Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan

Ketenangan seolah menjadi barang langka yang sulit ditemukan. Tidak sedikit orang yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk mendapatkan ketenangan batin. Mengikuti kegiatan ini dan itu, menghadiri meditasi sana-sini, mengikuti acara-acara yang membuatnya mengeluarkan air mata. Sayang, setelah sejumlah rangkaian kegiatan-kegiatan tadi, hati kembali gersang dan sempit, dada berasa sesak, kembali terasa ada yang kurang.

Di zaman yang semakin kompetitif, semua orang dituntut untuk bekerja cepat. Kecakapan diri mau tak mau mesti selalu ditingkatkan, karir menjadi barang mewah yang selalu dikejar tanpa lelah, pemasukan keuangan terus diburu, mesti tanpa sadar banyak yang harus dikorbankan. Pada kondisi ini, ketenangan batin menjadi barang langka yang sulit ditemukan, ibadah menjadi rutinitas yang tak mampu mengisi ruang hati yang merasakan dahaga teramat sangat.

“Ada saat-saat ketika kita perlu mengambil jarak sejenak dari kesibukan yang membuat jiwa dan badan kita penat. Ada saat-saat ketika kita harus menemukan keheningan disaat bertambahnya kekayaan, namun tidak menambah ketenangan dan kedamaian di hati kita.” (Fauzhil Adhim)

Di tengah kesibukan yang menyita, kita perlu perlu sejenak meluangkan waktu untuk merenung, ber-muhasabah, mengevaluasi diri tentang pencapaian-pencapaian kita sejauh ini. Sebab jangan-jangan, semua kesuksesan yang kita dapatkan hari ini, ternyata harus berbayar mahal dengan semakin jauhnya kita dengan hidayah.

Lewat tulisan-tulisan di dalamnya tidak jarang akan membuat kita terbelalak sambil menganggukan kepala tanda setuju, sembari mengajak kita untuk merenung dengan sendirinya. Wawasan penulis yang luas tentang sejarah Islam menjadi kekuatan buku ini. Kita akan dikisahkan tentang banyak dialog, sejumlah kejadian yang pernah terjadi saat zaman-zaman awal Islam berdiri, dan selanjutnya kita akan dibawa pada realitas kondisi kita hari ini.

Sejarah telah memberikan banyak informasi pada kita, tentang kekuatan jiwa, tentang kebesaran hati, tentang kuatnya tekad untuk meraih cita. Sayangnya, kita sering alpa untuk memetik pelajaran dari sejarah, bahkan tidak jarang kita sering berujar “Ah, itu kan dulu, sekarang beda.” Lewat buku ini anggapan itu secara tersirat terbantahkan. Bukankah kita memang diperintahkan belajar dari sejarah? Bukankah sejarah adalah peristiwa yang berulang? Kecuali pelaku, tempat, dan waktunya saja yang berubah.

Program Afiliasi

Lewat buku ini, kita akan diperlihatkan betapa cahaya peradaban ini tidak semata-semata mengandalkan kekuatan harta, bukan pula mengandalkan superior kekuasaan, sebab memang demikianlah adanya. Semuanya dibangun oleh jiwa yang kokoh, pemikiran yang matang, mental yang dapat diandalkan dan hati yang teguh.

Sumber: Adhim, Fauzhil. 2012. Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan. Yogyakarta: Pro-U Media.

(Nur Fadhilah Fahmi)
– See more at: http://www.deepublish.co.id/penerbit/artikel-cerdas/150/Mencari-Ketenangan-di-Tengah-Kesibukan#sthash.kGUjTkzR.dpuf

Tinggalkan komentar