Ad-Dukhon artinya kabut atau asap. Bacaan surat Ad-Dukhon sejenak membuat kita mengaitkan dengan fenomena asap selama beberapa bulan ini yang melanda negeri kita Indonesia. Berikut beberapa hal saling terkait antara surat Ad-Dukhon dengan asap: pertama, ternyata asap adalah salah satu bentuk siksaan ALLAH swt. Asap adalah salah satu tentara ALLAH swt yang dikirim untuk memberi peringatan kepada manusia, seperti air bah yang dikirim untuk menenggelamkan kaum Nuh, teriakan keras yang dikirim untuk menghancurkan kaum Tsamud, dan badai yang dikirim untuk menghancurkan kaum Ad. Firman ALLAH di surat Ad-Dukhon ayat 10-11, “MAKA TUNGGULAH HARI KETIKA LANGIT MEMBAWA KABUT ASAP YANG NYATA, YANG MELIPUTI MANUSIA. INILAH AZAB YANG PEDIH.”
Kedua, bencana asap yang ada di negara kita ini termasuk ujian untuk menguji keimanan kita atau siksaan untuk menghukum dosa -dosa kita? Tidak ada manfaatnya kita selalu membela diri lalu menganggap ini adalah ujian terhadap keimanan kita. Sehingga, kita merasa baik-baik saja dan tidak ada yang salah dengan diri kita. Sikap merasa suci seperti ini justru membawa kita pada kubangan kesalahan. Tidak ada salahnya kita menganggap bencana asap ini sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, baik dosa perseorangan atau kelompok. Tidak ada salahnya kita menganggap bencana asap ini adalah hukuman ALLAH swt atas kelalaian dan kemaksiatan kita sehingga kita tergerak untuk bertaubat, introspeksi diri, dan mawas diri.
Ketiga, ada doa bagus yang diajarkan ALLAH dalam surat Ad-Dukhon. Doa tersebut terletak tepat setelah pernyataan bahwa asap itu adalah bagian dari azab ALLAH swt. Doa ini tidak ada salahnya kita baca berkali-kali ketika kita ingin terbebas dari bencana asap. Doa itu berbunyi, “YA TUHAN KAMI, HILANGKANLAH DARI KAMI AZAB INI, SESUNGGUHNYA KAMI ORANG YANG BERIMAN.” Doa ini diawali dengan panggilan kepada ALLAH swt dengan kata “Rabb” yang berarti Dzat yang mengatur, mengendalikan, dan merancang segala sesuatu. Dalam arti sempit, ALLAH dengan kata Rabb ini adalah Dzat yang mengatur dan mengendalikan terkait datang dan perginya asap.
Kata “Iksyif” pada mulanya berarti membuka sesuatu yang tertutup. Penggunaan kata ini tentu sangat tepat karena asap memang menutupi segala sesuatu. Menutupi pandangan, menutupi pernapasan, menutupi kebebasan, menutupi pergerakan, dan lain-lain. Doa ini diikuti dengan pengakuan keimanan “Sesungguhnya kami orang yang beriman.” Pengakuan seperti ini penting untuk ‘memancing’ rasa kasih sayang ALLAH swt. Seakan-akan kita berkata, “Ya ALLAH, meskipun kami ini banyak berbuat dosa tetapi kami ini tetaplah hamba-hambaMU yang beriman, kami tetap mengesakan Engkau, kami tidak menyekutukan Engkau. Maka kasihanilah kami, lenyapkan azab ini dari kami karena sesungguhnya Engkau Maha Belas Kasih terhadap hamba-hambaMu yang beriman.”
Beberapa ayat setelah doa tersebut, ALLAH swt menjawab dengan mengatakan, “SUNGGUH KAMI AKAN MENGHILANGKAN AZAB TERSEBUT AGAK SEDIKIT.” ALLAH swt menjanjikan akan menghilangkan azab tersebut sedikit terlebih dahulu. Dihilangkan sedikit demi sedikit untuk menguji apa yang selanjutnya akan kita lakukan, apakah kita kembali kepada ALLAH atau kembali kepada kemaksiatan. Jangan sampai kita mengikuti pernyataan pada bagian selanjutnya dari ayat ini, yakni “Sungguh kamu akan kembali ingkar.”
Beberapa titik asap yang sudah berkurang di sebagian wilayah jangan sampai membuat kita kembali berbuat maksiat. Apabila kita kembali bermaksiat maka ALLAH swt akan memberikan hukuman lain yang lebih besar, seperti yang tertulis pada ayat berikutnya, “HARI KETIKA KAMI MENGHANTAM DENGAN HANTAMAN YANG KERAS. SESUNGGUHNYA KAMI ADALAH PEMBERI BALASAN.” Akan tetapi, ketika kita benar-benar insaf, bertaubat, dan berusaha menjauhi dosa semampu kita maka insyaaALLAH ALLAH swt akan menghilangkan azab tersebut secara keseluruhan. ALLAH menjanjikan kepada kita tempat yang aman, menjanjikan kenikmatan surga seperti pada bagian-bagian akhir surat ini. Itulah kemenangan yang besar!!! “SESUNGGUHNYA ORANG YANG BERTAKWA DALAM TEMPAT YANG AMAN, DI DALAM TAMAN-TAMAN DAN MATA AIR-MATA AIR; MEREKA MEMAKAI SUTERA YANG HALUS DAN SUTERA YANG TEBAL, (DUDUK) BERHADAP-HADAPAN, ……………………………. SEBAGAI KARUNIA DARI TUHANMU. YANG DEMIKIAN ITULAH ADALAH KEMENANGAN YANG BESAR”
Wallahua’lam.