi buku berikut.

Ternyata, resensi menjadi sesuatu yang dianggap penting bagi sebuah karya. Sebenarnya, apa itu resensi dan mengapa resensi menjadi hal yang penting?

Secara singkat, resensi dapat disebut juga sebagai ulasan, atau penilaian atas sebuah karya. Adanya resensi berguna bagi pembuat maupun penikmat karya. Ini artinya, sebuah resensi tidak bisa ditulis asal-asalan atau sembarangan.

Apa yang dimaksud dengan resensi dan bagaimana cara penulisan resensi yang tepat dengan sistematika yang benar? Simak artikel berikut ini agar lebih memahami tentang sistematika resensi.

Pengertian Resensi

Resensi sering juga disebut sebagai ulasan atas sebuah karya, dapat berupa buku, film, musik, drama, dan berbagai jenis karya seni lainnya. Namun resensi bukan hanya sekadar ulasan akan sebuah karya seni, tapi juga merupakan penilaian dari penulis resensi akan karya seni tersebut.

Affiliate Buku

Resensi juga dapat disebut sebagai kegiatan untuk menilai, membahas, mengkritik, maupun mengungkapkan kembali isi dari sebuah karya. Penulis resensi akan memaparkan berbagai data, sinopsis, kritik, serta penilaiannya akan sebuah karya sastra.

Para ahli juga memberikan pemahamannya mengenai pengertian resensi sebagai berikut:

1. WJ. S. Poerwadarminta

Resensi menurut WJ. S. Poerwadarminta merupakan suatu pertimbangan atau perbincangan mengenai sebuah buku yang menilai kelebihan maupun kekurangan buku tersebut, menarik atau tidaknya tema dan isi buku, kritikan, juga dorongan kepada khalayak mengenai perlu atau tidaknya buku itu dibaca.

2. Yus Rusyana

Menurut Yus Rusyana, resensi adalah tulisan tentang buku pengetahuan, sastra, kamus ensiklopedia, atau lainnya yang menggambarkan, menjelaskan, dan menilai buku.

3. Euis Sulastri

Menurut Euis Sulastri, resensi adalah kupasan atau pembahasan mengenai buku, film, atau drama yang dapat disiarkan melalui media massa, misalnya seperti majalah atau surat kabar.

Sistematika Penulisan Resensi

Sebuah resensi tidak bisa dibuat dengan sembarangan, sebab ada unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam penulisan resensi. Penulisan sebuah resensi, baik itu buku, film, musik, atau karya seni lainnya harus mengikuti sistematika yang ada. Tujuannya adalah agar resensi yang dihasilkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada pembaca.

Berikut ini adalah sistematika penulisan resensi yang baik:

1. Judul Resensi

Reseller Buku

Bagian pertama dalam sistematika penulisan resensi adalah judul resensi. Sama seperti tulisan lainnya, resensi diawali dengan judul, yang menyiratkan kesan atau penilaian penulis pada karya yang diulasnya.

2. Identitas Karya

Bagian kedua yang ditulis pada resensi adalah identitas karya. Mulai dari judul karya, nama pencipta karya, tahun pembuatan karya, dan berbagai keterangan lain yang membuat orang lain dapat mengenali karya tersebut.

3. Sinopsis

Sebelum masuk ke bagian analisis dan penilaian karya, resensi diawali dengan sinopsis karya tersebut. sinopsis adalah informasi singkat mengenai karya tersebut.

4. Pembukaan

Bagian pembukaan dalam penulisan resensi berisi informasi karya, bentuk karya, juga bisa menuliskan perbandingan karya sejenis yang sudah dibuat oleh pencipta lain. Pada bagian pembukaan ini penulis resensi juga dapat menuliskan ciri khas dari pembuat karya.

Bagian pembukaan ini juga menjadi jembatan di mana penulis resensi menuliskan menang merah dari analisis yang akan dituliskan dalam resensinya.

5. Kelebihan dan Kekurangan Karya

Pada bagian ini, penulis resensi menuliskan kelebihan dan kekurangan karya yang diulasnya. Nantinya, kelebihan dan kekurangan ini dapat dianalisis di bagian selanjutnya.

6. Analisis

Setelah menuliskan kekurangan dan kelebihan karya, penulis resensi kemudian memberikan pemecahan masalah untuk karya yang dianalisanya. Bagian analisis ini merupakan bagian inti atau yang terpenting dari sebuah resensi.

Sebab dari bagian ini, pembaca bisa mengetahui penilaiannya tentang karya yang diulas atau dinilainya.

Promo Buku

7. Penutup

Bagian terakhir dari resensi adalah penutup, yang berisi kesimpulan dan saran untuk karya yang diulasnya. Selain itu, bagian penutup resensi juga berisi kalimat sugestif untuk pembaca, yang nantinya dapat memengaruhi pembaca resensi untuk membaca, menonton, atau mendengarkan karya yang diulas pada resensi tersebut.

Baca juga: Struktur Teks Resensi

Contoh Resensi Singkat

Berikut adalah contoh singkat resensi buku Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, yang ditulis oleh Laila Sari:

RESENSI CANTIK ITU LUKA-EKA KURNIAWAN

oleh Laila Sari

Judul Buku : Cantik Itu Luka
Penulis : Eka Kurniawan
Cetakan : Cetakan ketiga belas (hard cover)
Tahun Terbit : Desember 2017
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 508 halaman
ISBN : 978-602-03-6651-7

Novel ini berkisah tentang bagaimana hiruk pikuk seorang perempuan bernama Ayu Dewi dalam menjalani kehidupannya yang begitu keras. Ia adalah sosok wanita yang begitu cantik, akan tetapi kecantikannya itu justru malah membawanya ke sebuah malapetaka yang begitu besar, beruntun, bahkan dirasakan hingga ke keturunan-keturunannya. 

Kecantikannya membawa dirinya menjadi seorang pelacur pada masa-masa kolonial. Ayu Dewi tampil sebagai sosok pelacur yang sangat dicari-cari, dibayar dengan harga mahal. Dengan hasil persetubuhannya dengan para pemuda-pemuda Belanda dan Jepang, ia melahirkan putri-putri yang juga tak kalah cantik dengannya. Akan tetapi kecantikan putri-putrinya itu justru tidak bertolak belakang dengan nasibnya. 

Seperti kata pepatah Buah yang Jatuh tak akan Jauh dari Pohonnya seakan-akan sangat mewakili kehidupan Ayu Dewi serta putri-putrinya.

Novel Cantik Itu Luka merupakan sebuah mahakarya sastra yang luar biasa. Kemampuan penyajian bahasa Eka mampu membuat pembaca berpikir liar, sebab jalan cerita disajikan dengan sangat overcomplicated, sehingga tidak heran jika banyak pembaca yang gagal menerka-nerka kisah apa yang akan terjadi selanjutnya, jalan cerita susah ditebak, alur yang digunakan maju mundur. 

Jika pada bacaan-bacaan biasanya, pembaca akan mengetahui secara langsung apabila alur mengalami pergantian, hal itu akan dirasakan ketika suasana kisah yang diceritakan berbeda dengan yang sebelumnya. Akan tetapi pada novel Cantik Itu Luka, pembaca seakan-akan dibuat “tidak sadar” akan transisi pergantian alur tersebut. 

Seperti tidak ada sekat pemisah antara kisah pada alur pertama dengan kisah pada alur selanjutnya. Alur maju-mundur tidak sampai memutus rantai pemikiran dan spekulasi-spekulasi meleset saya terhadap jalan cerita.

Contoh resensi lainnya bisa dilihat pada Contoh Resensi Novel Lengkap dan juga 5 Unsur Resensi Buku Non Fiksi

(Penulis: Tyas Wening)

Tinggalkan komentar