Mengambil Makna dari Surah An Nahl (Lebah) – Dalam Al-Qur’an ada sebuah surah yang memiliki nama An Nahl, yang bila kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti lebah, kalau dalam bahasa jawa yaa disebut dengan tawon. Surah ini tergolong ke dalam surah Makkiyah dan merupakan surat ke-16 di dalam Al Quran.
Surah ini dinamakan sebagai lebah karena di dalamnya terdapat ayat berikut ini :
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian, makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.’” (QS an-Nahl [16]:68-69).
Lebah merupakan serangga yang hidupnya secara berkelompok, memiliki satu orang ratu di rumahnya, lebah biasanya tinggal di pohon-pohon atau atap-atap rumah. Lebah memiliki sengat yang terdapat pada bagian ekornya, dan pada beberapa jenis lebah dapat menghasilkan madu yang sangat manis.
Makna Lebah (An Nahl)- Dari Yang Baik Menghasilkan Yang Baik
Allah menciptakan lebah dengan kespesialannya, lebah secara khusus diperintahkan untuk membuat sarang-sarang di pohon-pohon atau di tempat yang dibuat oleh manusia. Lebah memakan sari-sari bunga dan buah. Dari sari-sari itu kemudian menghasilkan madu yang dapat dijadikan sebagai obat bagi manusia.
Dari makanan lebah yang baik itu, kemudian menghasilkan sesuatu yang baik pula (madu).
Ini pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa sesuatu yang asalnya baik akan menghasilkan hal yang baik pula, kita manusia juga seyogyanya harus terbiasa untuk memakan makanan yang baik pula. Karena makanan itulah sumber energi kita, makanan itu pula yang sari-sarinya akan mengalir ke dalam darah, keseluruh tubuh dari kepala sampai kaki, makanan itu juga yang kemudian menjadi daging, tulang dan membuat kita tumbuh dan berkembang.
Maka jika makanan kita baik, akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Hal tersebut bisa tercermin dari kesehatan badan kita, akhlak, tutur kata bahkan terkait dengan otak kita.
Mungkin itu juga yang membuat Allah mengharamkan beberapa jenis makanan yang kurang baik untuk kita, kemudian menyuruh untuk memakan sesuatu hal yang halal lagi baik. Perintah ini terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 168 – 171, berikut adalah terjemahannya :
168) Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Mari kita memakan hal-hal yang baik, jangan sampai tubuh kita dicemari oleh makanan yang buruk atau bahkan makanan yang diharamkan.
90 % Penyakit Berasal dari Makanan
Sebuah studi mengatakan bahwa 90% penyakit yang diderita oleh manusia berasal dari apa yang dimakan, bagaimana cara makan, dan kapan makannya.
Kesalahan dalam makan bisa membuat berbagai penyakit seperti kolesterol, diabetes, jantung, asam lambung, stroke dan masih banyak lagi.
Maka dari itu jika kamu cinta dengan tubuhmu, makanlah sesuatu hal yang baik-baik. Semoga kita bisa menjadi seperti lebah, dengan memakan yang baik kita menjadi manusia yang menghadirkan kebaikan untuk diri kita sendiri dan orang lain disekitar kita.
Itu adalah sedikit makna yang bisa kita ambil dari lebah yang dipilih sebagai nama surat dalam Al Qur’an yaitu an nahl.
Manusia dan Lebah
Seorang ilmuwan terkenal dari barat, Albert Einsten, pernah menyampaikan sebuah teori yang sensasional. Dalam teorinya dijelaskan bahwa jika suatu saat koloni lebah madu punah maka peradaban manusia juga akan punah tak lama setelahnya. Memang masih sebuah teori yang perlu pembuktian ilmiah lebih jauh, namun ada satu hal yang patut dicermati. Manusia mulai tidak bersahabat dengan alam.
Manusia diberi tugas sebgai khalifah di Bumi. Dan oleh karenanya manusia diberi hak atas bumi dan seisinya untuk dimanfaatkan. Namun, sudah sifat dasar dari manusia untuk menjadi serakah. Alam dieksploitasi habis – habisan. Diambil sarinya dan dibuang lepahnya.
Tidak diberdayakan atau minimal dijaga agar tetap lestari. Semua cara dihalalkan demi keuntungan semata. Salah satunya dengan penggunaan bahan kimia untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas hasil tumbuhan. Padahal lebah madu adalah salah satu mahluk yang diciptakan Allah dengan tujuan mulia, yaitu membantu penyerbukan. Dengan penggunaan bahan – bahan kimia tersebut menyebabkan kualitas makanan dari lebah madu terancam.
Bahan kimia dapat meracuni mereka dan menyebabkan kematian. Satu kematian dari ratu lebah, maka koloni akan hancur cepat atau lambat. Jika tiba satu titik dimana tak ada lagi lebah yang tersisa, maka tidak akan ada lagi “penolong” proses penyerbukan alami lagi. Tidak ada penyerbukan maka tumbuhan pun akan mati. Ketiadaan tumbuhan maka satu – satunya yang bisa manusia konsumsi hanyalah binatang yang tentu saja jumlahnya jauh lebih terbatas daripada tumbuhan.
Satu – satunya jalan dari peristiwa mengerikan tersebut adalah dengan mulai menumbuhkan kesadaran untuk mencintai dan peduli terhadap kelestarian alam. Bukankah sebagai khalifah kita sebenarnya juga memiliki tugas untuk menjaga bumi sebagai rumah ras manusia.
Bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan pun telah diajarkan oleh junjungan kita Rasulullah SAW. Mulailah dari saat ini juga, dan dari diri kita sendiri. Lakukanlah hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarang, ikut menanam tumbuhan berbunga di pekarangan rumah, dan meminimalisir penggunaan zat – zat berbahaya. Jangan sampai mahluk kecil yang menjadi nama salah satu surat dalam Al Quranul Karim ini lenyap karena ulah kita sendiri.
Oleh : Mohammad Ibnu Haq
Dapatkan buku agama Islam hanya ada di Toko Buku Online Deepublish. Yukk beli !