Fakta Sosial-ekonomi | Buku ini dapat mengurai dan menjelaskan berbagai fenomena di lapangan. Dengan demikian, PNS, karyawan swasta, mahasiswa, pelajar, dan berbagai kalangan pantas membaca buku ini. Setidaknya, Pembaca dapat mengikuti rentetan peristiwa ekonomi dan sosial yang terjadi di negara kita, khususnya Bangka Belitung. Dengan terkumpulnya opini dalam satu buku, Pembaca pun lebih mudah untuk mencari referensi yang mungkin dibutuhkan untuk memperkaya informasi. Pangkalpinang tidak sama dengan Tanjung Pandan, khususnya dari sisi harga konsumen. Selama bulan kedua tahun 2014, kota Pangkalpinang mengalami deflasi 2,11 persen, sedangkan kota Tanjungpandan mengalami inflasi 0,44 persen. Inflasi tahunan di Kota Pangkalpinang masih 8,81% sedangkan di kota Tanjungpandan sudah mencapai 15,70%. Semestinya, pengambil kebijakan segera melakukan “intervensi” ketika inflasi tahunan sudah diatas dua digit. Jumlah angkatan kerja di Bangka Belitung adalah 619.700 orang, sekitar 96,30 persen diantaranya berstatus bekerja. Artinya, Penganggur sebanyak 22.914 orang. Hampir setengah dari Penganggur tersebut sama sekali belum pernah bekerja. Sementara itu, sebanyak 261.981 orang merupakan Pekerja tidak penuh, 77 persen diantaranya adalah Pekerja paruh waktu. Ternyata, laki-laki lebih mendominasi dalam hal ketenagakaerjaan. Sebagian besar Pekerja tidak penuh tinggal di desa dan pendidikannya hanya tamat SD. Sebaliknya, 13.905 orang (60,68 persen) Penganggur tinggal di kota dan setengah dari Penganggur tersebut termasuk Penganggur terdidik (sudah berijazah SMA sederajat atau lebih tinggi). Sektor pertanian Bangka Belitung masih didukung oleh tanaman perkebunan dan perikanan. Pada awal berdirinya Provinsi ini, tanaman lada masih menjadi “idola” petani karena harganya sangat menguntungkan (profitable). Pada triwulan ketiga tahun 2000, sumbangan subsektor tanaman perkebunan terhadap PDRB Bangka Belitung sebesar 16,13 persen sehingga pertanian mendominasi perekonomian. Sebenarnya, jauh sebelumnya pun lada Bangka (Muntok white papper) telah menjadi ‘trade mark’ perdagangan lada putih di kancah internasional. Artinya, kualitas lada putih di seluruh dunia ini selalu mengacu kepada kualitas lada Bangka. Sayangnya, belum ada perkebunan besar untuk tanaman lada. Selama ini, Bangka Belitung hanya mengandalkan perkebunan rakyat sehingga kontribusinya naik turun mengikuti harga lada yang tidak stabil. Apalagi, sejak tahun 2003, pertambangan timah darat mulai menggerus lahan perkebunan, lada pun semakin langka. Semoga saja tidak punah. Buku 33 Judul: Kumpulan Artikel 11 Bulan (mengurai fakta sosial-ekonomi Bangka Belitung) ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Pendidikan Deepublish Lihat juga kategori buku-buku yang lain: Buku Matematika | Buku Psikologi | Buku Agama Islam | Buku Ilmu Komunikasi | Buku Ekonomi | Buku Sosial dan Politik | Buku Sosial Budaya |
Ulasan
Belum ada ulasan.