Deskripsi
Sinopsis Buku Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan |
Buku Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan |
Guru sebagai suatu profesi tentu saja membutuhkan suatu komitmen yang kuat untuk terus menggali informasi dan menambah wawasan terkait dengan disiplin ilmu yang digeluti. Apalagi mengingat kemudahan akses mendapatkan informasi tentu memungkinkan peserta didik tidak lagi menjadikan Guru sebagai satu-satunya rujukan dalam menuntut ilmu. Tentu ini adalah peluang sekaligus tantangan bagi para Guru untuk terus meningkatkan kompetensinya, terutama terkait dengan disiplin ilmunya. Buku ini juga lahir didasari kesadaran bahwa Guru sebagai suatu profesi dituntut tanggung jawabnya mencerdaskan anak-anak bangsa. Terkhusus untuk Guru Sejarah, ini adalah suatu tantangan besar karena mengajak anak didik “bernostalgia” ke masa lampau bukanlah perkara mudah. Diterima atau tidak, Guru Sejarah harus mampu menyampaikan “romantisme” dan “heroisme” masa lampau sebagai “cermin utuh” untuk masa sekarang dan masa depan. Pada muaranya, romantisme dan heroisme masa lampau itu akan menjadi inspirasi pembentukan karakter patriotisme dan nasionalisme. Kehidupan zaman Praaksara di wilayah Sulawesi Selatan dapat diketahui dari peninggalan berupa artefak dan fosil yang antara lain ditemukan di gua-gua bekas tempat tinggal masyarakat Praaksara yang tersebar di beberapa Kabupaten seperti Maros, Pangkep, Bone, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Penelitian gua Prasejarah di Sulawesi Selatan pertama kali dirintis oleh dua naturalis bersaudara berkebangsaan Swiss, bernama Paul Sarasing dan Firitz Sarasing pada tahun 1902 sampai 1903. Mereka menemukan alat-alat berupa serpih bilah, mata panah bergerigi dan alat-alat dari tulang. Sedangkan lukisan gua belum ditemukan. Hasil penelitian Paul dan Firitz tersebut ternyata menarik perhatian ahli Prasejarah, seperti P.V. Stein Calenfels, W.A. Misverg dan Hooijer. Mereka memperkuat pendapat kedua penelitian di atas bahwa penghuni gua Prasejarah tersebut adalah Komunitas Toala (bahasa Bugis To= orang, ala/ala’= hutan). Pada peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan ke-45, terlontar dua pendapat dalam masyarakat yang kelihatannya kontroversial. Pendapat pertama dikemukakan oleh Drs. H. M. Yusuf Kalla, seorang cendekiawan yang terkenal sebagai tokoh bisnis dan pendidikan di Sulawesi Selatan. Dia juga dikenal sebagai tokoh angkatan 1966. Buku Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Pendidikan Deepublish. Lihat juga kategori buku-buku yang lain: Buku Matematika | Buku Psikologi | Buku Agama Islam | Buku Ilmu Komunikasi | Buku Ekonomi | Buku Sosial dan Politik | Buku Sosial Budaya |
Review
Belum ada ulasan.