Deskripsi
Sinopsis Buku Kepemilikan Media dan Ideologi Pemberitaan |
Buku Kepemilikan Media dan Ideologi Pemberitaan – Harus diakui bahwa pers memiliki andil besar terhadap dinamika sosial masyarakat. Di satu sisi, pers turut mendorong proses demokrasi dan pembangunan. Di sisi lain, pers menjadi hambatan kedua proses tersebut.
Atas nama kebebasan pers, media menjadi alat untuk menyuarakan kepentingan kelompok tanpa perlu khawatir terhadap sanksi pembereidelan. Akibatnya, kepentingan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat dan berimbang jadi terabaikan. Alih-alih sebagai ruang publik untuk mendialogkan pro-kontra masyarakat tentang wacana pembangunan dan demokrasi, pers malah memprovokasi dan menggiring opini khalayak dan mempertajam konflik yang muncul. Oleh karena itu, pers harus dipahami secara komprehensif. Apa yang ditampilkan pers dalam teks pemberitaan tidak boleh dipandang secara hitam-putih. Memahami teks tidak cukup dengan membaca teks secara runtut, tapi juga harus mengkaji “something behind the text”. Pemahaman yang komprehensif terhadap teks hanya mungkin didapatkan melaui kajian kritis yang holistik terhadap teks, media dan masyarakat. Buku ini diharapkan dapat membantu memberikan pengetahuan dan pemahaman dimaksud. Buku ini berasal dari disertasi penulis yang mengkaji pemberitaansurat kabar. Salah satu wacana yang kontroversial di surat kabar adalah pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap). Tarik-menarik kepentingan antara kubu yang pro pembentukan dan kubu yang kontra tampil dalam teks berita. Untuk menjelaskan persoalan tersebut digunakan pendekatan kritis melalui teori ekonomi politik komunikasi Vincent Mosco, analisis wacana kritis Fairclough dan semiotika versi Roland Barthes sebagai pisau analisis terhadap teks dan konteks pemberitaan di surat kabar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ideologi yang mendasar antara Waspada dengan Sinar Indonesia Baru (SIB) yang mendasari penolakan dan dukungannya terhadap pembentukan Protap. Waspada merepresentasikan: Pembentukan Protap dipaksakan; pendukung Protap sebagai pelaku tindak kekerasan; kecurigaan terhadap keterlibatan elite politik; dan keraguan terhadap proses demokrasi dan hukum. Sedangkan SIB merepresentasikan: Pembentukan Protap dibutuhkan masyarakat; pendukung Protap pejuang; simpati elite politik; dan ketidakadilan proses demokrasi dan hukum. Waspada dan SIB menggunakan institusi medianya untuk menyuarakan kepentingan politik pemiliknya. Keyakinan agama pemilik media mempengaruhi pandangan kedua media. Kekuasaan ekonomi dan politik pemilik media menentukan arah pemberitaan. Secara politik, pemilik media menggunakan kekuatannya untuk membentuk wacana dan menjalin kerjasama dengan partai politik. Buku Kepemilikan Media dan Ideologi Pemberitaan ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Pendidikan Deepublish. |
Ulasan
Belum ada ulasan.