Ada banyak faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang harus dipahami. Pada artikel sebelumnya kita sudah mengulas tentang interaksi sosial. Meskipun interaksi sosial sesuatu hal yang biasa kita lakukan. Namun, banyak diantara dari kita menyadarinya.
Jadi pada kesempatan kali ini kita akan spesifik mengulas faktor yang mempengaruhi interaksi sosial itu ada apa saja sih? Ternyata interaksi sosial tidak bisa lahir begitu saja. Ada beberapa faktor pengaruh. Tentu saja butuh proses panjang. Langsung saja, kita intip faktor yang mempengaruhinya berikut ini.
Daftar Isi
Pengertian Interaksi Sosial
Sebelum fokus pada faktor yang mempengaruhi interaksi sosial kita sedikit mengingat pengertian interaksi sosial. Secara umum, pengertian interaksi sosial adalah Interaksi sosial terjadinya interaksi antara individu ke individu, individu ke kelompok atau kelompok ke individu.
Dimana Mereka melakukan komunikasi atau hubungan yang mendorong lawan interaksi untuk memberikan respons. Interaksi sosial dapat dapat muncul karena terjadinya peristiwa yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Interaksi sosial itu sendiri tidak bersifat kaku. Ia bersifat dinamis, yang dapat berubah seiring berjalannya waktu dan perkembangan. Secara umum, interaksi sosial harus bertatap muka. Sekarang sudah berkembang. Dimana interaksi sosial dapat dilakukan secara virtual.
Apalagi semenjak Covid-19 segala sesuatunya menjadi serba digital. Memungkinkan kita bertatap muka lewat layar ponsel atau layar komputer saja.
Pahami lebih lengkap dan jelas tentang interkasi sosial pada pengertian dan contoh interkasi sosial
Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial & Contohnya
Setelah mengetahui sekilas tentang interaksi sosial. Sekarang waktunya mengulas ke pembahasan inti, yaitu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial terdiri dari imitasi, sugesti, empati, simpati dan identifikasi.
1. Imitasi
Imitasi adalah kemampuan seseorang untuk meniru seseorang. Bagi pakar psikologi sosial, ada yang kurang berkenan dengan pendapat ini. Namun jika kita lihat analogi dan perspektif yang lain, faktor imitasi bisa menjadi alasan kenapa terjadinya interaksi sosial.
Bukti bahwa interaksi sosial terjadi akibat proses imitasi dapat kita lihat gaya hidup. Kita tahu bahwa tontonan yang disuguhkan saat ini adalah alasan bagi penggemar untuk mengikuti gaya idolanya. Sederhananya, sebut saja orang tersebut adala artis yang populer dan terkenal dengan dandanan modis dan prestasi.
Daya tarik dan rasa senang terhadap idola inilah yang mendorong orang tersebut ingin berperilaku, bersikap dan bergaya seperti sang idola. Misalnya dari gaya pakaiannya.
Dari keinginannya inilah yang mendorong orang tersebut untuk membeli pakaian, aksesoris, dan lain sebagainya. Dimana segala keinginan yang sudah diwujudkan dalam sebuah aksi atau tindakan, akan menimbulkan interaksi.
Contoh lain, dapat kita lihat tumbuh kembang bayi yang baru lahir, kemudian berproses bisa duduk, berjalan hingga berbicara. Bahkan dari sikap pun memiliki kesamaan dengan salah satu keluarganya. Seorang bayi yang dibesarkan orang tuanya pasti mereka akan belajar berbicara (ini juga akan melahirkan interaksi sosial).
Sebaliknya, kamu pasti pernah mendengar jika ada anak manusia dibuang di hutan dan dibesarkan oleh sipanse? Anak tersebut pun tidak bisa berbicara layaknya manusia. Ini mendukung bahwa imitasi menjadi faktor yang mempengaruhi interaksi sosial.
2. Sugesti
Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang kedua adalah sugesti. Kebalikan dari imitasi, jika imitasi interaksi sosial atas dorongan eksternal (dari luar diri sendiri), maka sugesti dorongan interaksi sosial atas kesadaran diri, tanpa pengaruh dari pihak luar. Saat berbicara tentang sugesti, memang menarik.
Siapa yang menyangka jika seseorang yang memiliki sugesti positif mampu mengatakan orang tersebut bersikap dan perilaku baik. Berlaku sebaliknya, jika sugesti negatif, sikap dan perilaku orang tersebut akan buruk.
Cara kerja sugesti itu sendiri pun cukup unik. Sugesti akan masuk ketika otak kita dalam kondisi pikiran bawah sadar. Dengan kata lain, kondisi pikiran bawah sadar inilah otak manusia sangat sugestif. Nah, kamu pun bisa melakukan afirmasi positif atau sugesti sendiri. Caranya cukup mudah, kenali waktu-waktu yang pas untuk diberikan sugesti.
Barangkali kamu ada yang bertanya-tanya, lantas dalam kondisi seperti apa sih sugesti itu dapat kita lakukan? Menurut asep herna ada banyak moment sugestif.
Diantaranya adalah saat mengantuk, saat bermimpi, saat mengigau, 30 menit pertama saat tidur, 30 menit sebelum bangun, saat fokus membaca buku, saat melamun, saat bingung, saat banjir informasi, saat terkejut, saat mara, sedih, takut dan saat kamu bermain games adalah momen yang pas untuk mensugesti.
3. Simpati
Simpati ternyata menjadi faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Pasalnya simpati adalah kondisi dimana seseorang menaruh perhatian kepada orang lain. Umumnya simpati akan timbul atas dasar yang rasional, logis dan melalui proses identifikasi. Jadi terbentuknya simpati tidak muncul serta merta, melainkan ada faktor yang mengikutinya.
Simpati dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memahami, mengerti perasaan atau kondisi orang lain. Bentuk simpati yang menjadi tindakan interaksi sosial, tiap kasus akan berbeda-beda. Umumnya tergantung dari kasus permasalahan yang terjadi saat itu.
Contoh, belakangan ini teknologi semakin canggih. Banyak informasi dan hal-hal menarik yang terjadi di luar sana. Misalnya ada pengguna medsos melihat seorang kakek membawa barang, jalannya lunglai sambil memegang perut.
Saat ditanya, ternyata kakek tersebut belum makan. Kemudian pengguna media sosial tersebut membelikan makan. Tindakan yang dilakukan oleh pengguna medsos mulai dari dia bertanya hingga membelikan makanan adalah mendorong dirinya untuk melakukan interaksi sosial.
4. Identifikasi
Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang keempat adalah faktor identifikasi. Seorang anak yang sedang masa pertumbuhan. Mereka akan belajar dan bercermin dari orangtuanya. Selama proses belajar, anak akan menemukan banyak pengalaman baru. Mereka akan menemui hal-hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Orang Tua akan memberikan sikap yang baik dan sikap yang buruk. Awalnya anak hanya mengikuti saja, tanpa tahu apa maksudnya. Seiring berjalannya waktu, seiring kematangan berfikir dan seiring matang usia. Maka anak akan tahu apa yang dimaksud baik dan buruk.
Kemampuan mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh inilah bentuk dari identifikasi. Ada proses panjang untuk memahami. Sehingga anak saat berinteraksi sosial dengan orang lain (diluar keluarga) mereka tahu sikap yang seharusnya.
5. Empati
Empati salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Dalam berinteraksi sosial, empati terhadap komunikator mampu mempengaruhi kenyamanan, dan kondusifitas situasi. Setidaknya inilah yang dapat dijadikan alasan interaksi sosial dikatakan baik. Secara lebih sederhana, empati bentuk penghayatan perasaan terhadap orang lain.
Setidaknya kita ikut merasakan apa yang orang lain rasakan. Dalam perspektif lain, empati dapat pula dimaknai sebagai kesediaan untuk memahami orang lain, baik dari aspek perasaan, keinginan ataupun pikiran.
Menurut Charles Darwin Dalam bukunya Goleman empati adalah awal tindakan belas kasih atau bantuan yang berarti agar bisa bertahan hidup diantara berbagai alat bantu yang diberikan alam. Tidak berhenti disitu saja, empati juga disebut-sebut sebagai pelumas terhadap kehidupan sosial dan manusia sebagai bukti sebagai orang yang sempurna.
Menurut Daniel Goleman menuliskan bahwa empati memerlukan kadar berbagi emosi tertentu sebagai prasyarat bagi pemahaman sepenuhnya atas dunia batiniah orang lain. Setidaknya dari pendapat Goleman kita tahu bahwasanya empati memiliki mekanisme dasar yang membuat kita ikut merasakan luka dan sakit yang dirasakan oleh orang lain.
Jawaban kenapa empati sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, karena empati yang menciptakan lingkaran umpan balik. Ketika kita cocok dengan umpan balik sesuai dengan persepsi orang lain, maka akan terjadi interaksi lanjutan. Sebaliknya, jika tidak ada rasa empati sama sekali, maka hanya akan menjadi angin lalu yang pergi begitu saja.
Ada satu pesan yang menarik dari Goleman, seseorang yang memiliki rasa empati identik dengan kemampuan terhadap kepekaan berpikir. Dimana kepekaan berpikir salah satu kemampuan memahami pikiran orang lain. Dimana kemampuan ini adalah kemampuan yang paling tidak ternilai.
Rekomendasi Buku Ilmu Sosiologi
Buku Pengantar Sosiologi | Buku Sosiologi Politik: Makna…. | Buku Pengantar Sosiologi Umum…. |
Dapatkan Buku-Buku Sosiologi di Buku Sosiologi
6. Motivasi
Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang terakhir adalah motivasi. Menurut Abraham H. Maslow, manusia memiliki lima tingkatan atau motivasi hierarki kebutuhan yang meliputi.
a. Kebutuhan Fisiologikal
Jadi yang termasuk ke dalam kebutuhan fisiologikal adalah kebutuhan dasar manusia yang sifatnya wajib dipenuhi. Jika seseorang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi, bisa mengalami ketidakseimbangan psikologis.
Misalnya rasa lapar dan haus. Setidaknya atas dasar kebutuhan tersebut, mendorong seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Agar bisa makan, maka kita dituntut untuk berbelanja dan berinteraksi dengan penjual makanan.
c. Kebutuhan Rasa aman
Setiap orang juga butuh rasa aman. Ada beberapa macam rasa aman, termasuk rasa aman secara mental, rasa aman secara intelektual dan rasa aman secara psikologis.
d. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
Motivasi seseorang terhadap kebutuhan rasa kasih sayang termasuk faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Kita tau bahwa kasih sayang dapat kita peroleh dari orang lain (orang yang dicintai dan mencintai). Dari sini sudah jelas, adanya interaksi yang saling tertaut agar kasih sayang terus terjalin.
e. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan akan harga diri menjadi motivasi seseorang. Setidaknya ketika seseorang dominan mengejar akan kebutuhan harga diri, mereka akan fokus untuk membangun citra baik, dan berkarya dengan prestasi demi memperoleh penilaian orang lain tentang definisi harga diri. Maksud dari “definisi harga diri” mengacu pada standar dan penilaian harga diri setiap orang berlainan.
f. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah kemauan dan kesempatan yang diinginkan seseorang mendalami, mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dari proses yang ditekuni inilah yang mampu menghasilkan kemampuan nyata.
Baca artikel: Apa itu Ilmu Psikologi?
Ternyata interaksi sosial tidak terbentuk secara serta merta. Ada faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Semoga sedikit ulasan ini bermanfaat.
Baca Artikel terkait dengan “Sosial dan Sosiologi”
- 14 Pengertian psikologi menurut ahli
- Bentuk Perubahan Sosial Budaya
- Pengertian Public Speaking dan Teknik
Rekomendasi Buku Ilmu Sosiologi
Buku Sosiologi, Gender, Dan Semiotika | Buku Perubahan Sosial Budaya… | Buku Aksiologi Sebagai Dasar…. |
Dapatkan Buku-Buku Sosiologi di Buku Sosiologi