Deskripsi
Sinopsis Buku 26 Filsuf Perdamaian
Buku 26 Filsuf Perdamaian | Berbicara mengenai perdamaian seperti sebuah fatamorgana di padang pasir yang gersang, menjadi harapan dan impian semua yang sedang berada di sana. Secara sederhana kata damai selalu diidentikkan dengan absennya konflik dan kekerasan. Akan tetapi, jauh dari itu damai yang positif menurut Johan Galtung adalah suasana aman, nyaman dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Galtung juga menyebutkan bahwa perdamaian dapat terlihat jika setiap individu dapat memaksimalkan potensi dirinya tanpa mendapatkan tekanan apapun. Oleh karena itu, damai yang positif akan terwujud apabila terpenuhi komponen keadilan pada semua pihak. Perdamaian bukanlah hal yang harus diperjuangkan karena menikmati perdamaian itu sendiri seharusnya merupakan bagian dari hak setiap manusia. Sebagaimana konflik yang bisa diciptakan, perdamaian pun harus senantiasa dipastikan terbangun. Konstruksi sosial masyarakat memaksa kita tidak dapat dengan mudah memperoleh perdamaian tanpa upaya apapun. Dengan demikian keharusan Negara dan aparat pemerintah hadir untuk melindungi hak tersebut. Indonesia, meski diakui warga dunia dengan kesuburan tanahnya, konflikpun pernah dan masih merambah. Seperti satu mata uang dengan dua sisi, kekayaan alam dan keanekaragaman kultural Indonesia selain menjadi anugerah juga membawa tantangan pada kohesifitas sosial. Namun memang benar, penyakit selalu diciptakan dengan obatnya. Begitu juga konflik yang dilahirkan oleh dinamika kehidupan sosial, dari sana pulalah kedamaian dapat ditumbuhkan. Buku 26 “Filsuf Perdamaian” ini mengupas mengenai pemikiran-pemikiran dari para tokoh dengan berbagai latar belakang. Kedua puluh enam tokoh tersebut memberikan gambaran mengenai perjuangan mereka dalam menemukan perdamaian tidak hanya itu para tokoh juga mengungkapkan beragam ide dan konsep tentang bagaimana seharusnya perdamaian itu diciptakan. Selanjutnya, buku ini menjadi penting dan relevan untuk dibaca oleh khalayak. Tidak hanya penstudi Damai dan Resolusi Konflik, namun siapapun yang peduli terhadap perdamaian dan isu-isu kemanusiaan. Selanjutnya berdasarkan As Sajdah ayat 8 Allah Swt berfirman: ”Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”. Dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dapat diketahui bahwa manusia pertama dicipta dengan sebaik-baiknya oleh Allah Swt, kemudian Allah menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina yaitu air mani. Buku 26 Filsuf Perdamaian ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Pendidikan Deepublish. Lihat koleksi buku lainnya di : Toko Buku Online Deepublish
Ulasan
Belum ada ulasan.