Proses Pengambilan Keputusan: Pengertian, Tujuan dan Faktor

Proses pengambilan keputusan ternyata tidak mudah. Tidak semua orang memiliki kemampuan mengambil keputusan. Apalagi digenerasi serba instans seperti sekarang, khususnya bagi generasi muda banyak yang memiliki mental takut mengambil keputusan. Padahal di dunia kerja dan di dunia nyata, pengambilan keputusan sebuah pilihan yang wajib. 

Membangun mental agar berani mengambil keputusan seharusnya sudah dibiasakan sejak dini. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak tega, lebih memilih  memanjakan anak-anak mereka. Padahal mengajarkan mengambil keputusan sejak dini dapat dimulai dengan mudah. Misalnya membiarkan anak-anak melakukan kesalahan dan biarkan mereka belajar dari kesalahan.

Pengambilan keputusan sangat penting diasah sedini mungkin. Agar kita tidak menjadi generasi followers  yang muda diatur oleh system, ole trend, dan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dan kompetensi.

Jadi pada kesempatan kali ini saya tidak akan mengulas tentang bagaimana cara agar memiliki keberanian untuk mengambil keputusan. Tetapi akan mengulas tentang pengambilan keputusan secara umum.

Penjelasan Umum Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah upaya seseorang mengambil pilihan yang dianggap tepat, efektif dan efisien. Saat mengambil keputusan, ada beberapa pertimbangan sasaran diantaranya adalah memecahkan masalah. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang pengambilan keputusan. 

Program Afiliasi

1. Schermerhorn 

Pengambilan keputusan menurut Schermerhorn adalah kebijakan seseorang yang menghadapi permasalahan dan berusaha mengambil peluang dari masalah tersebut.

Agar tidak berlanjut berdampak pada hasil yang kurang baik. Baik tidaknya keputusan bergantung pada kualitas keputusan, persepsi, pengetahuan dan pengalaman orang tersebut. 

2. Negulascua dan Doval 

Dalam dunia kerja, tidak dapat dipungkiri jika tidak semua orang memiliki pengetahuan, persepsi dan data mendukung untuk membantu pengambilan masala.

Nah, berdasarkan hasil penelitian mereka, ternyata para manajer besar yang tidak memiliki informasi dan data yang cukup, mereka tetap membuat keputusan berdasarkan alternatif terbaik berdasarkan pada penilaian risiko dan hasil yang efektif. 

3. Heidari dan Ebrahimi 

Menurut Heidari dan Ebrahimi pengambilan keputusan seseorang memiliki hubungan antara kemampuan berfikir kritis dan keterampilan seseorang dalam membuat keputusan.

4. Virlics 

Berbeda dengan pendapat Virlics yang mengartikan bahwa pengambilan keputusan seseorang dipengaruhi oleh suasana hati. Misalnya orang yang sedang dalam mood baik, akan lebih baik saat membuat keputusan daripada orang yang sedang mood jelek.

Sebagai tambahan, pada dasarnya pengambilan keputusan tidak hanya digunakan untuk pengambilan keputusan atas kepentingan pribadi. Tetapi juga dibutuhkan oleh pihak organisasi maupun perusahaan.

Program Afiliasi

Dimana setiap pengambilan keputusan yang hendak diambil dibutuhkan banyak pertimbangan, dasar, tujuan, alasan dan penyebabnya.

Dasar Pengambilan Keputusan 

Ada dasar pengambilan keputusan yang bisa kamu lakukan. Dimana dasar-dasar ini tidak mudah dilakukan, namun jika terbiasa untuk dilatih, maka tidak menjadi masalah. Apa saja sih dasar tersebut? Simak ulasannya berikut. 

1. Intuisi 

Intuisi adalah pengalaman yang dimiliki seseorang atau pengalaman masa lalu yang dimiliki seseorang. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi umumnya dilakukan karena terbatasnya informasi yang tersedia. 

Pengambilan keputusan karena intuisi lebih sering dilakukan akibat proses tak sadar dari pengalaman masa lalu yang pernah dilalui. Bukan berarti pengambilan keputusan ini subjektif. Tetap objektif karena menggunakan logika, hanya saja aspek intuitifnya lebih dominan.

2. Aturan Praktis 

Aturan praktis adalah pernyataan eksplisit yang membatasi yang bisa dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua pemimpin bisa membuat keputusan sepanjang masalah.

Adakala mereka juga mengalami kebimbangan dan ragu apakah keputusan yang hendak diambil dapat dilakukan atau tidak. Itu sebabnya, beberapa tipe pemimpin yang open mind membolehkan bawahannya membuat saran jalan keluar versi sisi mereka.

Baca: Teori Kepemimpinan

3. Pengalaman 

Bagi pemimpin yang sudah memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi, menghadapi permasalahan hal yang biasa. Kenapa biasa? Karena mereka memiliki banyak pengalaman. Mungkin saja pengalaman tersebut sama dengan masalah saat ini, atau bisa juga berbeda dari sekarang. 

Setidaknya pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi seorang pemimpin membuat pengambilan keputusan. Meskipun sudah dibilang berpengalaman, dalam pengambilan keputusan tetap disarankan untuk melakukan observasi dan pengambilan data terbaru. Karena kasus masalah yang dulu dengan yang sekarang tentu saja sudah berbeda.

Insight: Dasar-Dasar Yang Diperlukan Untuk Menentukan Pilihan Hidup

4. Fakta 

Dasar pengambilan keputusan yang tidak kalah penting adalah mengacu dan fokus pada fakta. Seorang pemimpin yang membuat keputusan berdasarkan fakta lebih aman, daripada mengacu pada intuisi. 

Kenapa demikian? Setidaknya fakta yang diambil berdasarkan kondisi di lapangan lebih objektif dan menggambarkan selera konsumen (jika konteks untuk perusahaan), jika kontaknya untuk perusahaan setidaknya membantu dalam mengetahui kondisi di lapangan.

Jika kita mengambil keputusan berdasarkan intuisi dan pengalaman masa lalu, bisa saja kurang efektif. Karena permasalahan yang terjadi saat ini akan berbeda dengan kondisi yang terjadi 5 tahun yang lalu, meskipun bentuk masalahnya sama. 

5. Wewenang

Pengambilan keputusan jenis ini lebih tepatnya diberikan oleh atasan ke bawaan mereka. Dimana pengambilan keputusan seringkali mengalami kendala wewenang yang diberikan oleh sang atasan. Kekurangannya, dalam pengambilan keputusan terkesan dibatasi, karena ada benturan kewenangan.

Kelebihannya, jika keputusan yang dibuat kurang tepat dan salah, maka pihak atasan bisa melakukan koreksi dan masukan. Sehingga faktor risiko dapat diminimalisir. 

Pelajari tentang Manajemen Risiko dan Pentingnya

6. Logika/Rasional

Pengambilan keputusan berdasarkan logika atau rasional wajib dilakukan. Tanpa rasional dan logika, sepertinya tidak bisa menemukan problem solvingnya.

Adapun kelebihan dari mengambil keputusan secara logika dan rasional, yaitu menghasilkan keputusan yang objektif, transparan, konsisten dan masuk akal. Setidaknya cara ini lebih efektif karena mendekati kebenaran. 

Ternyata agar pengambilan keputusan rasional dan logikal, butuh yang nama nya kejelasan masalah. Jadi kita harus tahu sumber masalahnya itu apa, kemudian tahu orientasi tujuan yang hendak dicapai.

Karena mengidentifikasi masalah jika tidak tahu tujuannya ya sama saja. Perhatikan pula preferensi yang jelas, agar menghasilkan hasil keputusan yang maksimal.

Tujuan Pengambilan Keputusan

Setiap individu, organisasi ataupun perusahaan tidak menginginkan masalah mempersulit langkah usaha bisnis mereka. Itu sebabnya tujuan pengambilan keputusan menjadi bacaan yang cukup menarik bagi entrepreneur ataupun seorang pebisnis.

Bahkan di kalangan pekerja kantoran pun, tertarik mempelajari ilmu kepemimpinan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. 

Barangkali kamu bertanya-tanya, apa saja sih tujuan pengambilan keputusan? Sampai banyak pelatihan kepemimpinan agar usaha mereka tidak jatuh menjalankan usaha dan karir mereka. Berdasarkan sifatnya, tujuan pengambilan keputusan dibagi sebagai berikut.

A. Tujuan Bersifat Tunggal 

Tujuan pengambilan keputusan berdasarkan sifat tunggal mengacu pada pengambilan keputusan yang dilakukan karena hanya ada satu permasalahan saja. 

B. Tujuan bersifat Ganda

Sementara ditinjau dari tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda adala pengambilan keputusan yang didasari karena terjadi lebih dari satu masala.

Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan setiap orang memiliki kecenderungan dan alasannya masing-masing. Namun secara umum, pengambilan keputusan akan dipengaruhi beberapa faktor di bawah ini. 

1. Faktor Masa Lalu 

Faktor yang paling umum dan hampir semua pemimpin memiliki adala masa lalu. Jadi pengalaman masa lalu menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang paling klise. 

2. Bias Pengambilan Keputusan 

Ulasan lengkap bias pengambilan keputusan dapat dilihat di “faktor yang menyebabkan bias pengambilan keputusan” di sub bawa. 

3. Usia Dan Perbedaan Individu 

Sadar atau tidak sadar usia menjadi salah satu faktor yang menentukan keputusan seseorang. Orang yang memiliki usia yang lebih matang, disertai dengan karakter orang yang bijak, tentu hasil keputusannya berbeda dengan orang yang dari usia masih baru di bidangnya. 

4. Kepercayaan Pada Relevansi Pribadi 

Ternyata faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan juga dapat dipengaruhi oleh kepercayaan pada relevansi pribadi masing-masing juga loh. 

5. Komitmen 

Seorang pemimpin yang memiliki komitmen teguh, tentu saja lebih percaya diri disetiap mengambil keputusan. Sementara pemimpin yang tidak memiliki komitmen kuat, akan gusar dan risau saat ingin membuat sebuah keputusan. 

6. Posisi (Kedudukan)

Kedudukan dalam hal ini adalah jabatan seseorang dapat mempengaruhi hasli dan proses pengambilan keputusan. Tentu saja orang yang memiliki posisi lebih percaya diri membuat keputusan, karena sudah biasa membuat keputusan. Sementara karyawan yang baru masuk (misalnya) ragu disetiap membuat keputusan. 

7. Situasi Dan Kondisi 

Situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan juga dapat menjadi faktor utama pengambilan keputusan. Berat dan tidaknya kondisi yang terjadi dilapangan akan mempengaruhi keputusan. Kondisi dan situasi pengambilan keputusan didunia politik tentu berbeda dengan pengambilan keputusan yang cakupannya usaha kecil menengah. 

8. Jenis Masalah

Berbicara tentang proses pengambilan keputusan, jenis masalah juga menjadi faktor utama. Berbicara jenis masalah, memang ada banyak sekali jenisnya. Namun secara umum, jenis masalah dibagi menjadi tingkatan, yaitu masalah tingkat kecil, masalah tingkat menengah dan masalah tingkat besar. 

Berbicara tingkat permasalahan, setiap orang, organisasi dan perusahaan memiliki pandangan yang berbeda. bisa saja untuk perusahaan A masalah yang sama termasuk ke dalam masalah tingkat menengah.

Sementara perusahaan B, masalah yang sama masuk kategori masalah besar. Dengan kata lain, kecil, menengah atau besar tergantung mentalitas dari perusahaan/organisasi/individu itu sendiri. 

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Di sub di bawah terdapat faktor yang menyebabkan bias pengambilan keputusan yang wajib juga kamu tahu.

Faktor Yang Menyebabkan Bias Pengambilan Keputusan 

Setelah mempelajari tentang pengertian, fungsi dan dasar pengambilan keputusan, ada faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Kita tahu dalam menghadapi permasalahan, kita sering kali mempertimbangkan banyak hal, dan itu hal yang wajar. 

Bahkan saat kita membuat sebuah keputusan, yang mungkin dianggap sudah benar dan tepat, ternyata keputusan itu belum tentu benar bagi orang lain atau klien kita.

Perasaan dan anggapan kita yang sudah terbaik inilah yang dapat menimbulkan bias pengambilan keputusan yang wajib dihindari. Berikut terdapat beberapa bias pengambilan keputusan yang paling umum kita temukan. 

1. Overconfidence bias 

Salah satu faktor terjadinya bias dalam pengambilan keputusan adalah masalah terlalu percaya diri, dimana seseorang memiliki kecenderungan terlalu percaya diri dalam menilai keputusan mereka. 

2. Anchoring bias

Faktor yang kedua adala bias jangkar atau kecenderungan seseorang fokus pada informasi awal, tanpa mempedulikan informasi yang yang baru dan atau pendapat dari orang lain. 

3. Confirmation bias 

Masalah umum paling umum ditemui bias pengambilan keputusan adalah bias konfirmasi. Dikatakan sebagai bias konfirmasi terjadinya kecenderungan seseorang untuk memilih informasi yang bersifat menguatkan masa lalu. 

4. Availability bias 

Sementara yang disebut availability bias adalah bias ketersediaan yang memiliki kecenderungan membuat keputusan berdasarkan informasi yang mudah ditemukan dan mudah didapat. 

5. Escalation of commitment 

Bias pengambilan keputusan yang umum terjadi adalah eskalasi komitmen yang mana seseorang memiliki kecenderungan fokus pada keputusan yang sudah dibuat, padahal bisa saja keputusan yang dibuat adalah keputusan yang tidak tepat. 

6. Randomness error 

Randomness error adalah kesalahan acak yang merupakan kecenderungan seseorang membuat keputusan berdasarkan memprediksi hasil atau peristiwa yang sebenarnya dilakukan karena ketidaksengajaan. 

7. Risk aversion 

Risk aversion atau aversi risiko adalah kecenderungan seseorang untuk memilih hasil yang tidak berisiko, dengan kata lain, memilih masalah yang aman. 

8. Hindsight bias 

Terakhir faktor yang mempengaruhi bias pengambilan keputusan adalah bias peninjauan masa lampau, dimana kecenderungan seseorang berpura-pura meyakini hasil prediksi yang sudah mereka buat sebagai data yang akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui.

Pengambilan keputusan, terutama dalam organisasi tidak disarankan untuk serampangan. Karena apabila terjadi bias pengambilan keputusan, dapat berdampak negatif, tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga berdampak pada organisasi yang sudah terkena masalah, justru semakin para.

Proses Pengambilan Keputusan

Proses Pengambilan Keputusan
Alur Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dapat dilakukan melalui beberapa cara yang bisa kamu persiapkan. Langsung saja simak ulasannya berikut ini. 

1. Pengambilan keputusan 

Proses pengambilan keputusan yang pertama tentu saja mengetahui terlebih akar permasalahannya. Bagaimana dapat ditemukan jalan keluar jika tidak menemukan sumber permasalahan terjadi. Ironisnya, banyak lo individu ataupun organisasi yang tidak tau apa sih masalah utamanya.

2. Mencari alternatif problem solving 

Pentingnya mencari alternatif pemecahan masalah untuk membantu pengambilan keputusan. Pentingnya membuat alternatif berfungsi untuk membuat rencana plan a, plan b dan seterusnya. Jadi apabila plan a gagal masih ada plan b, c dst. 

Seringkali saat membuat alternatif problem solving, banyak yang terfokus masalah efektif dan tidaknya alternatif tersebut. Nah, daripada pusing cara tersebut, tips saya tulis saja alternatif sebanyak mungkin, sebelum nanti masuk ke tahap tiga, yaitu tahap membuat keputusan. 

3. Memilih alternatif 

Dari kumpulan alternatif permasalahan dan jalan keluar yang sudah kamu buat, langkah selanjutnya hanya memilih. Barulah di tahap memilih dilakukan analisa apakah alternatif yang ingin diambil efektif, efisien atau tidak.

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana cara mengetahui itu pilihan tersebut efektif atau tidak? Kamu cukup mengajukan pertanyaan pada masing-masing pilihan. Jawaban yang mendekati dan yang terbaik, maka itu lah pengambilan keputusan yang perlu dipilih. 

4. Pelaksanaan alternatif 

Di tahap empat adalah melaksanakan pilian yang sudah dipilih. Jadi kamu bisa mempraktekan atau mengaplikasikan ke permasalahan di lapangan. Selama menerapkan hasil keputusan tidak boleh dilepas begitu saja. Butuh pengawasan dan evaluasi. 

5. Evaluasi 

Proses paling akhir dalam evaluasi. Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa efektif hasil di lapangan. Apakah ada kekurangan dan semacamnya. Jika ada kekurangan, maka perlu dilakukan evaluasi agar hasilnya semakin efektif dan maksimal.

Adapun cara melakukan evaluasi, yaitu dapat dilakukan dengan melakukan penelitian ataupun observasi.Itulah beberapa ulasan tentang pengambilan keputusan. Semoga ulasan diatas bermanfaat. (Irukawa Elisa)

Tinggalkan komentar