Penetrasi Sosial adalah proses terbentuknya komunikasi superfisial ke komunikasi intim. tidak banyak orang yang mengetahui istilah ini. Padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kita pun saling berhadapan dan mempraktekannya.
Adapun istilah lain dari penetrasi sosial, yaitu social penetration Theory (SPT) yang kemudian ada juga yang menyebutnya dengan teori bawang. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut apa itu penetrasi sosial kita ulas sedikit sebagai berikut.
Teori Penetrasi Sosial Menurut Ahli
Membangun interaksi sosial dengan orang lain, baik orang asing ataupun orang yang sudah lama dekat akan memunculkan berbagai respons dan rasa. Ada yang merasa langsung nyaman, ada pula yang merasa asing, risi dan kaku.
Bahkan terkadang perasaan yang awalnya biasa, lama kelamaan menimbulkan rasa nyaman. Atau sebaliknya. Perubahan rasa dari hubungan yang biasa ke hubungan yang lebih mendalam inilah yang disebut dengan penetrasi. Lantas seperti apa sih pendapat penetrasi sosial menurut para ahli? Langsung saja kita intip ulasannya di bawah ini.
West dan Turner
Penetrasi sosial menurut West & Turner adalah bentuk dari perubahan keintiman atau tingkat penetrasi sosial.
Irwin Altman dan Dalmas Taylor
Irwin Altman dan Dalmas Taylor adalah ahli psikologi di tahun 1973 yang lalu. Mereka adalah dua sosok yang mengajukan konsep penetrasi sosial.
Menurut mereka, penetrasi sosial adalah bentuk kedekatan hubungan interpersonal yang berakhir sebagai teman baik lewat tahapan hubungan yang teratur, hingga terjalinlah hubungan yang intim diantara keduanya.
Devito
tidak jauh berbeda dengan pendapat Devito, jika penetrasi sosial adalah sebuah awal hubungan yang diawali dengan pembahasan yang sifatnya permukaannya saja. Jika awal hubungan membangun topik yang umum dan memunculkan rasa ketidaknyamanan, atau ketika di awal hubungan membicarakan topik intim juga akan menimbulkan ketidaknyamanan.
Maka akan menimbulkan ketidakakraban atau melahirkan jarak. Sebaliknya, jika hubungan pertama yang membicarakan topik umum ataupun intim dan hasilnya memberikan kenyamanan, maka itu dianggap sebagai hal yang normal dan alamiah.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori penetrasi sosial adalah sebuah hubungan interpersonal yang membangun hubungan intim karena adanya rasa keterbukaan dan kenyamanan satu dengan yang lain.
Jika yang terjadi tidak ada rasa kenyamanan, maka akan menimbulkan ketidak cocokan.
Asumsi Teori Penetrasi Sosial
Adapun asumsi teori penetrasi sosial menurut West and Turner (2008) yang perlu digarisbawahi.
- Adanya kemajuan hubungan yang tidak intim menjadi lebih intim
- Secara umum, teori penetrasi sosial bentuk dari hubungan yang tersistematis dan sifatnya dapat diprediksi
- Perkembangan penetrasi sosial akan menghasilkan dua respons, yaitu depentrasi (penarikan diri) dan disolusi.
- Membuka diri adalah dasar untuk membangun hubungan penetrasi sosial.
Dari empat poin di atas menegaskan bahwa sebuah interaksi sosial yang mungkin awalnya biasa-biasa saja, namun pada akhirnya nanti bisa membangun hubungan lebih dekat dan lebih intens jika 4 teori di atas diterapkan.
Tahapan Penetrasi Sosial
Seperti yang disinggung sebelumnya, jika penetrasi sosial disebut teori bawang. Dikatakan sebagai teori bawang karena julukan tersebut memiliki lapisan-lapisan, yang menganalogikan lapisan kehidupan, perasaan dan pemikiran seseorang. Setidaknya ada empat lapisan atau tahapan proses terjadinya penetrasi sosial, sebagai berikut.
1. Tahap Orientasi
Di tahap paling awal adalah tahap orientasi. Dimana kita hanya membuka sedikit demi sedikit tentang diri kita. Ini juga disebut sebagai tahap pengenalan dalam sebuah interaksi sosial ke publik.
Tahap orientasi umumnya dilakukan secara hati-hati, agar tidak melanggar secara sosial dan tidak melanggar harapan sosial. Adapun upaya yang sering dilakukan, yaitu dengan tersenyum atau bertindak sopan.
2. Tahap Penjajakan
Setelah tahap orientasi, memasuki tahap penjajakan. Di tahap penjajakan ini seseorang memiliki ketertarikan satu lapis dari masa orientasi.
Di tahap ini pula, seseorang mulai sedikit terbuka terhadap dirinya sendiri. Umumnya hal ini terjadi karena ada ketertarikan dengan lawan interaksi yang juga mulai terbuka pada dirinya sendiri.
Ciri interaksi sosial yang sudah memasuki tahap penjajakan adalah, mereka sudah memiliki kosakata atau bahasa yang hanya dipahami satu dengan yang lain. Misalnya, ada yang mulai menggunakan istilah atau kata yang hanya mereka mengerti. Ada pula yang menggunakan ekspresi wajah, komunikasi spontanitas dan saling nyaman.
3. Tahap Pertukaran Afektif
Tahap terakhir adalah tahap pertukaran afektif. Dimana interaksi ini muncul karena adanya komitmen dan kenyamanan. Sehingga membangun interaksi dan hubungan yang intim atau membangun hubungan yang lebih dekat.
Keintiman ini sebagai bentuk rasa kenyamanan, santai tanpa beban yang terjadi satu dengan yang lain.
Maka, hal ini dapat diartikan bahwa tahap pertukaran afektif adalah proses komunikasi yang dilakukan secara spontans individu. Adapun ciri dari tahapan pertukaran afektif, yaitu adanya komitmen dan munculnya rasa kenyamanan perasaan.
4. Tahap Pertukaran Stabil
Hubungan individu yang sudah sampai ke tahap bertukar perasaan dan pikiran dengan keterbukaan dan kenyamanan, maka sudah masuk ke tahap ini.
Dimana seorang individu dalam membangun interaksi sudah ke level lebih intens, dan intim. Karena mereka sudah berbicara tentang kejujuran hati, pikiran dan perasaan mereka.
Pertukaran yang stabil artinya membangun sebuah perilaku yang sifatnya berulang-ulang. Sehingga orang-orang paling dekat bisa menduga dan memahami perasaan dan pikirannya.
Baca juga: Bentuk Interkasi Sosial
Contoh Teori Penetrasi Sosial
Setelah mengintip pengertian, asumsi, dan tahapan penetrasi sosial. Rasanya belum lengkap jika tidak disertai dengan contoh kasus. Berikut adalah beberapa contoh yang semoga memberikan gambaran.
Contoh 1
Ketika kamu pertama kali masuk ke kelas di perguruan tinggi, maka kamu hanya akan berkomunikasi dengan teman paling dekat. Bahasa dan topik yang ditanyakan hanya sebatas siapa namanya dan berasal dari mana.
Namun setelah melalui proses pertemuan beberapa kali, dan sudah membangun komunikasi sedemikian rupa selama kurun waktu tersebut, maka secara perlahan kamu pun akan mulai terbuka dalam berbicara. Kamu pun juga jauh lebih mengenal teman seangkatan kamu.
Contoh 2
Ketika kamu tertarik dengan seorang laki-laki/perempuan, meski sudah ada ketertarikan, kamu tetap tidak bisa membuka tentang diri kamu secara keseluruhan.
Ketika pendekatan kamu pun diterima, akhirnya kamu mulai membangun komunikasi lebih semakin dekat dan intens. Hingga akhirnya atas rasa kepercayaan dan munculnya komitmen, kamu pun mulai totalitas terbuka, begitu juga dengan pasangan kamu. Sehingga terjadinya sebuah hubungan yang dekat, erat dan intim.
Bagaimana? Saya yakin sebenarnya kamu pun sudah sering mengalami situasi seperti diatas. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya kita sudah terbiasa dan sering mengalami penetrasi social.
Hanya saja bentuk dan alur ceritanya saja yang berbeda. Namun secara intinya sama. Hanya saja selama ini kita tidak mengetahui istilah tersebut. Semoga sedikit pembahasan tentang penetrasi sosial ini memberikan gambaran dan manfaat.
Kalau mau belajar tentang sosiologi, cek banyak materi di materi kuliah sosiologi.
(Irukawa Elisa)