Pernah dengar kata-kata “Generasi sandwich”? Setiap generasi memiliki problematikanya sendiri-sendiri. Problematika yang sampai saat ini masih sering ditemui adalah generasi sandwich. Mungkin ada diantara kamu yang merasa asing dengan itu generasi sandwich? Pahami ciri-ciri dan dampaknya dalam artikel ini.
Sandwich yang dimaksud di sini bukan makanan, tetapi sebuah istilah yang sebenarnya kamu pun melihat fenomena ini dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan bisa jadi tetanggamu, keluarga temanmu atau bahkan kamu sendiri termasuk di dalam generasi sandwich ini dan bahkan sedang menjalaninya juga tetapi tidak sadar.
Nah, untuk mengetahui lebih lengkap apa itu generasi sandwich, lalu ciri-ciri dan dampak yang ditimbulkan, kamu bisa temukan jawabannya di artikel ini. Barangkali kamu salah satu yang termasuk dalam generasi sandwich, maka di sub bab di bawah akan kit aulas pula cara mengatasinya. Untuk mempersingkat waktu, langsung kita intip satu persatu.
Daftar Isi
Apa Itu Generasi Sandwich
Istilah generasi sandwich sebenarnya sudah mulai muncul sejak tahun 1981 di California. Hal ini dapat dilihat dari hasil jurnal Schlesinger dan Raphael di tahun 1993 yang menerangkan bahwasanya perempuan yang masuk kategorisasi middle age berusia 45-65 tahun mengalami himpitan finansial terhadap anggota keluarganya, yang kemudian disebut dengan istilah generasi sandwich.
Kemudian penelitian berkembang dari tahun ke tahu, terkait cakupan usianya tidak dibatasi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Istilah generasi sandwich adalah istilah yang diperuntukan untuk orang yang memiliki beban finansial akibat terhimpit oleh generasi atas dan generasi bawah. Dikatakan sebagai generasi bawah merujuk pada orangtua/mertua.
Sementara yang dimaksud dengan generasi bawah merujuk pada anak dan cucu (bagi yang sudah memiliki cucu). Sesuai dengan namanya, Sandwich salah satu makanan yang menghimpit lauk pauk (Daging, sayur dan mayones) dengan roti.
Dimana generasi sandwich adalah kondisi dimana seseorang memiliki situasi atau kondisi yang harus menghidupi keluarga (dua generasi atau lebih) secara sisi finansial. Secara tidak langsung, kondisi yang “menghimpit” inilah yang mirip dengan struktur makanan sandwich.
Di era serba digital dan hidup serba tidak mudah, sebenarnya banyak diantara kita yang menemukan fenomena generasi sandwich. Dimana seorang anak masih tinggal bersama orangtua. Kemudian orang tua masih memiliki beban untuk mengurus cucunya, bahkan ada pula sang nenek (orang tua si anak) yang juga masih mencari finansial. Ini salah satu masalah generasi sandwich yang paling umum ditemui.
Ciri-Ciri Generasi Sandwich
Setelah mengetahui apa itu generasi sandwich, lantas apa saja sih ciri-ciri generasi sandwich? Mengutip dari Senorliving.org, generasi sandwich memiliki beberapa ciri, yaitu
1. The Traditional Sandwich Generation
Ciri ini lebih banyak kita temukan pada orang yang sudah berusia 40 – 50 tahun. Dimana kehidupan mereka memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan secara finansial kepada generasi awal dan generasi bawah.
2. The Club Sandwich Generation
Sementara yang dimaksud dengan the club sandwich generation mencakup orang dewasa yang berusia 30 sampai 60 tahun. Dimana kehidupan mereka diapit oleh orangtua, nenek/kakek (bagi yang masih hidup) dan anak dan cucu (bagi yang sudah memiliki cucu). Secara sederhana, keluarga besar yang menyatu jadi satu.
3. The Open Faced Sandwich Generation
Beda lagi dengan ciri generasi sandwich satu ini. Generasi the open faced sandwich generation sebuah kondisi yang dialami seseorang (siapapun itu) secara tidak profesional memiliki peran perawatan lansia.
Dampak Dan Efek Generasi Sandwich
Mungkin sekilas generasi sandwich terlihat baik-baik saja. Padahal, banyak sekali dampak yang ditimbulkan. Berikut beberapa dampak yang menyertainya.
1. Tingginya Tingkat Stress
Dibandingkan orang yang hidup mandiri dan tidak terjebak dalam generasi sandwich, ternyata memiliki dampak stress lebih tinggi. Alasannya sederhana, karena memang mereka memiliki beban dan tanggung jawab terhadap keluarga besarnya.
Tidak hanya dituntut secara pemenuhan kebutuhan pokok, dan kemapanan secara finansial. Melainkan munculnya potensi perbedaan pendapat dan perselisihan kecil bisa menjadi besar. Intinya, semakin kompleks permasalahan yang akan dihadapinya.
2. Kelelahan Mental dan Fisik
Disadari atau tidak, generasi sandwich juga memiliki potensi mengalami burnout atau kelelahan secara fisik dan kelelahan secara mental. Faktor kelelahan fisik bisa disebabkan oleh kelelahan bekerja, agar tetap memiliki pemasukan untuk hidup keluarga. Sementara kelelahan mental bisa ditimbulkan dari faktor tekanan di pekerjaan dan tekanan di dalam rumah itu sendiri.
Jika seseorang tersebut tidak pandai mengolah emosi, dapat menimbulkan stress. Sehingga, penting sekali bagi Anda untuk melepaskan semua beban, agar kembali bersemangat dan tetap sehat jasmani dan rohani.
3. Munculnya Rasa Bersalah
Tidak dapat dipungkiri jika ketidakmampuan memenuhi kebutuhan keluarga mampu menimbulkan rasa bersalah. Karena merasa itu adalah peran dan tanggungjawabnya. Perasaan negatif seperti ini, jika tetap dipelihara dapat menjadi faktor pemicu munculnya stress dan gangguan mental. Itu sebabnya, penting untuk mengontrol dan mengelola pikiran.
4. Khawatir
Dampak Generasi sandwich memicu tingkat kekhawatiran secara terus menerus. Rasa khawatir dan cemas ini tidak hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga orangtua hingga anak-anaknya.
Bentuk kekhawatiran dan kecemasan yang paling umum di keluhkan, masalah finansial dan jaminan kesehatan anggota keluarganya.
Cara Mengatasi Generasi Sandwich
Melihat dampak generasi sandwich kurang baik untuk diri sendiri dan keluarga. Maka perlu solusi keluar dari zona tersebut. Berikut beberapa cara solusi atau cara mengatasinya.
1. Mengelola Penghasilan dengan Baik dan Bijak
Cara mengatasi generasi sandwich, dapat diawali dengan mengelola penghasilan. Mengelola penghasilan menjadi salah satu cara paling efektif agar bisa keluar dari zona ini. Setidaknya dengan mengelola penghasilan, akan memudahkan dalam memanajemen dan mengontrol uang masuk dan keluar.
2. Menambah Sumber Penghasilan Tambahan
Salah satu yang kedua adalah dengan menambah sumber penghasilan. Memang butuh strategi lebih untuk bisa mencari sumber pendapatan lain. Misalnya, sepulang kerja kantoran, bisa berjualan nasi goreng atau pecel lele, atau membuat usaha sampingan lain, yang sekiranya potensial menghasilkan cuan.
Apabila memang pekerjaan utama sangat menyita waktu sehingga tidak bisa mengambil pekerjaan lain untuk sumber penghasilan, kamu bisa banget mencoba yang namanya reseller buku. Kenapa? Sebab, dengan bergabung menjadi reseller buku apalagi dengan sistem dropship, yang kamu perlukan hanya jualan. Masalah stok tidak perlu mikir.
Modal kecil dan waktu padat sangat tertolong untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan kerja sampingan menjadi seorang reseller dropship. Jika ingin, langsung saja daftar. Hanya dengan modal Rp100.000 an saja sudah langsung berpotensi jutaan per bulan.
Informasi Reseller Buku Resmi, bisa disimak pada Open Reseller Buku.
Selain daftar, kamu juga akan banyak mendapatkan banyak fasilitas untuk membantu penjualan laris. Untuk versi gratis, bisa unduh langsung ebook tentang bisnis dan jualan pada Download Ebook Bisnis Gratis.
3. Komunikasi Dengan Keluarga
Pentingnya membangun komunikasi dengan keluarga juga bisa menjadi unsur penting. Komunikasi bisa membicarakan rencana masa depan, agar bisa keluar dari zona generasi Sandwich. Misalnya, meminta izin kepada orang tua untuk mencoba hidup secara mandiri, pisah rumah dengan cara ngontrak atau cara lain. Siapa tahu setelah obrolan dua arah, kamu mendapatkan tanah warisan untuk membangun rumah.
4. Membuat Catatan Keuangan
Agar jelas uang yang dikeluarkan, tidak ada salahnya untuk membuat catatan keuangan. Tujuan membuat catatan keuangan tidak lain agar bisa melakukan kontrol dan manajemen.
Itulah beberapa cara mengatasi generasi sandwich. Memang untuk keluar dari zona ini tidaklah mudah. Banyak dilemma dan alasan yang sulit untuk diputuskan. Apapun itu, saya yakin setiap orang memiliki alasan dan memiliki caranya sendiri-sendiri.
Baca juga: 11 Daftar Kerja Sampingan Di Malam Hari [Update]
Semoga sedikit ulasan tentang generasi sandwich ini memberikan gambaran. Buat kamu yang masih muda, maka dari sekarang sudah mempersiapkan kemapanan finansial. Agar tidak masuk ke dalam zona generasi sandwich ini. Semoga sedikit ulasan ini bermanfaat. (Irukawa Elisa)
Sebagai seorang SEO Spesialis, telah berpengalaman dalam membantu berbagai bisnis meningkatkan visibilitas online mereka melalui optimasi mesin pencari. Dengan keahlian dalam riset kata kunci, optimasi konten, dan strategi backlink, berfokus pada peningkatan trafik organik dan peringkat situs web di mesin pencari