Siapa sih yang tidak tau tentang monolog? Tetapi pahami dulu mengenai pengertian, sejarah, ciri-ciri, jenis dan contoh monolog yang baik, benar dan juga sesuai dengan kaidah yang ada.
Secara umum, pengertian monolog merupakan sebuah seni peran dialog yang tidak perlu dilakukan oleh banyak orang. Cukup hanya dilakukan sendiri pun bisa.
Berbicara tentang seni peran, memang tidak akan habis untuk dibahas. Buat kamu yang tertarik mempelajari lebih dalam tentang pengertian monolog, berikut beberapa pembahasan yang akan kita ulas secara lengkap.
Daftar Isi
Pengertian Monolog
Monolog sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari kata mono dan legein. Mono artinya satu sedangkan legein ataunya berbicara. Lalu apa itu monolog? Monolog adalah seni peran yang dibawakan oleh satu orang, biasanya dalam bentu pidato atau percakapan.
Monolog merupakan bentuk komunikasi yang berlangsung secara bertahap, di mana setiap tahapannya menggambarkan rangkaian peristiwa yang diperankan oleh satu individu. Melalui penyampaian yang kuat dan ekspresif, monolog mampu menghadirkan alur cerita yang jelas dan dapat dipahami oleh penonton
Ciri-Ciri Monolog
Barangkali kamu penasaran, bentuk dari monolog itu seperti apa sih? Nah, buat kamu yang sudah paham pengertian monolog, barangkali kamu pernah melihat pertunjukan teater?
Ternyata, monolog lebih sering digunakan untuk pertunjukan teater. setidaknya kamu menemukan sedikit gambaranya. Berikut ciri-ciri monolog yang baik.
- Bentuk dari pendapat seseorang dikolaborasikan dengan kalimat atau dialog bisu. Dimana untuk bisa mensingkronkan, dibutuhkan perencanaan yang matang. Kecuali beberapa orang yang memiliki keterampilan dalam membuat seni monolog secara spontanis tanpa ada rencana.
- Pelaku monolog hanya satu orang, tidak ada lawan atau partner orang.
- Menggunakan pesan narasi deskriptif. Tentu saja menggunakan tema tertentu yang sudah ditetapkan. Sebagai dukungan narasi tersebut, dibutuhkan dokumen pendukung, bisa berbentuk presentasi, gambar ataupun yang lain.
- Monolog lebih sering digunakan untuk seni teater dan seni peran. Jarang digunakan dalam drama, sinetron ataupun FTV.
- Monolog bisa mengajak audience berinteraksi sekedar memberikan kesan terhadap aksi mereka.
- Lebih tepat dan cocok digunakan untuk dialog bisu, atau dalam bahasa umumnya, pertunjukan pantomime yang hanya memadukan komunikasi lewat gerakan dan sendirian.
- Menjabarkan secara konsisten tetapi saling berinteraksi dengan pesan satu dengan yang lain.
Itulah beberapa ciri-ciri monolog yang umum ditemukan. dari beberapa ciri-ciri di atas, tidak mengharuskan memuat semua ciri-ciri. Hanya memuat satu atau dua ciri-ciri saja sudah cukup.
Baca juga:
- Apa itu Teks? Pengertian dan Macam-macam Teks
- Cara Merangkum Buku Secara Cepat dan Efektif
- Pidato Persuasif: Pengertian, Ciri, Tujuan dan Contoh
Jenis-Jenis Monolog

Setelah mengneal lebih dekat dengan pengertian monolog dan sejarah monolog serta ciri-ciri monolog. Ternyata monolog memiliki banyak variasi macam jenis. Diantarannya sebagai berikut.
1. Monolog Naratif Biografis
Monolog naratif biogratif seorang narrator dituntut untuk menceritakan kembali peristiwa aktual yang pernah di rasakan di masa lampau. Hal yang ditekankan di sini, narrator tidak boleh menonjolkan karakter tokoh lain di dalam ceritanya. Dengan kata lain, murni hanya menceritakan dirinya sendiri.
2. Monolog Fictional Cracter-Driven
Monolog fictional crakter-driven salah satu monolog yang memberikan narrator kebebas untuk menceritakan berdasarkan daya imajinatifnya. Jenis monolog ini kamu juga bisa menonjolkan lebih dari satu karakter dan bebas mengekspresikannya.
Maksud imajinatif, tidak semata-mata khayalan narrator. Bisa juga si narrator menceritakan imajinatif sewaktu dulu masih kecil. Jadi tidak melulu si narrator berimajinasi di masa sekarang. Melainkan lebih luas lagi bentuk imajinatif yang dimaksudkan.
3. Monolog Topical
Monolog topical salah satu monolog yang menekankan pada peristiwa sehari-hari. Dimana monolog tidak sekedar menceritakan cerita keseharian yang dialami saja. tetapi monolog juga boleh menceritakan hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Tentu saja berdasarkan observasi lewat pengamatan.
Jika membandingkan, monolog topical mirip seperti stand-up comedy. Namun, keduanya sebenarnya memiliki berpedaan. Kesamaan diantara keduanya memilikik selera humor. Dimana selera humor tersebut diambil dari menggabungkan ankedot.
4. Monolog Storytelling
Sesuai dengan jenisnya, monolog storytelling lebih memfokuskan pada cerita naratif. Narator sebagai pendongeng yang menceritakan dengan mengikuti perubahan ekspresi yang diceriakan. Dimana sang narrator bisa menirukan karakter si tokoh yang diceritakan.
5. Monolog Berbasis Realitas
Jadi perbedaan monolog berbasis realitas dengan monolog yang lain, dari bentuk inti atau suguhan monolog itu sendiri. Di monolog jenis ini seorang narrator mengacu pada pengalaman, cerita nyata yang pernah digunakan.
Bentuk monolog berbasis realitas tidak melulu disampaikan dalam bentuk cerita saja. Tetapi juga dapat suguhkan dalam bentuk jepretaan foto, teks, atau dalam bentuk video. Bahkan, bisa juga loh disampaikan dalam bentuk sebuah cerita.
6. Monolog Karakter Biografi
Perbedaan yang paling menonjol dari monolog biografi adalah menonjolkan dialog daripada ceritanya. Nah, jenis karakter ini, narrator bisa menceritakan lebih dari satu karakter tokoh loh. bahkan bisa mementaskan lebih dari 10 karakter tokoh sekaligus.
Salah satu pemain, Chaz Palminteri dalam monolog a Bronx tale pernah mempertunjukan 35 karakter tokoh sekaligus. Tentu saja ini butuh keterampilan khusus dan pengalaman jam terbang yang cukup.
Tujuan Monolog
Menolog bertujuan untuk mengungkapkan pikiran dan motivasi karakter, serta dapat menarik perhatian para penonton. Selain itu, juga dapat membantu pononton untuk lebih dekat dengan perjuangan karakter.
Contoh Monolog
Berikut ini adalah beberapa contoh monolog yang perlu kamu ketahui:
PROLOG
Di alam di luar kehidupan, di sebuah perkuburan.
Marsinah, seorang perempuan muda berusia 24 tahun, seorang buruh kecil di sebuah pabrik arloji di Porong, Jawa Timur. Pada 9 Mei 1993, ia ditemukan tewas terbunuh di hutan jati, Madiun.
Hasil autopsi mengungkapkan kematiannya didahului oleh penyiksaan keji, penganiayaan, dan pemerkosaan dengan benda tajam.
Kasus ini menjadi perbincangan luas. Banyak yang bersimpati dan memberi penghargaan atas perjuangannya. Namun, di saat yang sama, pelecehan terhadap kasusnya terjadi. Upaya mengungkap siapa pelakunya melalui proses panjang tidak membuahkan hasil. Kasus ini pun sempat dilupakan dalam waktu yang lama—hingga kini.
Setelah Marsinah mengikhlaskan kematiannya menjadi sesuatu yang sia-sia, tiba-tiba kasus ini diangkat kembali. Mendengar hal itu, Marsinah merasa terganggu. Ia memutuskan untuk kembali menengok alam kehidupan, tepat di saat peluncuran sebuah buku yang ditulis berdasarkan kisah tragisnya.
Untuk pertama kalinya, Marsinah kembali mengunjungi dunia yang pernah ia tinggalkan. Namun, kawan-kawan senasib di alam kubur tampaknya keberatan. Dari sinilah monolog ini dimulai.
MONOLOG
Suara-suara malam terdengar samar.
Di sebuah perkuburan, Marsinah tampak meringkuk di atas bale, gelisah. Wajahnya penuh kebimbangan.
Ia tertekan, ragu akan keputusannya.
Kalau saja dalam kesunyian yang mencekam ini, aku dapat merasakan kesunyian yang sebenar-benarnya sunyi.
Kalau saja aku bisa menutup telingaku dari pekik mengerikan, dari raungan lapar, dari derita yang tak pernah habis.
Kalau saja, walau hanya sesaat, aku diberi kesempatan untuk merasakan bahwa diriku masih milikku sendiri….
Dari kejauhan, suara orang-orang membacakan ayat-ayat suci semakin mendekat. Semakin lama, semakin bergemuruh.
Marsinah perlahan bangkit, murung.
Apa yang dulu Ayah katakan tentang waktu seperti ini?
Betapa kejam rasanya… seorang diri, diliputi amarah dan rasa benci.
Tersekap ketakutan yang tak kunjung lepas….
Ketakutan yang tak bisa diapa-apakan….
Tak bisa dibunuh, tak bisa dilawan….
Marsinah mendengar suara-suara dari masa lalunya. Derap sepatu yang semakin mendekat.
Ia gelisah.
Suara-suara itu… datang lagi….
Seperti derap kaki seribu serigala, mengguncang bumi….
Mereka datang, menghadang kedamaianku….
Mereka terus mengikutiku, bahkan sampai ke liang kubur ini!
Ia terdiam, lalu berbisik:
Jika benar maut adalah tempat menemu kedamaian….
Kenapa aku masih seperti ini?
Kenapa luka lama masih menggerogoti hati dan perasaanku?
Kenapa amarah dan kecewaku masih membakar seperti api?
Suara tembang lirih terdengar di kejauhan.
Sesaat, ketegangan Marsinah mereda. Ia berbicara pelan, nyaris berbisik.
Dulu… Nenek Poeirah mengajarkanku tentang kepasrahan.
Tentang bagaimana menjadi anak yang selalu menerima.
Tentang bagaimana pasrah bisa menjadi kekuatan.
Tentang bagaimana tersenyum menghadapi kepahitan… kemiskinan yang melilit keluargaku… pendidikanku yang harus terputus di tengah jalan….
Sejenak ia terdiam, lalu kembali bersuara.
Tapi perempuan itu juga mengajarkanku tentang kegigihan.
Tapi… kegigihan seperti apa yang bisa kuberikan sekarang?
Sekarang, saat aku hanya menjadi arwah yang terus diikuti oleh mereka?
Marsinah menarik napas panjang.
Sulit mungkin membayangkan bagaimana dulu kemiskinan melilit keluargaku.
Bagaimana setiap pagi dan sore aku harus menjajakan kue buatan Nenek demi seratus-duaratus perak.
Aku nyaris tak pernah bermain dengan anak-anak sebayaku.
Masa kecilku hilang….
Tapi aku ikhlas.
Karena dengan uang itu, aku bisa menyewa sebuah buku dan membacanya sepuas-puasnya….
Suara tembang semakin lirih, semakin mendalam.
Marsinah menatap kosong ke depan.
Aku hanya ingin meningkatkan pendidikanku yang pas-pasan….
Aku hanya merindukan kehidupan yang lebih layak….
Berlebihankah itu?
Aku hanya ingin memiliki cita-cita, memiliki harapan-harapan….
Berlebihankah itu?
Matanya berkabut.
Tapi kenapa justru cita-citaku yang memperkenalkanku pada arti kemiskinan yang sesungguhnya?
Kenapa harapan-harapanku justru menyeretku ke dalam ketidakberdayaan yang tak terelakkan?
Derap sepatu kembali menggema.
Menggetarkan bumi.
Marsinah kembali tegang.
Itulah beberapa jenis monolog. Ternyata ada banyak jenisnya. Tentunya dari masing-masing jenis jika dipelajari secara mendalam, ada banyak penjawaban dan teori lebih lengkap. Namun, karena keterbatasan ruang, hanya garis besar saja.
Artikel pertama kali ditulis oleh Yusuf Abdul Aziz, kemudian diperbarui oleh Muhammad Luqman H pada 3 Maret 2025.
Pertanyaan umum tentang Monolog
Monolog adalah senin yang berupa pembicaraan dan dilakukan dengan diri sendiri.
Monolog yang baik harus memiliki bagian penting, yaitu awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Selain itu, harus ada alur dan transisi yang baik dan menyambung.
Referensi:
Alterman, Glenn, 2005.Creating your own monologue, Published by Allworth Press, 10 East 23rd Street, New York, NY 10010
Gramedia. Monolog: Pengertian, Ciri, dan Jenisnya. Gramedia Literasi, https://www.gramedia.com/literasi/monolog/. Diakses 5 Maret 2025.
Lulusan Sarjana Teknik Sipil serta memiliki ketertarikan di bidang Pendidikan, Bisnis dan Wisata, saya juga memiliki ketertarikan di dunia penulisan SEO, copywriting, content writing, dan content marketing.