Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk menentukan jumlah dan karakter sampel dalam penelitian. Contohnya, quota sampling, purposive sampling, snowball sampling, accidental sampling, dan sebagainya. Setiap teknik memiliki perbedaan yang membedakannya dengan teknik yang lain.
Seorang peneliti dapat memilih teknik yang digunakan berdasarkan kebutuhan dan kondisinya. Quota sampling merupakan teknik yang paling sederhana dan mudah. Dalam teknik ini, peneliti sudah menentukan jumlah sampelnya terlebih dahulu. Kemudian, kriteria dari sampel tersebut juga ditetapkan.
Sebelum menerapkan quota sampling dalam penelitian, mari simak artikel ini terlebih dahulu. Artikel kali ini akan membahas pengertian, jenis, contoh, dan perbedaannya dengan purposive sampling.
Daftar Isi
Pengertian Quota Sampling
Apakah yang dimaksud dengan quota sampling? Quota sampling adalah metode yang dipakai oleh peneliti untuk menentukan sampel menurut kriteria tertentu sampai kuotanya terpenuhi. Peneliti sudah menentukan berapa banyak responden yang akan diambil dari setiap kelompok yang mempunyai karakteristik yang relevan dengan penelitian.
Saat menerapkan quota sampling, kamu bisa menentukan kriteria sampelnya berdasarkan lima aspek, yaitu jenis kelamin, umur, wilayah, pendidikan, dan pendapatan. Saat menerapkan teknik ini, kamu bisa menggabungkannya dengan teknik lainnya. Kamu juga bisa berfokus pada satu metode ini saja.
Kelebihan dari teknik ini adalah peneliti bisa melakukan analisis terhadap tes atau survei dengan mudah. Kalau dibandingkan dengan teknik sampling acak, teknik ini lebih mudah untuk dilakukan. Apabila peneliti menerapkannya dengan baik, sampel yang diperoleh bisa mewakili karakteristik populasi yang diteliti.
Jenis Quota Sampling
Berikut ini adalah penjelasan tentang dua jenis teknik quota sampling yang sering digunakan dalam penelitian untuk menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
1. Uncontrolled Quota Sampling
Dengan uncontrolled quota sampling, tidak ada batasan bagi peneliti dalam memilih sampelnya. Peneliti bebas memilih siapa saja untuk dijadikan sebagai sampel. Teknik ini mudah untuk dilakukan karena tidak diperlukan biaya yang tinggi. Selain itu, peneliti juga bisa menyesuaikan jumlah dan karakteristik sampelnya sesuai dengan kebutuhan.
Namun, karena pemilihan responden sangat subjektif, kemungkinan adanya bias sangat tinggi. Sampel yang diperoleh peneliti mungkin tidak mewakili populasi secara keseluruhan. Metode ini bisa dipakai untuk penelitian eksploratif, kualitatif, dan penelitian dengan anggaran terbatas.
Karena memiliki kemungkinan bias yang tinggi, peneliti harus menggunakannya dengan hati-hati dan dengan pertimbangan yang matang. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan bisa digeneralisasikan, peneliti bisa menerapkan stratified random sampling atau simple random sampling.
2. Controlled Quota Sampling
Ketika menerapkan controlled quota sampling, peneliti harus memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk memperoleh sampel yang bisa mewakili populasi yang lebih luas.
Daripada teknik sampling acak, teknik ini lebih mudah dan cepat untuk dilakukan. Biaya yang dibutuhkan juga cenderung lebih rendah. Namun, karena sampel tidak dipilih secara acak, hasil penelitiannya mungkin tidak bisa digeneralisasikan ke seluruh populasi.
Teknik ini cocok diterapkan apabila peneliti ingin memperoleh gambaran umum terhadap suatu populasi atau peneliti ingin mengendalikan karakteristik dari sampel yang diteliti.
Baca Juga: Metode Accidental Sampling: Cara dan Contoh
2 Contoh Quota Sampling
Berikut ini adalah dua contoh penggunaan quota sampling dalam penelitian yang paling banyak dicari oleh peneliti:
1. Contoh Quota Sampling 1
Tahun ini, sebuah perguruan tinggi akan menerima sebanyak 1.250 orang mahasiswa baru. Untuk mencapai kuota ini, setiap hari perguruan tinggi tersebut membuka pendaftaran dan mengadakan tes masuk yang menerapkan sistem computer based.
Jika jumlah mahasiswa yang diterima sudah mencapai 1.250 orang, maka pendaftaran akan dihentikan. Pengambilan sampel untuk situasi ini menggunakan metode quota sampling.
2. Contoh Quota Sampling 2
Seorang dokter meneliti pengaruh penyakit demam berdarah yang sedang mewabah di sebuah daerah. Dokter tersebut sudah menetapkan jumlah sampel pasien demam berdarah yang dibutuhkan. Jumlahnya adalah sebanyak 50 orang.
Jumlah sampel ini ditentukan berdasarkan biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan oleh dokter tersebut. Kalau sampelnya belum sampai 50 orang, penelitian tidak akan dihentikan. Jika sudah memenuhi kuota, penelitian akan dihentikan. Pengambilan sampel seperti ini menerapkan metode quota sampling.
Baca Juga: Purposive Sampling : Metode, Tujuan, Cara, Kelebihan dan Kekurangan
Perbedaan Quota Sampling dan Purposive Sampling
Quota sampling sering dianggap sama dengan purposive sampling karena sama-sama merupakan teknik non-probabilitas. Namun, sebenarnya kedua teknik ini juga mempunyai perbedaan. Lantas, apa saja yang termasuk perbedaannya? Berikut ini adalah lima perbedaan quota sampling dengan purposive sampling.
1. Jumlah Sampel Penelitian
Pada quota sampling, jumlah sampelnya sudah ditentukan di awal. Sehingga, peneliti hanya perlu berfokus mencari sampel yang sesuai dengan kriteria sampai jumlah yang diinginkannya terpenuhi. Sehingga, teknik ini lebih efisien dari segi waktu dan tenaga.
Sedangkan, pada purposive sampling, jumlah sampelnya tidak ditentukan di awal. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah calon sampel yang memiliki informasi yang penting dan berhubungan dengan penelitian. Untuk memilih sampel, peneliti perlu melakukan wawancara atau teknik tertentu. Itulah yang menyebabkan teknik ini memerlukan waktu yang lebih lama.
2. Dasar atau Kriteria yang Digunakan
Perbedaan selanjutnya dapat dilihat dari dasar yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian. Kedua teknik ini mempunyai kriteria dalam menentukan sampel. Dalam purposive sampling, sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Sampelnya hanya perlu memiliki informasi yang berhubungan dengan topik penelitian.
Sedangkan, dalam quota sampling, sampelnya harus memenuhi ciri-ciri tertentu. Sebelum mengambil sampel, peneliti sudah menentukan kategori-kategori tertentu.
3. Tujuan yang Ingin Dicapai
Perbedaannya juga tampak dari tujuannya. Tujuan dari quota sampling yaitu untuk mendapatkan sampel yang proporsional dengan populasinya. Sedangkan, purposive sampling bertujuan untuk memperoleh sampel dengan karakteristik khusus.
4. Fokus
Quota sampling berfokus pada proporsi. Tujuannya adalah memperoleh sampel yang proporsional dengan populasi yang lebih luas. Contohnya, apabila dalam populasi terdapat 40% pria dan 60% wanita. Maka, sampelnya pun harus punya proporsi yang sama.
Sedangkan, purposive sampling berfokus pada karakteristik tertentu. Teknik ini lebih berfokus pada pemilihan peserta yang mempunyai karakteristik khusus yang relevan dengan tujuan penelitian.
Contohnya, apabila peneliti ingin meneliti pengalaman orang yang pernah menderita penyakit demam berdarah, maka seluruh peserta yang dipilih harus mempunyai riwayat penyakit tersebut.
5. Situasi yang Tepat untuk Menerapkannya
Quota sampling cocok diterapkan saat peneliti ingin memperoleh gambaran umum tentang suatu populasi dan ingin memastikan bahwa semua kelompok utama dalam populasi terwakili. Sedangkan, purposive sampling cocok diterapkan saat peneliti ingin mempelajari fenomena yang spesifik atau saat populasi yang akan diteliti sangat kecil atau susah untuk dijangkau.
Baik purposive sampling maupun quota sampling mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pemilihan metode yang tepat didasarkan pada karakteristik populasi dan tujuan penelitian.
Kesimpulan
Itulah artikel dari Deepublish Store tentang pengertian, jenis, contoh, dan perbedaan quota sampling dengan purposive sampling. Quota sampling merupakan teknik penentuan sampel yang berguna dalam berbagai jenis penelitian. Tapi, sebelum menggunakan metode ini, pastikan kamu sudah paham kelebihan dan kekurangannya dengan baik.
Keuntungan dari quota sampling adalah kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh sampel yang mewakili karakteristik populasi.
Quota sampling cocok digunakan saat peneliti ingin memastikan sampel mewakili berbagai karakteristik utama dalam populasi tanpa memerlukan teknik acak. Biasanya digunakan dalam penelitian eksploratif seperti survei pasar.
Kekurangan dari quota sampling adalah kemungkinan bias. Karena peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sampel yang diambil mungkin tidak mewakili populasi secara keseluruhan.
Sumber:
Penerbit Deepublish. https://penerbitdeepublish.com/quota-sampling/ diakses pada 1 Desember 2024
Telkom University. https://bit.telkomuniversity.ac.id/teknik-pengambilan-sampel/ diakses pada 1 Desember 2024
Fauzy, Akhmad. Konsep Dasar Teori Sampling. Universitas Terbuka.


