Ramadan, bulan yang selalu dinanti, hadir hanya sekali dalam setahun. Bulan penuh rahmat ini membawa begitu banyak keutamaan dan keberkahan bagi siapa pun yang menjalankan ibadah puasa. Tidak heran, umat muslim di seluruh dunia menyambutnya dengan suka cita.
Nah, di balik segala kemeriahan Ramadan, pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, penulisan yang benar itu “Ramadhan” atau “Ramadan”? Yuk, cari tahu lebih dalam soal ini biar nggak bingung lagi!
Daftar Isi
Penulisan Ramadhan
Dilihat dari arti kata, ramadan diambil dari bahasa arab yang “romadh” yang diartikan “panas menyengat” atau “membakar”. Jadi, di Arab memang garis matahari sedang tampil maksimal. Sehingga menimbulkan panas di bulan-bulan tersebut.
Bertepatan di bulan ramadhan inilah, nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu yang pertama kali. Isi waktu tersebut diwajibkan bagi umat muslim menunaikan ibadah puasa selama 30 hari penuh selama bulan ramadhan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penulisan yang benar adalah “Ramadan” tanpa huruf “h”. Sementara itu, penulisan dengan huruf “h” (Ramadhan) dianggap tidak baku. Kenapa begitu?
Ternyata, Ramadan adalah kata serapan dari bahasa Arab. Kata serapan ini disesuaikan agar lebih sesuai dengan ejaan dan aturan bahasa Indonesia. Salah satu aturan dalam KBBI adalah menyederhanakan konsonan ganda yang bisa membingungkan, seperti “dh” dalam kata Ramadhan. Akhirnya, konsonan ini dihilangkan untuk mempermudah penulisan dan menghindari kesalahan.
Salah sastu alasan kenapa KBBI tidak menggunakan “Ramadhan” dan menetapkan “Ramadan” sebagai kata baku, karena kata “Ramadan” adalah kata serapan.
Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang kemudian mengalami perubahan bahasa ke bahasa Indonesia. jadi, penulisan kata asing tersebut sudah mengalami penyesuaian dengan bahasa Indonesia. Fakta menarik yang jarang kita sadari selama ini, jika penulisan “Ramadhan” ada “dh” menurut KBBI menyebutkan tidak ada. Ketika kata “dh” dituliskan justru bisa menimbulkan kerancuan penulisan. Jadi, untuk memudahkan dan menghindari kerancuan cukup ditulis “Ramadan”.
Penggunaan huruf “dh” dalam kata ternyata tidak hanya diberlakukan untuk penulisan “Ramadan” saja. Tetapi juga berlaku untuk istilah serapan dari negara lain ataupun negara diri sendiri, yang kaya akan bahasa daerahnya.
Penulisan Ramadan Berdasarkan Penempatan
Jika sebelumnya kita sudah mengetahui penulisan baku kata “Ramadan”, maka kesempatan kali ini kita akan mengulas penulisan ramadan berdasarkan penempatannya. Jika kamu pernah memperhatikan penulisan kata, ada kata yang harus ditulis kapital dan ada kata yang tidak perlu diawali menggunakan huruf kapital.
Lantas, bagaimana penulisan ramadan berdasarkan kapital? Apakah juga diawali huruf kapital atau harus ditulis menggunakan awalan huruf kecil? Jika kata Ramadan digunakan di awal kalimat, maka diawali dengan huruf kapital.
Ketika kata Ramadan ditempatkan di tengah kalimat atau di akhir kalimat juga tetap menggunakan awalan huruf kapital contoh “Ramadan” – R-nya harus di awali huruf kapital – karena kata “Ramadan” termasuk nama bulan dalam penanggalan kalender Hijriyah. Itu sebabnya, kata “Ramadan” selalu diawali dengan huruf kapital.
Nama Lain Ramadan
Setelah mengetahui penulisan ramadan yang benar dan baku, ada nama lain bulan Ramadan yang jarang kita sadari selama ini. Jadi Ramadan memiliki istilah lain dalam bahasa arab. Lalu apa saja nama-nama lain tersebut, dan apa artinya. Bisa simak sebagai berikut.
- Syahrus Shiyam: Bulan puasa, bulan pengendalian diri dari hal-hal yang dilarang.
- Syahrul Qur’an: Bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.
- Syahrul Mubarak: bulan penuh keberkahan. Bulan yang dijanjikan amal kebaikan dilipat gandakan dan peningkatan rejeki bagi umat mukkmin.
- Syahrul A’la’: Bulan yang penuh kenikmatan.
- Syahrut Tilawah: Bulan membaca Al-Qur’an atau bulan menekuni diri untuk memahami makna Al-Qur’an.
- Syahrus Shabri: Bulan kesabaran.
- Syahrur Rahmah: Bulan penuh limpahan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hambanya. Rasa kasih sayang inilah yang perlu diteladani manusia untuk mencintai sesama mahluk-Nya.
- Syahrul Muwasah: Bulan kedermawanan atau untuk berbagai ke sesama umat muslim.
- Syahrun Najah: Bulan keselamatan dari azab neraka karena di bulan ramadan kita mendapatkan banyak kebaikan untuk menghapus catatan dan amalan buruk kita.
- Syahrul Jud: Bulan bermurah tangan, memberi bantuan kepada fakir miskin.
Itulah nama lain bulan Ramadan dari bahasa arab. Sementara di indonesia, kata Ramadan memiliki nama lain seperti bulan suci, bulan puasa, dan masih banyak lagi yang mana setiap daerah memiliki sebutannya masing-masing.
Bagaimana? Setelah membaca pemaparan tentang penulisan Ramadan di artikel ini, semoga cukup memberikan wawasan dan kejelasan. Kamu juga bisa mencari Buku Agama Islam spesial Bulan Ramadhan hanya Deepublish Store. (Iruekkawa Elisa)
Referensi:
Deepublish. “Penulisan Ramadhan yang Benar.” Penerbit Deepublish, https://penerbitdeepublish.com/penulisan-ramadhan-yang-benar/. Diakses pada 30 Januari 2025.
FAQ
Iya. Karena kata “Ramadan” adalah nama bulan dalam kalender Hijriyah. Dimana nama bulan, tanggal dan nama hari wajib ditulis menggunakan huruf depan kapital.
Kata Ramadan diambil dari bahasa arab yang berbunyi “Romadh” yang memiliki arti panas menyengat” atau “membakar”. Penggunaan kata Romadh ini karena di sana setiap bulan Hijriyah yang jatuh pada bulan ke-9 kalender Hijriyah matahari sedang bersinar maksimal dibandingkan bulan-bulan lain. Sehingga di bulan tersebut terasa panas.
Karena kata Ramadhan termasuk kata asing. ketika kata asing masuk di Indonesia akan mengalami serapan kata menjadi “Ramadan”. Ada kata “dh” yang hilang agar menghindari kerancuan. kemudian KBBI memutuskan kata “Ramadan” sebagai bahasa baku.
Lulusan Sarjana Teknik Sipil serta memiliki ketertarikan di bidang Pendidikan, Bisnis dan Wisata, saya juga memiliki ketertarikan di dunia penulisan SEO, copywriting, content writing, dan content marketing.