Penulisan Sintaksis: Pengertian, Fungsi dan Hakikat

Siapa dari kalian yang tertarik ingin mempelajari linguistik? Untuk kalian yang menjawab “iya”, ada istilah penting dalam linguistik yang jangan sampai kalian lewatkan untuk pelajari lho. Yup, sintaksis. Apa sih sintaksis itu? Sebelum mulai membahas pengertian sintaksis, kalian pernah nggak sih terpikir bagaimana sih sebuah kalimat itu bisa terbentuk? Dasar pembentukannya seperti apa dan memangnya ada, ya aturan tertentu untuk menulis sebuah kalimat itu?

Nah, kalau kalian sempat terpikir dengan pertanyaan-pertanyaan di atas kalian akan menemukan jawabannya dengan mempelajari sintaksis. Sintaksis merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik. Cabang ilmu linguistik ini mengkaji segala hal tentang tata bahasa dalam satuan kalimat. Sederhananya sintaksis dapat diartikan sebagai aturan atau prinsip dalam pembuatan kalimat.

Lalu seberapa pentingnya sih sintaksis dalam penulisan kalimat? Serta, bagaimana cara kerjanya? Jangan khawatir, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, pada artikel kali ini, kalian akan mempelajari segala hal tentang sintaksis, mulai dari pengertiannya, baik pengertian secara umum maupun menurut para ahli, objek kajian kategori, fungsi, hakikat hingga contoh penulisannya.

Penasaran? Langsung saja, ya simak baik-baik di bawah berikut ini.

Apa itu Sintaksis?

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sintaksis merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang kajiannya mencakup seluk-beluk tata bahasa dalam satuan kalimat. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sintaksis memiliki tiga arti yaitu; (1) pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar (2) cabang ilmu linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat; ilmu nahwu (3) subsistem ilmu bahasa yang mencakup hal tersebut.

Program Afiliasi

Secara etimologi atau asal usul katanya, sintaksis berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu sun yang berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”. Melihat dari dua kata tersebut, secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata, frasa atau kalimat. Sintaksis merupakan kata serapan dari bahasa Belanda syntaxis dan bahasa Inggris, syntax. 

Sintaksis, dilihat dari sudut pandang linguistik, sebenarnya memiliki cakupan kajian yang sama dengan analisis morfologi. Keduanya sama-sama mengkaji mengenai tata bahasa. Perbedaannya adalah, morfologi mengkaji dengan melihat hubungan gramatikal yang ada pada kata-kata hingga kalimat. Sementara sintaksis mengkaji hubungan gramatikal di luar batas kata dalam satuan kalimat. 

Sintaksis Menurut Para Ahli

Nah, agar kalian dapat memahami pengertian sintaksis secara lebih jelasnya, berikut merupakan beberapa definisi sintaksis menurut pandangan beberapa ahli bahasa. 

1. M. Ramlan

Menurut M. Ramlan, ia mendefinisikan pengertian sintaksis sebagai cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa hingga frasa.

2. Manaf

Sedangkan Munaf, menuliskan bahwa sintaksis merupakan salah satu cabang dari linguistik yang membahas mengenai struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat ini termasuk di dalamnya adalah frasa, klausa serta kalimat.

3. Carnie

Menurut Carnie, pengertian sintaksis sebagai: studies of level of language that lies between words and the meaning of utterance: sentence. Yang apabila diartikan berarti kajian mengenai level bahasa yang menekankan pada kata dan makna ujaran dari sebuah kalimat. 

4. A. Chaer

Ia mengartikan sintaksis sebagai cabang linguistik yang mengkaji tentang satuan-satuan kata dan satuan lain di atas kata (frasa, kalimat, dsb), hubungan satu dengan yang lainnya, serta penyusunannya hingga menjadi suatu ujaran. 

5. Miller

Program Afiliasi

Miller, menuliskan: syntax has to do with how words are put together to build phrases with how phrases are put together to build clauses or bigger phrases and how clauses are put together to build sentences. Artinya, sintaksis berarti hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana kata-kata disatukan bersama untuk membentuk frasa-frasa, frasa-frasa kemudian disatukan bersama untuk membuat klausa atau frasa yang lebih panjang, klausa lalu dibentuk untuk membuat kalimat. 

6. Hocket

Hocket berpendapat dan menyebut pengertian sintaksis sebagai sebuah proses perangkaian kata menjadi susunan gramatikal yang ditunjukkan untuk membentuk ujaran.

Objek Kajian Sintaksis

Melihat dari pengertian sintaksis di atas bisa dikatakan bahwa kajian utama dari sintaksis adalah kalimat. Di dalam kalimat sendiri terdapat beberapa unsur di dalamnya seperti kata, frasa dan klausa. Unsur di dalam kalimat inilah yang termasuk ke dalam objek kajian sintaksis atau satuan sintaksis. Ingin tahu pengertian dari masing-masing satuan sintaksis ini? Langsung saja, simak penjelasannya di bawah berikut ini.

1. Kata

Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis yang memiliki peran sebagai pengisi fungsi sintaksis, memberikan tanda kategorisasi sintaksis serta sebagai perangkai dalam satuan atau bagian sintaksis di atasnya (frasa, klausa, kalimat). Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, dapat terbagi menjadi dua macam, yaitu kata penuh dan kata tugas. 

Kata penuh adalah kata yang secara leksikal  memiliki makna, merupakan kelas terbuka serta dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kosakata. Kategori kata yang termasuk ke dalam kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan numeralia. Misalnya seperti kata “rumah” yang termasuk ke dalam kategori nomina dan memiliki arti: bangunan untuk tempat tinggal. 

Sementara kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami proses morfologi serta secara aturan tidak dapat berdiri sendiri. Contoh dari kata tugas adalah kata preposisi seperti di, pada, ke, dari, dsb., dan kata konjungsi (kata hubung) seperti dan, tetapi, bahwa, dsb. Biarpun tidak memiliki makna secara leksikal, kata tugas memiliki fungsi untuk menggabungkan atau menambahkan dua kata. 

2. Frasa

Menurut Chaer, frasa dapat diartikan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif—tidak berstruktur subjek, predikat, objek—dan mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam sebuah kalimat. Sederhananya, frasa dapat diartikan sebagai gabungan kata yang tidak memiliki predikat. Beberapa contoh frasa adalah:

Kambing hitam,
Bunga harum,
Tiga orang mahasiswa,
Tangan panjang,
Hujan angin,
dan lain sebagainya

Satuan kata “kambing hitam” termasuk ke dalam frasa karena tidak bersifat predikatif—adanya keterlibatan predikat di dalamnya. Kambing hitam menjadi gabungan kata yang menjadi satu. Apabila penulisan frasa kambing hitam ditambahkan menjadi: Kambing saya berwarna hitam, tentunya  akan mengubah fungsinya sebagai frasa karena memberikan keterlibatan predikat di dalamnya. 

3. Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memiliki unsur predikat di dalamnya (bersifat predikatif). Menurut M. Ramlan klausa dapat diartikan sebagai satuan gramatik dan terdiri atas predikat, dapat disertai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan, maupun tidak.  

Klausa memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat tunggal mengingat di dalamnya sudah memiliki fungsi sintaksis wajib yakni subjek dan predikat.  Contoh dari klausa adalah: 

Kambing itu berwarna hitam
Kakak menang
Ayah sedang makan
Adik sedang bersepeda
Hujan besar dan berangin,
dan lain sebagainya.

4. Kalimat

Kalimat dapat diartikan sebagai susunan kata atau ujaran yang berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan konsep pikiran atau perasaan secara utuh. Kalimat terbentuk dari beberapa klausa dan dapat berdiri sendiri serta memiliki pola intonasi yang tuntas.

M. Ramlan menyebutkan bahwa kalimat dapat diartikan sebagai satuan gramatikal yang dibatasi dengan adanya jeda panjang serta disertai oleh nada akhir (intonasi) turun atau naik. Intonasi kalimat inilah yang kemudian menentukan satuan kalimat bukan oleh banyaknya kata yang ada di dalamnya.  

Promo Buku

Konstituen kalimat adalah klausa, penanda hubungan atau konjungsi (bila diperlukan) dan pola-pola intonasi final. Intonasi final inilah yang kemudian menjadi salah satu ciri utama dari kalimat. Terdapat tiga intonasi final yang dapat digunakan dalam pembentukan kalimat yaitu intonasi deklaratif yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik (.), intonasi interogatif, dilambangkan dengan tanda tanya (?), dan intonasi seru yang dilambangkan dengan tanda seru (!).

Contoh kalimat:

Ayah sedang memasak ayam goreng di dapur.
Kakak menang lomba melukis di sekolah.
Siapa yang sedang menonton televisi di kamar?
Hujan sore ini besar dan disertai angin kencang.

Perbedaan Klausa dan Kalimat

Lantas apa perbedaan antara klausa dengan kalimat? Ternyata masih ada beberapa orang yang kesulitan untuk membedakan keduanya lho. Mudahnya, klausa dapat dikatakan sebagai kalimat apabila memiliki intonasi final. Kalimat juga memiliki ide atau gagasan utuh yang dapat membuatnya berdiri sendiri, sementara klausa tidak.

Klausa dapat diartikan sebagai satuan kata-kata yang belum selesai. Mengingat klausa merupakan satuan yang lebih kecil dari kalimat.

Analisis Sintaksis

Analisis sintaksis berkaitan dengan peran kajian sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang seluk-beluk pembentukan kalimat. Kegiatan dalam analisis sintaksis meliputi identifikasi unsur-unsur pembentukan kalimat. Menurut Verhaar secara sistematis sintaksis terdiri atas tiga tataran yaitu tataran fungsi, kategori dan peran. Analisis sintaksis melihat pada ketiga tataran ini. Berikut adalah penjelasan mengenai analisis sintaksis dari fungsi serta kategorinya.

Fungsi Sintaksis 

Fungsi sintaksis merujuk pada hubungan antar unsur-unsur bahasa yang dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam suatu ujaran atau klausa. Macam fungsi sintaksis secara umum adalah: subjek, objek, predikat, pelengkap dan keterangan. 

1. Subjek

Subjek memiliki peranan pokok dalam sebuah kalimat. Dalam analisis fungsi sintaksis, subjek biasanya ditandai dengan huruf s besar (S). Subjek dalam suatu kalimat dapat diidentifikasi dengan menggunakan pertanyaan ‘apa’ atau ‘siapa’ dan umumnya terletak di awal, sebelum penulisan predikat. Agar lebih mudah untuk memahami subjek dalam kalimat, berikut merupakan ciri-cirinya:

  1. Jawaban atas pertanyaan “apa” atau “siapa”
  2. Dapat didahului dengan kata “bahwa”
  3. Dapat berupa kata atau frasa benda
  4. Dapat disertai dengan kata “ini” atau “itu”
  5. Dapat disertai dengan pewatas “yang”
  6. Dapat disertai dengan partikel “pun”
  7. Tidak didahului dengan preposisi (di, dalam, pada, kepada, bagi, dll.)
  8. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan

Contoh subjek adalah sebagai berikut:

Ayah sedang memasak ayam goreng di dapur.
(S)

Orang itu sedang menggambar pemandangan di kanvasnya.
(S)

Nenek yang sedang menyeberang jalan itu tinggal di dekat rumah saya.
(S)

2. Predikat

Predikat merupakan unsur yang tidak kalah penting harus ada dalam kalimat. Predikat memiliki fungsi penting dalam kalimat yakni sebagai unsur inti kalimat. Predikat dapat berupa kata kerja, kata sifat, kata bilangan, frasa kerja, frasa benda, frasa sifat hinga frasa bilangan. Di dalam sebuah kalimat Predikat biasanya ditandai dengan menggunakan p besar (P).

Beberapa ciri dari predikat di antaranya adalah:

Merupakan bagian kalimat yang berfungsi untuk menjelaskan pokok kalimat

  1. Umumnya ditulis langsung setelah subjek
  2. Umumnya diisi oleh verba atau frasa verba (kerja)
  3. Merupakan salah satu unsur kalimat yang dapat diberi partikel –lah
  4. Dapat menjawab pertanyaan “apa yang dilakukan” (pokok kalimat) atau “bagaimana”.

Contoh penulisan predikat dalam kalimat:

Ayah sedang memasak ayam goreng di dapur. Kata “memasak” adalah (P).

Orang itu sedang menggambar pemandangan di kanvasnya. Kata “menggambar” adalah (P).

Nenek yang sedang menyeberang jalan itu tinggal di dekat rumah saya.  Kata “tinggal” adalah (P).

3. Objek

Objek ditulis setelah predikat. Objek merupakan unsur yang dapat dituliskan atau tidak dalam sebuah kalimat. Meskipun begitu dalam sebuah kalimat transitif objek wajib untuk dituliskan. Objek dapat berupa kata atau frasa benda.  Mudahnya objek dapat diartikan sebagai sesuatu yang dikenai tindakan oleh subjek. Penulisan objek biasanya ditulis dengan huruf o besar (O).

Ciri-ciri objek di antaranya adalah:

  1. Merupakan nomina atau frasa nomina
  2. Untuk kalimat dengan verba transitif, penulisannya langsung setelah predikat
  3. Objek dapat menggantikan kedudukan subjek apabila kalimat aktif transitif dibuah menjadi kalimat pasif. Misal: Nenek makan buah apel. Menjadi Buah apel dimakan nenek. 

Contoh penulisan objek dalam sebuah kalimat adalah:

Ayah sedang memasak ayam goreng di dapur. Kata ayam goreng = (O)

Orang itu sedang menggambar pemandangan di kanvasnya. Kata pemandangan = (O)

Julia mengerjakan tugas matematika di ruang belajar. Kata matematika = (O)

4. Pelengkap

Pelengkap merupakan unsur dari kalimat yang memiliki fungsi untuk melengkapi informasi serta menjadi pelengkap dari objek. Pelengkap—biasanya ditulis pel—terkadang memiliki fungsi yang serupa dengan objek karena sama-sama merupakan kata atau frasa nomina. Pelengkap juga biasanya ditulis langsung setelah predikat. Meski begitu, salah satu yang membedakan keduanya adalah apabila kalimat transitif aktif diubah menjadi kalimat pasif, pelengkap tidak bisa dijadikan subjek sebagaimana objek. 

Contoh penulisan pelengkap dalam sebuah kalimat:

Laki-laki tegap itu bersenjatakan pistol laras panjang. Kata pistol sebagai pelengkap.

Sepulang jalan-jalan sore, tubuh kakak bercucuran keringat. Kata Keringat sebagai pelengkap.

5. Keterangan

Keterangan, biasa ditulis dengan (ket.), merupakan unsur dalam kalimat yang memiliki fungsi untuk memberikan keterangan informasi mengenai waktu, tempat, suasana, dsb dalam sebuah kalimat. Unsur keterangan bisa diartikan sebagai unsur tambahan dalam kalimat. Penulisannya fleksibel, tidak selalu berada di akhir kalimat dan bisa ditambahkan atau tidak.

Manaf menyebutkan terdapat beberapa jenis keterangan, di antaranya adalah keterangan tempat, waktu, alat, cara, penyerta, perbandingan, sebab, akibat, syarat, pengandaian serta atributif.

Beberapa ciri dari keterangan di antaranya adalah:

  1. Merupakan unsur tambahan dalam kalimat sehingga tidak wajib untuk dituliskan dalam kalimat
  2. Penulisannya dapat berpindah-pindah tanpa harus mengubah struktur serta makna kalimat
  3. Keterangan dapat diisi dengan adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival hingga klausa terkait

Kategori Sintaksis

Kategori sintaksis merujuk pada bentuk bentuk tertentu yang memiliki peran untuk menggambarkan perbedaan kata-kata yang digunakan untuk membentuk suatu kalimat. Menurut Chaer kategori sintaksis merupakan jenis atau tipe kata yang menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. 

Menurut Alwi dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori sintaksis utama, yaitu verba (kata kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat) dan adverbia (kata keterangan).  Selain empat kategori tersebut terdapat juga kata tugas yang terdiri dari preposisi (kata depan) dan konjungsi (kata sambung).

Sekian artikel tentang sintaksis kali ini. Semoga kalian yang membacanya jadi lebih paham hal-hal mengenai sintaksis. Selamat belajar kembali. Jika butuh buku, bisa beli buku Buku Sintaksis Bahasa Indonesia.

Artikel terkait sintaksis dan bahasa:

Tinggalkan komentar