Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Perbedaan Psikolog dan Psikiater – Pertanyaan paling umum. Psikolog dan psikater itu sama atau beda ya? Kalau periksa pasien gangguan mental, jadi ke psikolog atau ke psikiater? Kalau dari psikologi, jadi bisa baca karakter dong?

Persamaan Psikolog dan Psikiater

Sebelum kita membedakan psikolog dengan psikiater, mari pahami bersama persamaan antara psikolog dengan psikater

  1. Sama-sama mempelajari proses mental manusia.
  2. Sama-sama berusaha untuk memperbaiki kondisi mental pasien.
  3. Dasar ilmunya bersifat ilmiah dan bisa dibuktikan.
  4. Lisensi kedua profesi tersebut terbatas pada orang-orang yang menempuh pendidikan profesi tersebut.
  5. Penegakkan diagnosa bersumber pada referensi yang sama, secara nasional yaitu buku PPDGJ, secara internasional yaitu buku ICD dan buku DSM.

Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Nah, sekarang apa sih perbedaan psikolog dengan psikiater?

PerbedaanPsikiaterPsikolog
Dasar Pendidikan S!Kedokteran UmumPsikologi
Dasar Pendidikan ProfesiSpesialis PsikiatriS2 Profesi Psikolog
Intervensi yang DiberikanTerapi obatPsikoterapi
Batasan intervensiTidak bisa memberikan psikoterapiTidak bisa memberikan terapi obat

Ketika terdapat pasien yang mengalami gangguan mental berat, dua proses klinis yang sebenarnya perlu untuk dilakukan yaitu memeriksakan pasien ke psikolog dan psikater sekaligus.

Mengapa tidak salah satu saja? Karena terapi yang diberikan tipe-nya berbeda. Padahal, gangguan mental berat sudah sangat merugikan pasien itu sendiri, hingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas kesehariannya secara normal, sehingga memerlukan terapi obat juga terapi psikis sekaligus.

Program Afiliasi

Psikater tidak bisa memberikan terapi psikis, sedangkan psikolog tidak bisa memberikan resep obat. Ibaratnya sudah beda yuridiksi-lah.

Bagaimana jika ada teman kita yang merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri? Apabila kondisinya tidak sampai mengancam nyawa, akan lebih baik jika dipertemukan dengan psikolog sebagai pertolongan pertama. Namun, apabila situasi yang terjadi sudah melibatkan nyawa, entah nyawa pasien sendiri atau nyawa orang lain, disarankan untuk mengunjungi psikiater terlebih dahulu.

Apakah kedua profesi itu benar-benar bisa membaca karakter dan pribadi orang lain? Tidak. Itu sangat tidak tepat. Seringnya, profesi psikolog-lah yang lebih sering mendapatkan ‘tuduhan’ semacam ini.

Di pertemuan awal, begitu orang tahu punya latar belakang ilmu psikologi, dianggap bisa baca karakter dari aura, wajah, garis tangan, tanda tangan, dan tulisan tangan.

Itu sangat tidak ilmiah. Walaupun, ada beberapa pihak dari kaum psikologi sendiri yang bersikukuh bahwa hal tersebut bisa dipertanggung jawabkan. Selintas, seperti ada kemungkinan bahwa hal itu ilmiah. Tetapi ternyata tidak. Ilmu seperti itu disebut pseudopsychology. Ilmu psikologi yang semu.

Jadi, kalau Anda bertemu dengan orang psikologi di lain waktu, jangan ‘ditodong’ ya untuk membaca karakter Anda. Karena orang yang paling tahu soal pribadi Anda, adalah diri Anda sendiri.

Sarah Kartika Pratiwi

Tinggalkan komentar