Outcome thinking adalah satu dari empat filosofi Neuro Linguistic Programming (NLP). Dasar pemikiran utamanya adalah :
1. Bila seseorang berada pada kondisi yang tidak diinginkan (present/problem state), ia harus merespon dengan bertanya: “Kondisi seperti apa yang saya inginkan? (desired state).
Kita harus tau betul apa yang kita inginkan, kemudian mencari solusi untuk mengatasi masalah. Berpikir dalam mengatasi masalah adalah seperti berpikir diluar kotak, berusaha berpikir “zoom out” dan tidak terjebak di dalam masalah tersebut. Berusaha berfokus mencari solusi, bukan mencari kambing hitam. Karena jika pikiran kita semakin lama semakin terpaku pada persoalan atau hal-hal yang tidak diinginkan, justru dapat membuat persoalan menjadi semakin berat, parah, dan nyata.
Contoh: Sakit Kepala
Bila seseorang sedang menderita sakit kepala, ia dapat memilih untuk terus-menerus merasakan penderitaannya hingga rasa sakit itu menjadi kian parah, atau memilih untuk minum obat kemudian mengalihkan pikirannya pada hal-hal yang menyenangkan agar dapat “melupakan” sakit kepala itu (dan sembuh).
2. Melibatkan kecerdasan pikiran Alpha sehingga dapat menjiwai apa yang diinginkan. Bila kita mampu menjiwai apa yang kita inginkan (meskipun belum terjadi) maka keinginan tersebut akan menuntun perilaku dan sikap kita untuk mencapainya.
Goal adalah apa yang kita rancang dengan menggunakan kecerdasan kognitif, analisis, dan logis. Outcomes adalah akibat atau hasil dari tercapainya suatu goal. Supaya pernyataangoal dapat diterapkan maka perlu disusun dalam format yang terstruktur yang disebut well-formed outcomes.
Berdasarkan arah pencapaiannya, goal dapat dibedakan menjadi dua yakni outcome goaldan process goal. Outcome goal adalah tempat/tujuan/hasil akhir yang ingin anda capai (contoh: anda menginginkan air untuk diminum). Process goal adalah usaha anda untuk mencapai goal, bagaimana caranya anda mendapatkannya (contoh: upaya anda untuk mendapatkan air minum).Outcome goal kita nyatakan dalam visi dan misi (lihat posting sebelumnya), sedangkan process goal adalah strategi dan taktik yang harus kita jalankan untuk mencapai visi, dan misi.
Suatu outcome dapat disebut well-formed outcomes jika memenuhi kriteria berikut:
a. Pernyataan dalam bentuk positif, spesifik dan jelas
b. Dirancang atas inisiatif sendiri
c. Dapat diusahakan sendiri (tidak bergantung orang lain)
d. Memiliki konteks yang jelas
e. Kapan (tanggal) dan dimana (lokasi yang jelas) akan dicapai/terlaksana
Hubungan antara Outcome Thinking dengan Alpha Mind
Aktivitas otak dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian.
Pertama disebut Beta; Aktivitas sadar, terjaga dan melakukan berbagai penyelesaian masalah serta mengambil keputusan-keputusan selama 16 jam per hari. Selama kita terjaga, gelombang otak bergerak antara 13-30 putaran per detik. Meskipun pada kondisi beta otak bekerja selama 16 jam, namun fungsi utamanya (75%) adalah untuk mengoperasikan fungsi-fungsi organ tubuh penting seperti jantung, paru-paru, ginjal, organ pencernaan, dan metabolisme tubuh lainnya. Hanya (25%) saja yang digunakan untuk melakukan fungsi yang kita sebut pikiran sadar.
Fungsi pengoperasian pikiran Beta juga terdapat tiga kondisi yakni : consciousness (pikiran sadar), subconsciousness (kondisi antara sadar dan tidak), dan unconsciousness (pikiran cerdas/bawah sadar)
Kedua disebut Alpha, aktivitas ini memiliki karakteristik: jelas, tenang, dan santai. Berputar sebanyak 8 – 12 kali per detik. Kondisi Alpha berlangsung pada saat seseorang fokus solat, bermeditasi mendalam, melamun, tidur-tidur ayam, menjelang tidur, dan saat terjaga (kebangun) dari tidur lelap. Pada kondisi Alpha, tingkat konsentrasi kita dapat mencapai 95 – 100%. Sangat jauh melampaui 25% keefisienan konsentrasi pada saat kita di kondisi Beta (pikiran sadar).
Perlu diketahui bahwa ketika kita sedang terjaga (kurang lebih 16 jam per hari) tidak selamanya gelombang otak kita selalu berada dalam kondisi Beta. Sekitar 93% dalam sehari kita sering keluar masuk ke dalam kondisi Alpha. Contoh: Ketika kita terhanyut menonton TV, membaca Novel dan terbawa alur ceritanya, melamun, dan asyik melakukan suatu kegiatan, kita seakan-akan lupa sekeliling, lupa waktu, dan tidak lagi merasakan suhu udara, longgar sempitnya pakaian kita, nyaman tidaknya suasana sekitar, empuk/kerasnya tempat duduk. Dalam keadaan seperti itu pikiran Alpha terjadi dalam diri kita.
Ketiga disebut Theta. Kondisi pikiran bawah sadar yang beroperasi pada saat-saat seseorang menjelang tidur pulas. Theta merupakan kondisi unconscious (tidak sadar) namun bukan berarti sepenuhnya tanpa aktivitas. Pada kondisi ini gelombang otak 4-9 kali putaran per detik. Sebenarnya, rendahnya gelombang otak justru menimbulkan kondisi kreatif tinggi dan sangat imajinatif.
Keempat disebut Delta. Kondisi tertidur pulas, terjadi ketika otak beraktivitas 0 – 4 putaran per detik. Biasanya kondisi ini hanya berlangsung selama 30 – 40 menit per malam. Pada kondisi ini otak benar-benar bebas dari aktivitas berpikir. Perlu diketahui bahwa ketika kita terbangun dari tidur lelap, maka gelombang otak akan bergerak lebih cepat, dari delta (tidur pulas) berpindah ke theta (tidur ringan), alpha, dan beta.
Cara kerja otak berpengaruh besar terhadap motivasi kita mencapai outcomes. Outcomes yang dapat divisualisasikan, dipersepsikan sebelum tercapai, akan membentuk sistem keyakinan kita (kita menjadi termotivasi kuat untuk mencapainya) sehingga pada akhirnya bisa tercapai beneran. Pikiran bawah sadar juga berfungsi dalam memberikan kita kekuatan di kala kita mulai kehabisan energi.
Positif dan Spesifik
Otak tidak mengenal kata “tidak, jangan”, karena otak hanya paham dan memproses gagasan-gagasan berbentuk positif. Saya tidak mau miskin -> saya menjadi miskin. Saya tidak mau bodoh -> saya menjadi bodoh, saya tidak mau masuk neraka -> saya mau masuk neraka. Itulah cara kerja otak kita.
Goal utama kita mungkin belum spesifik. Oleh karena itu goal tersebut perlu diturunkan (chunking down) menjadi goal-goal kecil yang lebih spesifik dan konkrit. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengirimkan pesan-pesan spesifik kepada pikiran cerdas/bawah sadar kita dan mampu mengimajinasikan dengan 5 panca indera kita.
Percobaan kecil 1: Jangan bayangkan gajah!
Apa yang terjadi? anda pasti membayangkan gajah.
Percobaan kecil 2: Kirimkan pesan kepada pikiran kita sebelum tidur, pukul berapa Anda ingin bangun keesokan hari. Nyatakan secara positif dan spesifik. “Aku bangun dari tempat tidur pukul lima pagi.” Jika anda melakukan eksperimen ini secara betul, mulai sekarang anda tidak perlu lagi pasang alarm.
Kesimpulan:
Untuk setiap goal yang Anda rancang, nyatakan secara positif dan juga spesifik. Seperti perumpamaan berikut. Kita tidak bisa menyetop sebuah taksi dan tidak memberikan alamat yang hendak dituju dengan jelas serta spesifik. Supir taksi akan selalu bertanya, “Mau kemana?” dan Anda tidak dapat menjawab “Pergi dari tempat yang tidak aku inginkan ini.” Maka supir taksi itu akan terus mendesak hingga Anda menentukan tempat yang akan dituju secara jelas dan spesifik. Jika tidak ia pasti akan menolak melayani Anda.
Inisiatif dan Kendali
Gol harus dibuat atas inisiatif pribadi dan sepenuhnya di bawah kendali penggagasnya (bukan paksaan orang tua, biasanya). Jika inisiatif dari orang lain, otak kita akan menolak untuk mencapai gol tersebut. Oleh karena itu, jika kita bekerja dalam berkelompok, caranya adalah berusaha menanamkan ke otak kita bahwa goal kelompok itu (baik perusahaan tempat kita bekerja, organisasi tempat kita berkegiatan sosial dan berkontribusi untuk masyarakat) adalah goal pribadi diri kita juga.
Salah satu faktor yang menunjang kesuksesan kita adalah komunikasi dan relasi dengan orang lain. Perlu dipahami bahwa Anda tidak dapat mengendalikan perilaku orang lain. Jadi tidak mungkin bagi Anda untuk berharap (menghendaki) seseorang mengubah perilakunya. Anda tidak punya kendali atas orang lain. Tidak peduli siapapun dia, anda tidak akan pernah dapat mengendalikan sikap orang lain terhadap Anda. Nah, yang dapat Anda lakukan adalah mencari tahu dan berperan aktif untuk menjalin hubungan baik dengan mereka, dan mencoba membagi gelombang-gelombang positif dari otak anda ke mereka dengan cara berinteraksi, berbagi informasi secara positif. Dengan demikian orang tersebut akan mengikuti anda, berdasarkan kemauannya sendiri (bagi yang menerima). Dan bagi yang tetap menolak, lambat laun ia akan pergi meninggalkan kelompok anda. Tidak perlu khawatir, dengan segera orang baru akan mengisi kekosongan posisi tersebut, yang tentunya yang dapat menerima gelombang-gelombang positif yang anda pancarkan.
Umpamanya, Anda tidak dapat mengubah arah bertiupnya angin, tetapi Anda dapat mengubah posisi layar Anda. Anda tidak dapat menghentikan hujan, tetapi anda dapat memakai jas hujan atau payung agar tidak basah.
Ruang dan Waktu
Selain spesifik, goal atau outcome hendaknya dibuat sesuai konteks. Kejelasan konteks akan mempermudah kita untuk mengukur kemajuan yang dicapai. Kita telah tahu bersama bahwa tidak mungkin merancang suatu gol yang berada di luar kendali kita tanpa sistem yang kuat. Contoh:
Sebagai orang tua saya ingin anak saya berprestasi, tetapi saya tidak mungkin merancang gol “Anak-anak harus mendapat nilai A+ dan ranking 1 di semester ini!”. Itu mustahil. Harusnya yang dapat saya lakukan adalah merancang gol “Membantu anak-anak belajar dua jam setiap hari di rumah.”
Sumber Daya dan Hambatan
Perjalanan dari present state menuju desired state membutuhkan mental pemenang, berbagai sumber daya seperti materi, waktu, tenaga, pikiran, bantuan dan dukungan orang lain, serta keteladanan (role model). Berbagai sumber daya ini sebenarnya telah tersedia bagi kita semua, sekarang tinggal tergantung kebijaksanaan kita dalam memanfaatkannya.
Waktu adalah sumber daya yang maha penting dalam hidup di dunia ini (yang setiap orang diberi kesempatan oleh Alah hanya 1 kali). Dalam konteks ini, kita tidak saja berbicara satuan waktu yang akan kita gunakan untuk mencapai 1 (satu) 2 (dua) goal saja, tetapi juga bagaimana mendapatkan cukup waktu untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarahkan kita dalam mencapai goal utama hidup kita masing-masing.
Kita semua dijatah waktu 24 jam sehari. Kaya miskin, muda tua, cantik jelek, pintar bodoh, sehat sakit, semuanya tetap di jatah waktu yang sama. Tapi mengapa ada yang sukses dan gagal? pemenang dan pecundang? padahal seumuran?
Ada pula yang mengeluh dalam mengelola waktu. Ada yang merasa kekurangan waktu. Sesungguhnya kita tidak mungkin mengelola atau memanajemen waktu. Yang dapat kita lakukan hanyalah membuat prioritas-prioritas dan bergerak, berpikir, bertindak berdasarkan prioritas-prioritas tersebut.
Ingatlah bahwa setiap detik waktu yang kita habiskan untuk melakukan suatu hal tidak akan pernah kembali dan tergantikan lagi. Waktu yang terbuang untuk bermain-main tidak mungkin kembali kepada kita dalam bentuk manfaat. Oleh karena itu, gunakan sumber daya waktu kita dengan sebijak-bijaknya.
Ada satu cara untuk menghemat sumber daya waktu kita, yakni kecakapan kita dalam mendelegasikan tugas kepada orang lain, dengan konsekuensi memberikan imbal hasil kepada delegator tersebut.
Role Model (panutan) penting bagi setiap orang. Role model dapat dijadikan acuan kita dalam belajar hal-hal positif yang ada padanya. Memiliki role model tidak berarti kita copy paste darinya. Kita wajib menjadi pribadi yang unik, khas, dan kreatif sesuai dengan diri kita sendiri. Role model hanyalah alat bantu agar hidup kita tidak tersesat dan terombang-ambing mode, dan tren yang menyebar dimasyarakat (dan selalu berubah-ubah setiap tahun).
Terakhir, gunakanlah sumber daya yang ada untuk melakukan leverage. Leverage adalah prinsip mencapai tingkat hasil setinggi-tingginya dengan usaha sekecil-kecilnya. Selain ituLeverage juga berarti mengurangi usaha A dan menambah usaha B yang lebih produktif.
Contoh: Mengurangi nonton video dan TV, menambah baca buku dan perkumpulan kreatif. Mengurangi makan diluar dan belanja, menambah menabung dan belajar masak sendiri.
Ekologi dan Congruence
Manusia adalah mahluk sosial. Hampir tidak mungkin manusia di dunia ini benar-benar sanggup hidup sendirian. Dengan demikian, Anda harus memikirkan konsekuensi logis dari pencapaian goal – goal anda terdapat cakupan sistem sosial masyarakat dimana Anda hidup, keluarga anda, orang-orang yang Anda sayangi dan pedulikan. Dengan demikian, banyak diantara goal kita memerlukan pertimbangan orang lain, khususnya yang terdekat dalam hidup pribadi serta organisasi kita. Sharinglah impian-impian kita kepada mereka! dan minta mereka memberi masukan, kemudian minta dukungan aktif mereka!
Selain faktor ekologi diatas, gol-gol kecil harus congruence / sesuai / sejalan dengan goal utama kita. Kalau anda ingin menjadi petenis profesional, Anda harus berlatih dan mengikuti pertandingan-pertandingan tingkat amatir lebih dahulu. Anda harus membuat goal untuk memenangkan kejuaraan-kejuaraan tenis yang Anda ikuti. Bukannya membuat goal untuk memenangkan lomba renang.
Teruji dan Terbukti
Jika anda belum pernah, sebaiknya anda melakukan proyek ini,Proyek Visualisasi.
Proyek ini dilakukan dengan menggunakan standar operasi (langkah-langkah) berikut:
Langkah 1. Tetapkan apa saja yang diinginkan. (contoh: rumah)
Langkah 2. Cari informasi lengkap dan mendalam tentang hal-hal yang diinginkan. (harga rumah, spesifikasi rumah, lokasi rumah, cara pembayaran rumah, lingkungan masyarakat sekitar rumah)
Langkah 3. Dapatkan foto atau gambar berukuran besar, kemudian dicetak dengan resolusi pixel tinggi sehingga terlihat jelas, indah, juga menarik.
Langkah 4. Foto-foto tersebut digantung di kamar tidur, posisinya diatur agar terlihat begitu bangun tidur.
Langkah 5. Berdoalah untuk mendapatkannya, dan bekerjalah untuk mendapatkannya.
Langkah 6. Begitu langkah 5 sudah menjadi otomatis (karena terbiasa melakukannya setiap hari), lakukanlah visualisasi dan imajinasi “jika sudah tercapai, apa yang saya rasakan, dengarkan, lihat di depan mata saya”
Langkah 7. Kerjakan “cara-cara” mencapainya, tidak hanya “ngarep untuk tercapai tanpa kerja keras”. Jadi tanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan rumah tersebut?”
Langkah 8. Jawaban dari langkah 7 dikerjakan dengan sesegera mungkin, secepat mungkin, dan sebaik-baiknya hasil pekerjaan.
Menurut para ilmuan, pikiran tidak dapat membedakan antara fantasi dan realitas. Jika seseorang berpikir bahwa dirinya sedang melakukan sesuatu, padahal pada kenyataannya tubuhnya sedang diam, otak menerimanya sebagai realitas. Begitu pula halnya jika ia benar-benar melakukannya sebagai realitas.
Pada dasarnya realitas dan fantasi terletak pada bagian yang sama dalam sistem otak kita. Oleh sebab itu, bila kita terus-menerus mengulang suatu perilaku dalam pikiran kita, jalan-jalan yang menghubungkan sel-sel otak akan terbangun.