Buku Farmasi Bahari | Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil dan dikelilingi oleh lautan yang luasnya lebih dari setengah luas kepulauan itu sendiri. Luas lautan ini merupakan potensi alam yang memberi kehidupan bagi jutaan nelayan dan penduduk pesisir di Indonesia. Kekayaaan laut Indonesia selama ini baru dimanfaatkan sebagai sebagai sumber penghasil ikan, padahal potensi lautan ini perlu dikembangkan dan dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, sebagai obat, bahan obat, makanan, atau kosmetika. Buku yang berjudul Farmasi Bahari ini membahas tentang potensi bahan alam bahari dalam bidang farmasi mencakup potensi makro dan mikro algae, mangrove dan tumbuhan pesisir, potensi hewan laut, serta karang lunak. Kajian materi dalam buku ini masih bersifat umum dan tidak mendalam, karena buku ini dimaksudkan sebagai bahan bacaan yang diharapkan dapat membuka wawasan kemaritiman Indonesia, dan menggugah masyarakat farmasi Indonesia untuk tidak hanya mengembangkan obat alam berbasis bahan alam terrestial saja, tetapi juga mengembangkan obat alam berbasis bahan alam bahari. Potensi bahari atau kelautan Indonesia dalam kaitannya dengan pengembangan dunia kefarmasian Indonesia hingga saat ini dirasa masih belum memberikan sumbangan yang berarti dibanding dengan potensi hutan tropisnya, padahal dengan luas lautan yang mencapai sekira 70% dari seluruh wilayah Indonesia tentunya potensi bahari dalam pengembangan dunia farmasi Indonesia harus dipertimbangkan pendayagunaannya. Potensi bahari Indonesia hingga saat ini masih diekplorasi hanya untuk industri perikanan saja, padahal potensi untuk pengembangan dunia farmasi yang meliputi obat, bahan baku obat, kosmetika, dan bahan makanan tidak akan kalah peranannya dalam menghasilkan devisa bagi negara. Sejarah pengembangan bahan alam bahari untuk keperluan farmasi terutama untuk obat dan pengobatan di Indonesia dapat dikatakan telah dimulai sejak ratusan atau bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu, ketika masyarakat pantai Indonesia secara turun temurun menggunakan rumput laut untuk makanan atau keperluan pengobatan (Heyne, 1926., Zaneveld, 1955). Penelitian ilmiah mengenai bahan alam bahari Indonesia, dimulai pada tahun 1899–1900 melalui ekspedisi Siboga yang berhasil mengumpulkan dan mengidentifikasi sekira 555 jenis makro algae Indonesia. Studi etnobotani dan etnofarmakologi bahan alam bahari Indonesia, khususnya makro algae mulai dilakukan pada tahun 1988-1991 di daerah perairan kepulauan Riau, Jawa dan Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Ambon, Seram, Halmahera, Alor, Tanimbar, dan Aru. Dari studi tersebut diketahui bahwa sekira 61 jenis makro algae digunakan sebagai makanan, dan 21 jenis diantaranya digunakan sebagai obat herbal. Berbagai jenis makro algae seperti misalnya Ulva latuca, Enteromorpha prolifera, dan Sargasum spp digunakan untuk keperluan kosmetika. Ulva latuca, Sargasum siliquosum, Enteromorpha compressa dan Enteromorpha prolifera digunakan sebagai antipiretika (penurun panas). Caloglosa spp., Grateloupia filicina, dan Codium spp., digunakan sebagai obat cacing (antelmintik, vermifuga). Buku Farmasi Bahari ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Pendidikan Deepublish Lihat juga kategori buku-buku yang lain: Buku Matematika | Buku Psikologi | Buku Filsafat | Buku Agama Islam | Buku Kedokteran | Buku Ilmu Komunikasi | Buku Ekonomi | Buku Sosial dan Politik | Buku Perikanan dan Kelautan | Buku Pertanian |
Ulasan
Belum ada ulasan.