E-Book Tanaman Obat Berpotensi Sebagai Antimalaria
Upaya eliminasi malaria masih terhambat, menjadikannya masalah kesehatan global yang mematikan jutaan jiwa. Populasi rentan meliputi bayi, wanita hamil, balita, imigran, pengungsi, suku adat, dan penduduk di benua Afrika, tempat malaria masih endemik. Pada tahun 2022, terdapat 249 juta kasus baru malaria dengan 94% di antaranya dan 608 ribu kematian terjadi di Afrika. Tingginya kemiskinan dan terbatasnya akses pendidikan di wilayah tersebut menyulitkan pencapaian target global pengurangan kasus dan kematian malaria pada tahun 2025. Meskipun Sustainable Development Goals 2030 menargetkan eliminasi malaria pada tahun 2035, perubahan iklim dan perpindahan penduduk menyebabkan munculnya kembali malaria di daerah yang sebelumnya sudah bebas.
Sejarah obat antimalaria dimulai pada pertengahan abad ke-19 dengan quinolone dari kulit kayu Cinchona, yang kemudian mengarah pada sintesis Chloroquine (CQ) pada tahun 1934. Sayangnya, resistensi terhadap CQ mulai dilaporkan pada tahun 1974, diikuti oleh sulfadoxine-pyrimethamine pada tahun 1979. Hal ini mendorong pengembangan senyawa turunan quinolone lainnya seperti aminoalcohols dan aminoquinolines. Untuk mengatasi resistensi ini, Triple Artemisinin-Based Combination Therapies (TACTs) yang terdiri dari tiga obat kombinasi ACT, telah terbukti menghambat resistensi dan sangat penting untuk mencapai target eliminasi malaria. Selain itu, berbagai tanaman obat tradisional juga terus diteliti sebagai solusi alternatif.
E-Book Tanaman Obat Berpotensi Sebagai Antimalaria ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish Digital




