Mahasiswa Apatis – Pengertian, Ciri-ciri, Dampak dan Solusinya

Dampak dari Mahasiswa Apatis – Hari gini masih diam aja? Untuk apa mahasiswa diajarkan agar menjadi individu yang berani menyampaikan pendapat dan pemikirannya, bila masih doyan diam aja melihat kondisi sekitarnya?

Menjadi mahasiswa artinya seseorang telah melepaskan kebiasaan selama sekolah. Bila sebelumnya semasa sekolah, ia tidak punya kebebasan untuk berpikir dan bertindak. Lebih banyak dituntun oleh guru dalam proses belajar.

Lain halnya dengan pendidikan di perguruan tinggi. Di sini pendidikan dijalankan dengan menekankan pada kemerdekaan. Berarti setiap mahasiswa adalah individu merdeka termasuk dalam menyuarakan argumennya.

Inilah keindahan mimbar akademik di kampus. Ya, meskipun kebebasan mimbar akademik masih memiliki cacat di berbagai sisi dalam penerapannya. Kebebasan mimbar akademik ini memungkinkan semua dapat dipelajari dan dikaji.

Bahkan topik-topik yang mungkin jarang dibahas sebelumnya, sangat mungkin untuk didiskusikan. Dengan kebebasan ini, harapanya semakin mendukung mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Idealnya, sudah nggak jaman lagi tuh mahasiswa apatis. Yang ada mahasiswa kritis dan idealis.

Baca juga : Arti Mahasiswa Yang Sesungguhnya, Pantaskah Kamu?

Affiliate Buku

Dampak Mahasiswa Yang Apatis

Mahasiswa itu:

  • Agent of change
  • Social control
  • Iron stock
  • Moral force
  • Guardian of value

5 peran mahasiswa ini sering banget disebut. Di awal penerimaan mahasiswa baru, kita pasti sering ditekankan pentingnya menjalankan 5 fungsi tersebut. Sebagai mahasiswa, kita harus menjadi penggerak perubahan.

Dengan akses terhadap ilmu dan pengetahuan jauh lebih luas, mahasiswa dapat mempertajam pemikirannya. Semua itu adalah bekal untuk mahasiswa mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik.

Sejarah mencatat, mahasiswa berperan besar dalam beberapa peristiwa penting di Indonesia contohnya reformasi tahun 1998. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa mahasiswa menjadi penggerak perubahan.

Untuk menjadi mahasiswa pandai tapi hanya mementingkan diri sendiri? Mahasiswa diharapkan mampu mengerahkan pemikirannya untuk kepentingan bersama. Apa yang bisa diberikan oleh mahasiswa kepada masyarakat?

Tak sampai di situ. Mahasiswa juga mempunyai fungsi sebagai moral force atau penguat moral dalam masyarakat. Mahasiswa memiliki akses lebih tinggi terhadap ilmu pengetahuan sehingga diharapkan memiliki moral yang baik. Sehingga mereka bisa menjadi contoh dan membawa perubahan baik dalam masyarakat. 

Reseller Buku

Selanjutnya, mahasiswa sebagai guardian of value. Mahasiswa bukan hanya menjaga melainkan juga menyebarkan nilai nilai luhur seperti kejujuran, empati, keadilan, dan sebagainya. Mahasiswa harus berani memegang teguh nilai-nilai yang menjadi kebenaran mutlak.

Di samping itu, selalu ditanamkan bahwa mahasiswa adalah para penerus bangsa (iron stock). Mahasiswa diberikan pemahaman bahwa mereka merupakan generasi bangsa yang nantinya memimpin dan menjalankan roda pemerintahan di Indonesia. Untuk itu, harapannya mahasiswa tidak menyia-nyiakan kesempatan belajar di perguruan tinggi. Mengasah kemampuan dan skill dengan baik. Menambah pengetahuan sebanyak-banyak agar menjadi generasi bangsa yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing dan memberikan kontribusi besar untuk kemajuan bersama.

Sejatinya, mahasiswa menjadi pengontrol kehidupan sosial. Mahasiswa harus mampu melihat kondisi sosial secara kritis. Ibaratnya nih, mahasiswa mampu melihat `sesuatu` yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Misalnya, di tengah kondisi sosial yang baik-baik saja mungkin tersimpan sisi tak terlihat yang jarang diperhatikan oleh pemerintah. Masih ada kelompok yag termarjinalkan dan paling dirugikan oleh sistem.

Nah, disinilah mahasiswa berperan. Menyuarakan apa yang terjadi dan mendorong terjadinya perubahan agar kehidupan sosial berjalan tanpa penindasan dan ketidakadilan.

Dibutuhkan pemikiran kritis. Sehingga mahasiswa menjalankan fungsinya dengan baik. Kabar buruknya, tak serta merta semua mahasiswa dapat berpikir kritis. Jangankan kritis, peduli terhadap sesamanya saja tidak punya. Maka lahirlah mahasiswa apatis. 

Ketidakpedulian adalah sumber penyakit. Bila terus-menerus dipelihara maka ketidakpedulian akan menimbulkan kesenjangan dan perpecahan. Mahasiswa yang tidak peduli dengan orang lain bahkan apa yang terjadi dalam masyarakat, hanyalah individu yang mementingkan diri-sendiri. Apabila tidak diatasi, mahasiswa akan tumbuh menjadi sosok yang mengedepankan kepentingan pribadi ketimbangan kepentingan bersama.

Ketidakpedulian karena mahasiswa apatis tersebut menyebabkan 5 peran mahasiswa tidak berjalan. 

Baca juga : 6 Tanggung Jawab dan Fungsi Mahasiswa Wajib Kamu Pahami

Apa sih apatis itu? Pengertian Mahasiswa Apatis

apa itu mahasiswa apatis

Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, apatis dapat didefinisikan sebagai sikap acuh tak acuh; tidak peduli; masa bodoh. Mahasiswa apatis adalah seseorang tidak peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya entah itu kampus, tempat tinggal, negara, atau masyarakat secara luas.

Promo Buku

Dalam psikologikal, seseorang yang apatis tidak tanggap terhadap aspek emosional, sosial, dan kehidupan fisik. 

Mahasiswa apatis kehilangan simpati, ketertarikan, dan antusiasme dalam suatu objek. Pengertian ini diperkuat pemikiran Slomit tentang apatisme yakni ketidakpedulian individu dimana seseorang tidak memiliki minta atau tidak adanya perhatian terhadap aspek-aspek tertentu.

Apatis juga diartikan pasif, tunduk bahkan mati rasa terutama terhadap hal-hal yang menyangkut isu sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik. 

Ciri-ciri Mahasiswa Apatis

Dalam penelitian Zania Oktasari berjudul Menghindari Sikap Apatis Antar Individu Melalui Komunikasi Untuk Meningkatkan Hubungan Yang Baik Antar Individu. Terdapat ciri-ciri seseorang yang mempunyai sikap apatis. Ciri-ciri ini dituturkan Micahel Rush (Arnadi, 2016):

  • Ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi seperti menyelidiki untuk menerima emosi dan perasaan sendiri 
  • Perasaan samar-samar dan yang tidak dapat dipahami, rasa susah, tidak aman dan merasa terancam 
  • Menerima secara mutlak tanpa tantangan otoritas sah (kode-kode sosial, orang tua, agama) dan nilai-nilai konvensional membentuk satu pola yang cocok dengan diri sendiri, yang dalam situasi klinis disebut dengan kepasifan (pasivitas).

Apatisme yang menjangkiti mahasiswa menimbulkan dampak yang tidak bisa disepelekan. Dampak ini lebih banyak mendatangkan hal negatif ketimbang positif. Bayangkan bila sikap apatis terus dipelihara dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Dampak sikap apatis meliputi:

  • Hilangnya kontrol sosial. Mahasiswa apatis tidak peduli pada banyak hal di luar kehidupannya sendiri. Ngga usah susah-susah mikirin negara, kampus, atau pemerintah. Begitulah yang ia pikirkan. Maka peran mahasiswa sebagai pengontrol sosial (social control) tidak akan berjalan dengan baik. 
  • Cenderung sulit berkembang. Mahasiswa apatis serta orang-orang disekitarnya cenderung sulit untuk berkembang menjadi lebih baik. Alasannya karena mereka memiliki kesadaran yang rendah terhadap orang lain
  • Meningkatkan individualism dan berkurangnya kesadaran kolektif serta rasa solidaritas. Mahasiswa tidak peduli apapun dan siapapun.
  • Fatalnya, dampak memelihara sikap apatis adalah memicu perpecahan.

Baca juga : 50 Kata Bijak Gerakan Mahasiswa – Darah Juang Untuk Negeri

Solusi Agar Tidak Menjadi Mahasiswa Apatis

Sekarang saatnya!

Atasi sikap apatis biar nggak lama-lama dipelihara. Kalau ada sekitar kamu yang masih sikap apatis, bisa nih menerapkan cara ini untuk mengatasinya. 

Penelitian Zania Oktasari di atas juga menerangkan cara mengatasi sikap apatis. Yakni dengan komunikasi. Mengapa komunikasi? Jadi, komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi biasanya dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 

Komunikasi membuka ruang untuk dua orang lebih saling bertukar pikiran dan terlibat diskusi. Di sinilah terjadi transfer pengetahuan sehingga setiap orang bisa saling mencerna pengetahuan masing-masing dan membenturkannya dengan pengetahuannya selama ini. Sehingga komunikasi memungkinkan seseorang untuk melihat beragam perspektif dan mengoreksi pemahamannya selama ini.

Selain komunikasi atau bertukar pikiran dengan orang lain, sikap apatis bisa diatasi dengan membaca buku. Cara ini juga memungkinkan seseorang menerima pengetahuan baru sehingga pemahamannya tentang banyak bisa mengalami perubahan. Sang pembaca diajak untuk memahami hal-hal yang bisa jadi tak dipedulikan selama ini.

Kontributor: Ana Widiawati

Tinggalkan komentar