Rasio Profitabilitas: Jenis, Manfaat, dan Contoh Terbaru

Rasio profitabilitas sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha. Khususnya perusahaan menengah ke atas. Buat kamu yang bekerja di perusahaan bagian keuangan, manajemen atau bagian sdm wajib tahu tentang apa itu rasio profitabilitas. Untuk mengetahui lebih lengkap secara singkat, simak artikel ini sampai selesai ya. 

Pengertian Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah perbandingan yang sering digunakan perusahaan untuk mengetahui perbandingan laba (profit) dari hasil pendapatan yang diperoleh. Kehadiran rasio profitabilitas dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan pihak manajemen keuangan, guna untuk dilakukan pencatatan. 

Rasio profitabilitas tidak sekedar sebagai pembanding pendapatan keuntungan. Tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan hasil akhir laporan keuangan perusahaan. Termasuk juga bisa melihat keputusan operasional. Sehingga pihak manajemen maupun perusahaan bisa membuat keputusan secara bijak, tanpa harus mengorbankan atau mempengaruhi hal yang lain.

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas 

bagi pelaku usaha bisnis pertama kali, seringkali mengalami kebingungan dan tidak tahu menahu soal rasio profitabilitas. Jika ternyata rasio profitabilitas ini memiliki beberapa jenis yang meliputi sebagai berikut. 

1. Gross Profit Margin 

Dikatakan sebagai rasio profitabilitas Gross Profit Margin (GMP) pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan kemudian dilihat berapa persentase laba kotornya. Diman laba kotor ini dipengaruhi oleh laporan arus kas. Di laporan arus kas inilah akan dijelaskan secara rinci besaran laba yang diterima. 

Affiliate Buku

Gros Profit margin ini juga dapat digunakan untuk menghitung biaya produksi (harga pokok). Jadi, apabila GPM semakin besar, maka semakin baik kegiatan operasional bisnisnya. Sebaliknya, Jika GPM-nya lebih kecil, maka akan mempengaruhi dalam pengaturan keuangan, dan bisa berdampak pada kegiatan operasionalnya.

2. Profit Margin Ratio

Ada juga jenis Profit Margin Ratio atau PMR. Jadi yang dimaksud dengan PMR adalah rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk menilai persentase laba bersih, yaitu dengan cara mengurangi dengan pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. 

3. Return on Assets Ratio (ROA)

Sementra jenis Returnon Assets Ratio (ROA) adalah jenis rasio profitabilitas banyak digunakan perusahaan untuk mengetahui efisiensi pengelolaan aset. Untuk perhitungannya bisa menggunakan rumus Rasio Pengembalian Aset sebagai berikut. 

ROA = Laba Bersih : Total Aset

4. Return on Equity Ratio (ROE)

Jika kamu memiliki sebuah perusahaan atau usaha. Kemudian kamu ingin mengetahui nilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham. Maka dapat diketahui dalam persentase. 

Jenis ROE ini juga sering digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaannya dalam mengelola modal. Karena ROE ini dapat digunakan untuk mengukur dari investasi pemilik modal perusahaan. 

Return on Equity ratio dikenal dengan sebutan rentabilitas modal sendiri. DImana ROE ini dapat dihitung dari income perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan yang tidak lain sebagai pemegang saham. 

5. Return on Sales ROS

Reseller Buku

Apakah kamu pernah mendengar Return on Sales Ratio (ROS)? jadi jenis Return On Sales ROS adalah rasio profitabilitas yang menyuguhkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya variabel produksi.

Bentuk dari ROS ini bisa bermacam-macam bentuknya, ada yang berbentuk bahan baku dan gaji karyawan yang belum dikurangi dengan pajak ataupun bunga. Dalam bahasa lain, Return on Sales Ratio ini disebut dengan margin operasional atau margin pendapatan operasional. 

6. Return on Capital Employed (ROCE)

Jika perusahaan kamu ingin mengetahui keuntungan dari sisi modal, maka cara menghitung persentase dengan cara Return on capital employed ini. Yaitu cukup dengan menambahkan modal dengan total aset dikurangi dengan kewajiban lancar.

7. Return of investment 

Jenis Rasio profitabilitas yang terakhir adalah Return of Investment (ROI). ROI lebih banyak digunakan perusahaan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan secara keseluruhan. Jika diketahui semakin tinggi rasio, iru artinya kondisi perusahaan semakin baik.

Contoh Soal Rasio Profitabilitas

Setelah mengintip pengertian dan manfaat rasio profitabilitas di atas, rasanya kurang afdol jika tidak disertai contoh kasus yang terjadi di lapangan. Berikut uraiannya.

1. Contoh Gross Profit Margin 

Sebuah perusahaan PT Multijaya mendapatkan laba kotor sebesar Rp. 50.000.000. kemudian diketahui mendapatkan total pendapatan sebesar Rp. 57.000.000. Maka GPM perusahaan PT Multijaya dapat dihitung dengan (Laba kotor : Total pendapatan) x 100%. 

= Rp 50.000.000 : Rp 57.000.000) x 100%

=87%

Promo Buku

Jadi hasil gross profit margin PT Multijaya adalah 87%. 

2. Contoh Return of investment

CV Budi luhur menginvestasikan uangnya sebesar Rp 600.000.000 kepada perusahaan CV Otomotif. Dari hasil investasinya menghasilkan penjualan 1.000 unit kendaraan. Sehingga pihak perusahan CV. Otomotif keuntungan sebesar Rp. 700.000.000. Maka berapa Return of Investment yang akan diperoleh CV Budi lUhur? 

Laba Investasi Rp. 100.000.000 

Modal investasi awal Rp. 600.000.000 

ROI = ((laba atas investasi – investasi awal):Investasi)x100%).

ROI = (Rp 700.000.000 Rp600.000.000 : Rp 600.000.000) x 100 = 16,6%

Jadi Return of investment nya CV BUdi Luhur sebesar 16,6%

3. Profit Margin Ratio

Profit margin ratio atau yang dikenal dengan Net Profit Margin (NPM) adalah rasio profitabilitas yang berfungsi untuk menilai persentase laba bersih setelah dikurangi dengan pajak pendapatan yang diperoleh dari penjualan.

NPM dapat dihitung dengan rumus dan contoh berikut ini:

NPM = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan

Sebagai contoh: 

Pendapatan penjualan bersih (Net Sales) = Rp10.500.000

Laba Bersih Setelah Pajak (Net Profit after Tax) = Rp25.500.000

Maka, NPM-nya adalah sebagai berikut:

NPM = Rp25.500.000 : Rp10.500.000

NPM = 2,42%

4. Return of Equity Ratio (ROE)

Return of Equity Ratio atau ROE berguna untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegangan saham perusahaan.

ROE juga bisa menandakan berhasil tidaknya sebuah perusahaan dalam mengelola modal, sehingga keuntungan dapat diukur dari investasi pemilik modal.

Berikut ini adalah cara menghitung Return of Equity Ratio (ROE):

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham

Dari laporan keuangan yang terbit pada 31 Desember 2020, PT. Annur Budi Utama yang bergerak dalam sektor buku memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp1.000.000.000. Sedangkan total ekuitas para pemegang saham adalah sebesar Rp3.000.000.000. Maka ROE-nya adalah sebagai berikut, 

ROE = Rp1.000.000.000 : Rp3.000.000.000

ROE = 30%

5. Return on Sales Ratio (ROS)

Return on Sales Ratio (ROS) berfungsi untuk menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah melakukan pembayaran variabel, seperti gaji karyawan, bahan produk, administrasi, dan lain-lain.

Rasio juga bisa menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap dana penjualan seperti, margin operasional dan margin pendapatan operasional.

Berikut cara menghitung Return on Sales Ratio (ROS):

ROS = (Laba sebelum pajak dan bunga : penjualan) x 100%

PT. Annur Budi Utama menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga sebesar Rp3.000.000.000

Penjualannya sebesar Rp2.000.000.000

Maka ROS-nya adalah sebagai berikut:

ROS = (Rp3.000.000.000 : Rp2.000.000.000) x 100%

ROS = 5%

Baca Juga: Rekomendasi Buku Ekonomi Best Seller

Manfaat Rasio Profitabilitas 

Jika kamu salah satu calon pemilik usaha, wajib tahu manfaat rasio profitabilitas ini, khususnya ketika menghitung untung-rugi perusahaan. lantas apa saja sih manfaat rasio profitabilitas? Berikut ulasannya.

1. Mengetahui Keuntungan Perusahaan 

Salah satu manfaat rasio profitabilitas yang paling menonjol adalah membantu pihak perusahaan mengetahui kepastian laba yang diperoleh selama periode tertentu. Apakah dalam satu periode dengan periode yang lain mengalami kenaikan, penurunan atau stabil. Jika dari periode saat ini mengalami penurunan keuntungan, maka dapat dievaluasi dan bisa ditingkatkan kembali. 

2. Barometer Investor 

Khususnya untuk usaha skala menengah atas, biasanya sudah melibatkan para investor yang menyuntikan dana. Jadi perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas stabil dan meningkat, akan banyak investor yang akan menanamkan modal mereka. Sementara bagi pelaku usaha bisa mengetahui persentase keuntungan yang harus masuk ke kantong pribadi dan yang masuk ke kantong investor. 

3. Efisiensi Bisnis

Manfaat rasio profitabilitas yang ketiga adalah membantu kamu sebagai pelaku usaha bisa efisien dalam menjalankan bisnis. Sebuah perusahaan yang bisa menciptakan efisiensi dibutuhkan jam terbang, pengalaman dan analisis yang tepat dan akurat. Bahkan terkadang tidak semua perusahaan bisa memahami efisiensi dari sebuah bisnis itu sendiri, karena keterbatasan. 

4. Sebagai Bahan Evaluasi 

Tidak ada perusahaan yang menjalankan bisnis selalu mulus. Pasti ada masa pasang surutnya. Pasti ada masalah yang terjadi. Masalah yang muncul inilah yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan evaluasi untuk mendapatkan solusi yang tepat. 

5. Tolak Ukur Trader 

Tidak hanya sebagai bahan evaluasi, mengetahui laba rugi. Rasio profitabilitas juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur trader saham. Jadi kamu bisa melihat apakah trader saham mengalami penurunan atau kenaikan. Sehingga para pemain trader bisa tahu kapan seharusnya membeli dan kapan seharusnya menjual.

6. Pajak Perusahaan 

Terakhir yang ada pajak perusahaan, termasuk rasio profitabilitas yang dapat digunakan sebagai acuan dasar menentukan atau membayar pajak perusahaan. Dimana saat membayar pajak dibayarkan sesuai dengan acuan dasar yang sudah ditentukan. Hal ini bagi perusahaan sudah sewajarnya dikuasai dan diketahui.

Kesimpulan

Itulah dua contoh rasio profitabilitas. Dari contoh diatas semoga cukup memberikan gambaran. Semoga sedikit ulasan seputar rasio profitabilitas ini bermanfaat. (Iruekkawa Elisa)

Tinggalkan komentar