Berbicara mengenai akhlak negatif tentunya berkaitan dengan kehidupan manusia. Ada banyak penyimpangan seperti yang berkaitan dengan agama, sosial dan budaya terjadi dalam kehidupan. Hal tersebut terlihat dari berbagai macam problem baik berkaitan dengan diri sendiri ataupun dengan pihak lain. Problem tersebut dapat digambarkan seperti sikap emosional, sifat sombong, sifat tak acuh, dan sampai pada masalah krusial seperti hadirnya kejahatan pembunuhan serta berkembangnya tikus-tikus negara.
Lantas solusi apakah yang dapat dilakukan untuk memerangi hal tersebut? Ataukah manusia membutuhkan intropeksi diri dengan jangka waktu berkepanjangan untuk memperbaiki akhlaknya? Tentu saja itu bukanlah hal yang terlalu penting. Ada hal yang jauh lebih penting untuk memperbaiki akhlak daripada sekadar melakukan intropeksi diri.
Berawal dari kacamata Islam, kita tahu bahwa salat adalah tiang kehidupan. Seharusnya kita sadar jika memiliki akhlak yang buruk itu adalah cerminan salat kita yang kurang baik. Dalam QS. Al-Ankabut (29) ayat 45 Allah berfirman “Dirikanlah shalat, sesunguhnya shalat mencegahmu dari perbuatan keji dan mungkar.” Dengan demikian, jika ada manusia memiliki akhlak yang kurang baik, tentu salatnya bagaikan raga tanpa roh.
Berpijak dari hal tersebut, andai kita menginginkan untuk memperbaiki akhlak maka jangan hanya melakukan kegiatan intropeksi diri. Langkah awal dan langkah terpenting adalah yakni memperbaiki salat. Perbaikan salat tersebut dilakukan dengan meningkatkan kekhusyukan dan memperhatikan kesucian dalam salat. Kesucian tersebut bukan hanya suci raga, melainkan kita harus memiliki jiwa yang suci dari segala hal mudarat. Semoga kita senantiasa untuk memperbaiki kualitas salat demi terciptanya akhlakul karimah, amin.
-Herlambang Rahmadhani-