Penggolongan Bahan Non Buku – Macam, Ciri, dan Pengolahannya

Penggolongan bahan non buku menurut Fothergill (1990:3) memiliki empat material cakupan bahan yang tidak dijilid dalam bentuk buku. Pengetahuan tentang penggolongan bahan non buku ternyata tidak sembarang orang tahu akan ilmu ini. hanya orang pustakawan atau peduli literasi yang tahu. Yah, walaupun orang yang melek literasi tidak menjamin paham juga.

Kembali fokus pada penggolongan bahan non buku. Bahan non buku dibagi menjadi beberapa jenis, sifat, dan penggolongan. Penasaran bukan seperti apa? Langsung saja berikut ulasannya.

Macam Penggolongan Buku Non Buku Menurut Jenis dan Sifatnya

Penggolongan bahan non bukuk berdasarkan jenis dan sifatnya dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Kertas

Pertama adalah kertas, yang dimaksud dengan kertas bisa berupa kartu, seni reproduksi, bagan dan foto cetak. Jika ditemukan empat poin tersebut, maka tidak termasuk dalam buku.

Program Afiliasi

2. Film

Kedua adalah film. Film termasuk bahan non buku. Mengingat film itu sendiri memiliki ada banyak macam, semuanya tidak masuk dalam kategori buku. Jika ditemui film seperti film strip, laar lebar ataupun bentuk makro maka termasuk dalam bahan non buku.

3. Pita Magnetik

Ketiga, pita magnetik. Bagi orang umum ada yang asing dengan istilah ini. pita magnetic juga memiliki beberapa kategori. Ada pita suara, pita video, kaset jaman era 90-an, termasuk pula kaset piringan magnetic dan gulungan. Kesemuanya termasuk dalam penggolongan bahan non buku.

4. Plastik (CD audio, Opak laservision)

Keempat, plastik. Plastik yang dimaksud di sini bukan sembarangan plastik. Tepi lebih ke bentuk plastik transparan ang berbentuk CD audio, Opak laservision atau CD audio. Menurut Anglo-American Rules 2 (AACR2) menegaskan bahwa pengkategorisasian bahan non buku menjadi sumber informasi. Dimana bahan non Buku (BNB) bisa juga dalam bentuk manuskrip, kartografi, rekaman suara, music, bahan grafis dan rekaman audio.

Penggolongan Bahan Non Buku Berdasarkan Jenis dan Sifat Bahannya

Jika dilihat dari penggolongan bahan non buku dari jenis dan sifat bahan dibagi menjadi dua. Kedua bahan tersebut yang sifatnya dapat diproyeksikan. Bentuk yang bisa diproyeksikan sudah pasti adalah rekaman video, bentuk mikro yang dikemas dalam bahan grafis dan rekaman suara. Sekarang Bahan non buku ini sudah banyak ditemukan dalam sebuah pameran kara seni.

Program Afiliasi

Salah satunya pameran tahunan yang diselenggarakan di Yogakarta, dalam event artjog. Di sana akan banyak sekali ditemui karya-karya yang sifatnya dapat diproyeksikan. Hasilnya pun tidak kalah menarik dan mengagumkan. Menarik lagi pula, banyak pengunjung yang antusias mendatangi pameran ajang seni ini loh.

Penggolongan bahan non buku yang jenis dan sifatnya bahan yang kedua yang tidak bisa diproyeksikan. Karena tidak bisa diproyeksikan dalam bentuk gerak atau suara. Maka yang tergolong ke dalam hal ini adalah manuskrip, artifak, kartografi, bahan grafis dan termasuk juga music. Hanya saja music dapat di dengarkan.

Ciri Bahan Pustaka non Buku

Ciri-ciri bahan pustaka non buku dapat dilihat berdasarkan lima poin. Pertama, materi memiliki objek, dimana bisa kita temukan pada atlas, diagram poster, grafik, slide, lukisan dan masih banyak lagi. Kedua dalam bentuk rekaman suara yang bisa ditemukan pada suara yang bersumber pada piringan hitam ataupun kaset.

Ciri ketiga dari bahan pustaka non buku adalah media pandang dengar yang berbentuk sound slide, microfiche, microfilm dan masih banyak lagi. Nah, materi elektronik, optic dan magnetik juga termasuk ciri bahan pustaka non buku. Terakhir adalah kombinasi berbagai material dalam satu kesatuan. Misalnya, bisa berbentuk kit penyluhan, kit pendidikan atau kit FAO dan masih banyak lagi tentu saja.

Baca juga : 3 Elemen Penting Dalam Pemilihan Bahan Pustaka

Problematika Masalah Bahan non buku

Setiap hal pasti ada masalahnya sendiri-sendiri. Sama halnya dengan dalam melakukan penggolongan bahan non buku. Lantas apa saja sih problematika ang seringkali ditemukan oleh pustakawan? Ada banyak bentuk masalah, diantaranya masalah dalam membuat katalog deskripsi. Dimana di sana akan ditemukan masalah karena terlalu banak ragam bahan non buku.

Kebanyakan bahan non buku yang masuk seringkali masih banyak yang sempurna. Dari segi teknis, sudah pasti bahan non buku pun tidak memiliki halaman judul. Padahal judul seringkali digunakan untuk pengkatalogan. Jadi jika tidak ada, jelas akan menyulitkan saat melakukan pengarsipan. adalah masalah lain, yaitu terkait dengan pengawasan bibliografi yang masih minim dan terbatas.

adapun masalah lain, yaitu masalah dalam pengkatalogan.  Umumnya, kendala yang sering ditemukan lagi-lagi masalah pengawasan bibilografi yang kurang representatif. Jadi, bagi kataloger atau pembuat katalog akan lebih sulit membuat dibandingkan membuat katalog yang berbentuk buku. Alasan sulit melakukan pengkatalogan pada non buku adalah, karena biasannya bentuk fisik non buku lebih kecil. Informasi judul, hak cipta dan macam-macamnya harus dibuka satu-satu. Misalnya film, harus ditonton terlebih dahulu untuk bisa melakukan pencatatan katalog. padahal jika yang dikatalog buku, cukup buka buku, langsung bisa dicatat.

Jika koleksi buku jelas, ada ISBNnya. Nah, jika non buku kode ISBN juga belum ada penjelasannya. Apalagi saat kataloger membuat label, makan akan lebih sulit lagi, karena lagi-lagi bentuk non buku memilik bentuk dan ukuran ang berbeda-beda pula.

Baca juga : Pengertian Identitas Buku Dan Jenisnya

Format Pengolahan Bahan non Buku

Membicarakan format pengolahan bahan non buku, sangat membantu katalogsasi. Format ang digunakan adalah format machine readable catalog (Marc). dimana katalog ini berbentuk mesindi dalam komputer ang sering difungsikan untuk melakukan pertukaran datata bibliografi secara universitas.

Nah dalam format pengkatalogsasi ini akan kita temukan beberapa istilah. Misalnya istilah AACR2 yang sering digunakan untuk sebagaian besar umum perpustakaan. Dimana perpustakaan menggunakan ini untuk semua ukuran dan jenis bahan pustaka. Kelebihan dari AACR2 ini adalah langsung terintegrasi satu sama lain, fleksibel dan cepat.

AACR2 memiliki dua struktur peraturan. Bagian pertama berbentuk deskripsi bibliografi. bagian kedua, lebih fokus pada menentukan titik temu dari tajuk entri utama ke entri tambahan. Dimana di sana juga terdapat 8 daerah deskripsi yang terdiri dari judul atau pernyataan tanggungjawab, edisi, data khusus, daerah penerbitan, deskripsi fisik, seri, catatan dan penomoran. Penomoran bisa berbentuk ISBN ataupun ISSN.

Itulah lima penggolongan bahan non baku. Setidaknya dengan ulasan ini memberikan pemahaman terkait dunis kerja pustakawan dalam penggolongan bahan non buku. Dimana seorang pustakawan tidak hanya berkutat pada koleksi buku-buku saja. Tetapi juga mengurus koleksi yang berbentuk non buku.

Jadi, buat yang ingin menjadi seorang pustakawan, setidaknya tahu dan bisa mempelajari poin apa saja sih yang harus dikuasai oleh calon pustakawan. Nah, semoga ulasan artikel ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan baru.

Karena tahu tugas mereka berat dalam mengkatalog, semoga dengan ulasan ini pun buat kamu yang sering berkunjung ke perpustakaan lebih bisa menghargai. Misalnya dengan cara tidak mengacak-acak koleksi buku, tidak mengotori buku. Setelah membaca di tempat, kembalikan di tempat asalnya. Atau jika lupa, bisa diletakan di tempat khusus yang disediakan.

Kontributor : Irukawa Elisa

Tinggalkan komentar