Bekal Akhirat yang Tepat untuk Anak

Bekal Akhirat yang Tepat untuk Anak – Adhim mengajak kita sebagai orang tua/calon orang tua untuk tidak menyia-nyiakan saat-saat yang berharga untuk anak kita melalui bukunya, “Saat Berharga Untuk Anak Kita”.

Buku ini menanamkan bagaimana menjadikan masa kecil anak-anak kita sebagai yang paling berharga untuk membangun kedekatan emosi, menciptakan pola komunikasi untuk mengisi ruang jiwa mereka, menata niat dalam mendidik anak.

Melalui buku ini juga penulis mengajak kita para orang tua dan calon orang tua untuk lebih jernih melihat masa depan anak. Sesungguhnya anak-anak kita dilahirkan untuk zaman yang akan datang. Karenanya, mereka harus kita beri bekal yang tepat.

Bekal Akhirat yang Tepat untuk Anak

Dari buku tersebut ada 3 poin penting yang dapat kita ambil Pertama, persiapkan anakmu untuk menjemput AKHIRAT, bukan dunia. Hal inilah yang seringkali dilupakan para orangtua, terutama jika menyangkut masalah pendidikan, dimana para orangtua lebih mengutamakan IQ dan EQ, dam melupakan SQ.

Para orangtua kerap ‘menyiksa’ anak dengan menuntutnya agar selalu mendapat nilai-nilai terbaik, raport tidak boleh ‘kebakaran’, dan masih banyak lagi dengan alasan agar masa depan anak terjamin. Padahal jika orangtua mau memandang lebih jauh, bukankah anak soleh/solehah akan menjadi amal jariyah ketika mereka menghuni alam kubur?

Kedua, perhatikan hak anakmu, sebelum menuntut hakmu. Ini juga yang sering luput dari perhatian orangtua, yaitu kecenderungan untuk menuntut sang anak. Kerap orangtua ingin si anak patuh, menjalani kehidupannya seperti kehendak orangtua, atau orangtua merasa jumawa karena merasa telah membiayai dan merawat si anak.

Program Afiliasi

Orangtua sering menginginkan semua berada dibawah kendalinya, padahal tidak bisa begitu. Contohnya, ketika orangtua ingin suasana rumah sangat tenang, dan memarahi, bahkan menghardik si anak yang tidak bisa diam. Padahal bisa jadi si anak sedang mencari perhatian orangtua yang lebih peduli dengan pekerjaan atau aktivitas berselancarnya.

Ketiga, amalan ibadah orangtua berpengaruh pada karakter anak. “Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orangtua yang caranya mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membaca kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orang tua…” [h.238]

Bagian inilah yang membuat ketakutan saya dalam mendidik anak menjadi teredam, bahwa upaya mendidik tidak hanya melalui sang anak tetapi juga dari diri kita sendiri. Seperti halnya doa. Semua pasti tahu bahwa doa orangtua adalah salah satu yang terijabah. Jika doa tersebut terus menerus dilantunkan dengan keikhlasan, maka bisa jadi itulah senjata yang akan membimbing sang anak menemukan jalan-Nya.

Tidak hanya doa, amalan sedekah ikhlas atau puasa rutin orangtua bisa jadi tanpa sadar menjadi sinar pencerah dalam jiwa sang anak hingga kelak dapat menjadi pribadi yang ahsan. Intinya, semua hal selalu kembali kepada-Nya, bahkan jika itu berurusan dengan mendidik anak.

Lihat buku yang lain :

Buku Bekal Termahal
Buku Bekal Termahal Generasi Muda

Sumber:  Adhim, Mohammad Fauzil. Saat Berharga untuk Anak Kita. 2014.

(Nur Fadhilah Fahmi)

Tinggalkan komentar