Punya Goal banyak dan besar, mimpikah aku? mampukah aku?

Orang sukses selalu menentukan tempat tujuan sebelum memulai perjalanan.

Sekarang, giliran Anda merancang VISI, dan MISI untuk mencapai tujuan-tujuan (goals) Anda, berapapun banyaknya, dan sebesar apapun jumlahnya.

Tidak Ada Gol yang Terlalu Besar

Perjalanan dari present state menuju desired outcome memang perjalanan panjang, terjal, dan berliku-liku. Namun barang siapa yang tidak berhenti ditengah jalan, ia akan meraihnya. Perjalanan dan rintangan itu perlu diatasi dan dipikirkan satu demi satu, step by step. Mungkin kah? JELAS! Sudah banyak orang yang mencapai tujuan mulia meskipun mereka memulainya dari nol bahkan dibawah nol sekalipun. Sebut saja Bob Sadino, Martha Tilaar, Oprah Winfrey, Ciputra, Chairul Tanjung, Sandiaga S.Uno, dan lain-lain.

Mengapa memiliki gol besar tidak masalah? karena gol yang besar dapat dibagi-bagi (dikenal dengan istilah chunking down) menjadi puluhan, ratusan, bahkan ribuan gol-gol kecil. Gol-gol kecil inilah yang akan kita capai step by step, dan mudah!

Contoh : Lina ingin mengajukan proposal kenaikan gaji

Berhari-hari Lina tidak dapat tidur sampai akhirnya ia datang meminta saran kepada saya. Lina tidak tahu harus memulainya dari mana? Harus menulis apa dalam surat permohonannya? Dan terlebih lagi Lina tidak tahu bagaimana mempresentasikan kelayakannya menerima kenaikan gaji, meskipun ia yakin akan hal ini. Chunking sederhana dibawah ini berhasil membantu Lina memetakan langkah demi langkah mencapai tujuannya.

Program Afiliasi

“Gunakanlah prinsip chunking down diatas untuk memetakan semua goal-goalmu!”

Sedikit Itu Banyak

Berapa banyakkan gol yang perlu dirancang? Ada yang mengatakan jangan terlalu banyak, ada yang mengatakan 100, ada yang mengatakan sebanyak-banyaknya. Tetapi, jawabannya bukan berapa banyak, melainkan hubungan setiap gol yang dibuat dengan tujuan utama itulah yang paling penting.

Tahapnya :

1. Tentukan goal utama dalam hidupmu terlebih dahulu.

2. Sambil jalan, goal-goal turunannya akan hadir sendiri di otakmu.

3. Selesaikan/ capailah goal-goal turunan itu lebih dulu dengan terus melihat goal utama.

Kesimpulan:

Program Afiliasi

Jika kita menentukan tujuan akhir yang besar dan mulia, kemudian membaginya (chunking down) menjadi beberapa goal-goal kecil yang lebih mudah dicapai, goal besar/tujuan akhir itu pada saatnya pasti akan tercapai.

Jiwa dan Ego

Untuk mencapai tujuan yang telah dirancang, kita harus bertindak. Bertindak tidak saja membutuhkan kecakapan analisis dan strategi, namun juga membutuhkan energi positif serta kecerdasan emosional. Sebernarnya, apa sih yang memotivasi kita untuk merancang gol dan mencapainya?

Perihal yang memotivasi kita adalah; nilai-nilai (values) keamanan, kepastian, pengakuan, kekuasaan, prestasi, dan kepentingan diri. Selain itu, sebagai manusia kita juga ditanam jiwa berbagi, berkontribusi pada kehidupan, melayani orang lain, terhubung dengan orang lain (mau tidak mau) merasakan keutuhan dan kebersamaan, ekspansi, perkembangan, dan kesadaran spiritual.

Nilai-nilailah yang memberi kita peranan tertentu dalam hidup ini, sesuai dengan visi misi kita. Ada dua hal yang berperan dan menentukan visi misi hidup seseorang yakni, peran jiwa (soul) dan peran ego.

Bagi soul, visi adalah ekspresi jiwa, bagi ego adalah ambisis.

Bagi soul, misi merupakan respon jiwa, bagi ego adalah peran.

Contoh :

Johan menginginkan sebuah sedan mercy (ego). Oleh karena itu ia terjun total ke bisnis jaringan toko buku diskon dimana soul-nya dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Dari kasus sederhana ini dapat disimpulkan bahwasoul dan ego harus seimbang. Jangan sampai timpang sebelah.Pelajari tabel berikut!

Jiwa dan Ego seorang An Nuur Budi Utama (24th)

Ciptakanlah Jiwa dan Ego-mu sendiri, tuangkan dalam selembar kertas, dan jalani hidupmu berdasarkan tulisanmu itu. Dekati dan bergabunglah bersama-sama dengan orang-orang yang sejalan atau bisa membantumu dalam meraih Jiwa dan Egomu. Waktu kita terbatas, jangan sia-siakan waktumu bersama orang-orang yang salah.

Kesuksesan Tidak Identik Dengan Jumlah Uang

Sukses adalah proses, ketika kita berhasil menyelesaikan suatu tugas, sebuah proyek, membangun sebuah relasi yang harmonis, kita merasa sukses, dan pada hakekatnya rasa puas itulah kesuksesan. Dengan demikian, tercapainya sebuah gol (yang telah kita ciptakan), dikatakan kita mencapai kesuksesan. Bagaimana kita bisa sukses jika goal saja tidak punya? Buatlah sekarang juga!

Pada saat metamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu, jangan pernah memikirkan uang, tetapi sukses mengepakkan sayap dan bisa terbang dulu. Kekayaan bukan hanya sejumlah uang, melainkan keseimbangan hidup (dunia dan akhirat). Jika seseorang menjadi terlalu fokus mengumpulkan kekayaan, ia akan kehilangan waktu untuk menjalani kehidupan yang manusiawi normal. Jika orang terlalu memaksakan diri untuk memiliki sesuatu sedangkan jelas-jelas ia belum mampu untuk itu, bahkan dengan cara berhutang, ia telah mendzalimi dirinya sendiri. Lepaskan, atau hancur.

Rancanglah goal, terutama tujuan utama Anda (ultimate goal) dengan mempertimbangkan aspek fisik, pikiran, dan ketenangan jiwa. Pertimbangkan bagaimana ketiganya dapat saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain.

Cerita (fiktif) Sang Buta

Si Buta karena tidak dapat melihat ia terpaksa mencari nafkah dengan mengemis di depan tempat ibadah. Walaupun menjadi seorang pengemis, Si Buta tak pernah lupa bersedekah di celengan masjid untuk pemeliharaan masjida dan solat 5 waktu disana. Setiap hari ia berdoa memohon agar Allah mengabulkan empat permohonannya; penglihatan, kekayaan, keturunan, dan umur panjang.

Suatu hari karena hujan badai, Si Buta itu terpaksa berlindung di dalam masjid, di tengah kesunyian malam dan derasnya badai malam itu ia mendengar orang berbicara kepadanya.“Aku diutus oleh Allah menemuimu. Karena kau setiap hari solat 5 waktu dan bersedekah sedangkan kau orang yang sangat lemah, dan miskin, aku ingin mengabulkan satu permintaanmu. Apa saja boleh, tetapi hanya satu.”

Si Buta yang berumur masih muda itu tidak segera menjawab, dalam kegelapan dia berpikir keras. Hanya satu permintaan? Apa gunanya dapat melihat tapi miskin dan sendirian di dunia ini? Apa gunanya kaya raya tapi tidak dapat melihat? Apa gunanya beristri dan punya banyak anak, bila aku miskin dan buta? Bagaimana ini? Si Buta berpikir keras dan tak lama kemudian ia mendapatkan sebuah ide, maka berdoalah ia sambil mengajukan permohonannya, “Ya Allah yang Maha Agung, Maha Pengasih, Maha Penyayang, permohonanku adalah aku ingin melihat dengan mata kepala sendiri cucu-cucu kandungku makan dengan mangkuk-mangkuk emas.”

“Terjadilah padamu seperti yang kau inginkan!” Allah-pun mengabulkan permintaanya. Betapa cerdiknya Si Buta itu, ia bisa merangkum 4 keinginan menjadi 1 permohonan saja. Penglihatan-melihat cucu-cucu kandungnya. Istri-ia mempunyai cucu-cucu kandung maka tentu saja beristri dan beranak. Kaya raya-ditunjukkan dengan cucu-cucu kandungnya bisa makan menggunakan mangkuk-mangkuk emas. Dan umur panjang–ia hidup hingga dapat menyaksikan cucu-cucunya makan dengan menggunakan mangkuk emas.

Dari cerita fiktif diatas, sama seperti kehidupan nyata kita semua, tujuan-tujuan hidup harus jelas terpetakan. Bila tidak, kita hanya akan berputar-putar dalam derasnya arus perubahan. Sebentar kita menginginkan ini, sebentar menginginkan itu, harta, tenaga, dan waktu terbuang percuma.

Sebuah penelitian di Universitas Yale tahun 1952 membuktikan bahwa hanya 3 persen saja mahasiswa yang mau repot-repot memikirkan tujuannya. Namun sungguh mengejutkan, ketika 20 tahun kemudian, penelitian lain diadakan untuk mengetahui dampak penetapan tujuan, terbukti penghasilan gabungan dari populasi yang menetapkan gol atau tujuan (yang 3 persen itu) jauh melampaui gabungan penghasilan dari populasi mayoritas yang tidak merancang goal pribadinya.

Dengan demikian, sangat penting bagi hidup Anda untuk menuliskan terlebih dahulu goal-goal utama Anda lalu nyatakan dalam bentuk Visi, Misi seperti contoh yang saya berikan diatas. Ingat, tidak ada goal yang terlalu besar untuk dicapai karena setiap goal besar dapat dibagi-bagi menjadi goal-goal kecil.

Referensi : Mental Pemenang Mental Pecundang, Erni Julia Kok.

 

Baca Juga:

Tinggalkan komentar