Perang merupakan sejarah kelam bagi semua bangsa di dunia. Bisa dikatakan setiap bangsa di dunia pernah mengalami masa peperangan. Baik perang saudara, perang antar Negara, bahkan perang dunia. Dalam sejarah tercata 2 perang besar di dunia yang merupakan perang terbesar di sejarah manusia. Yaitu perang dunia 1 dan perang dunia 2.
Perang Dunia 1
Perang Dunia 1 (PD1) melibatkan lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah. Lebih dari 9 juta prajurit gugur, terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu senjata tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang terlibat.
Perang Dunia 2
Sedangkan Perang Dunia 2 (PD2) melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam keadaan “perang total”, negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.
Karena telah tercatat dalam sejarah dampak perang lebih banyak buruknya daripda kebaikan, maka saat ini seluruh Negara di dunia mengutamakan perdamaian daripada berperang. Diplomasi-diplomasi didahulukan sebelum menabuh gendering perang. Karena jika terjadi perang, pada akhirnya tidak hanya Negara yang kalah yang mengalami kerugian, namun pihak yang menang pun akan mengalami banyak pengorbanan. Satu-satunya jalan yang harus ditempuh tanpa mengorbankan banyak nyawa adalah dengan cara diplomasi untuk perdamaian.
Sebuah definisi yang sederhana dan sempit dari damai adalah ketiadaan perang. Dengan definisi seperti ini, kita dapat menganggap Congo, Sudan, dan mungkin Korea Utara dalam keadaan damai karena mereka tidak sedang berperang dengan musuh dari luar. Dan lagi, dengan definisi ini, kita sekarang tinggal di zaman dunia damai, tanpa perang aktif antara negara-negara. Perawatan perdamaian yang lama antar negara merupakan kesuksesan besar dari PBB. Damai dapat terjadi secara sukarela, dimana peserta perang memilih untuk tidak masuk dalam keributan, atau dapat dipaksa, dengan menekan siapa yang menyebabkan gangguan.
Damai dan perdamaian bagaikan sekeping uang yang bertolak belakang namun menyatu dengan sifat perang itu sendiri. Tujuan damai sendiri bisa bervariasi karena bisa saja orang berdamai −dalam pengertian kondisi tiada peperangan/konflik− karena beberapa hal seperti mengembalikan hubungan baik dua pihak atas kesalahan yang telah dibuat, atau karena rasa toleransi, tenggang rasa dan persahabatan. Adapula berdamai dengan alasan mengalah untuk menang; untuk mendapatkan kesepakatan dalam konsensus tertentu atau rekonsiliasi; atau tujuan-tujuan lainnya yang absurd.
Bagaimanapub juga, damai itu jauh lebih mengguntungkan daripada perang, walaupun ada yang harus memilih peperangan untuk mencapai perdamaian.
(image source : http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2010/07/28/93518_gong-perdamaian-dunia-di-ambon–maluku_663_382.jpg)
Baca Juga: