Psikologi Kognitif: Pengertian, Sejarah, Tujuan dan Contoh

Di dunia psikologi, ada salah satu istilah yang kerap didengar yaitu psikologi kognitif. Banyak yang berpikir bahwa psikologi kognitif berkaitan erat dengan proses berpikir atau proses menuangkan. Tetapi, apa sih sebenarnya pengertian dari psikologi kognitif?

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai psikologi kognitif, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, ya!

Pengertian Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif berasal dari dua istilah dasar yaitu psikologi dan juga kognitif. Kata psikologi merujuk pada istilah ‘psycho’ yang mana memiliki arti jiwa dan juga ‘lopos’ yang memiliki arti makna ilmu. 

Di dalam perkembangannya, kata psikologi ini kemudian diartikan sebagai ilmu jiwa atau yang juga sering disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mengenai adanya tanda-tanda kejiwaan. 

Namun semakin berkembangnya zaman dan juga modernisasi zaman, psikologi diartikan sebagai lebih luas yaitu ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku insan atau manusia. Sehingga, psikologi kemudian dipahami sebagai suatu dasar atau ilmu yang digunakan untuk mempelajari tingkah laku manusia.

Affiliate Buku

Sementara itu, pengertian dari kognitif atau yang juga disebut kognisi adalah ilmu yang mengkaji mengenai berbagai hal yang dialami manusia. Misalnya seperti pelaku, pandangan baru, dan lain sebagainya. Akan tetapi terlepas dari itu, belum ada kesepakatan yang kuat mengenai pengertian baku dari kognitif yang berasal dari kata serapan yaitu ‘cognition’.

Sehingga jika dilihat dari dua pengertian yang sudah dijabarkan di atas, pengertian dari psikologi kognitif merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang secara perspektif mengkhususkan diri pada lingkup perspektif pemikiran ingatan manusia. 

Selanjutnya, psikologi ini kemudian digunakan untuk mendeskripsikan bahwa manusia termasuk ke dalam proses maklumat yang secara aktif. Bahkan kini, psikologi kognitif dijadikan salah satu cabang ilmu psikologi yang fungsinya digunakan untuk mengkaji proses mental dan pada umumnya di dalamnya akan membahas mengenai bagaimana cara berpikir, melihat, daya ingat, dan juga cara belajar seorang manusia.

Perlu dipahami bahwa fokus utama dari ilmu psikologi kognitif adala mengenai bagaimana cara seseorang agar dapat memperoleh, memproses, dan juga menyimpan maklumat. Sehingga tak heran jika beberapa pendapat menyatakan bahwa pengertian psikologi kognitif sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana arus informasi yang mampu ditangkap indera manusia,

Kemudian, informasi yang berhasil ditangkap tersebut diproses ke dalam jiwa manusia sebelum mulai diendapkan ke dalam kesadaran atau bisa juga diwujudkan pada bentuk tingkah laku, serta inti dari psikologi kognitif sendiri ada bagaimana seseorang bekerja sama dengan perilaku, ilham, dan harapan yang dimilikinya sendiri agar berjalan beriringan.

Pengertian Psikologi Kognitif Menurut Tokoh/Ahli

Setelah memahami pengertian psikologi kognitif secara umum, perlu diketahui juga bahwa para tokoh atau ahli juga memiliki pendapat masing-masing mengenai psikologi kognitif. Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai psikologi kognitif.

1. Brown (2006)

Menurut Brown, psikologi kognitif merupakan ilmu yang berkaitan dengan persepsi, memori, bahasa, perhatian, dan juga pemikiran atau pengambilan keputusan.

2. Solso, Maclin dan Maclin (2008)

Sementara itu, Solso, Maclin, dan Maclin mengungkapkan pendapatnya bahwa psikologi kognitif merupakan ilmu yang membahas mengenai persepsi terhadap suatu informasi, pemahaman terhadap informasi, alur pikiran, serta formulasi dan produksi dari jawaban seseorang.

3. Sternberg (2009)

Lebih spesifik lagi, Sternberg menjelaskan bahwa psikologi kognitif merupakan sebuah studi mengenai bagaimana orang memandang, belajar, mengingat, dan juga berpikir mengenai informasi.

4. Ellis dan Hunt (1993)

Ellis dan Hunt berpendapat bahwa psikologi kognitif adalah studi tentang proses mental manusia.

5. Matlin (1998)

Psikologi kognitif adalah pendekatan teoretis dalam psikologi yang menitikberatkan struktur dan proses-proses mental.

Sejarah Singkat Psikologi Kognitif

Tentu saja munculnya psikologi kognitif ini memiliki sejarah atau asal-usul sehingga akhirnya membentuk suatu ilmu yaitu psikologi kognitif. Awalnya, terdapat dua perspektif mengenai bagaimana pengetahuan ditampilkan ke dalam pikiran, yaitu perspektif empiris dan juga perspektif nativis.

Perspektif empiris merupakan suatu perspektif yang memandang adanya suatu pengetahuan karena diperoleh dari pengalaman sepanjang hidup. Sementara itu, perspektif nativis menjelaskan bahwa pengetahuan sudah tersimpan ke dalam otak manusia sejak lahir.

Akan tetapi, kedua perspektif tersebut pada akhirnya tidak dapat dibuktikan secara mutlak, sehingga terus terjadi perdebatan tanpa adanya pihak yang menang. Akhirnya pada abad ke-19, para psikolog mulai bermunculan dari bidang ilmu filsafat. Para psikolog tersebut membentuk suatu disiplin ilmu baru.

Disiplin ilmu baru yang dibentuk berdasarkan pada hipotesis atau dapat diuji dan juga berasa pada data-data yang empiris. Meski begitu, ilmu baru tersebut awalnya berasal dari sumber filsafat.

Promo Buku

Kemudian pada abad ke-19, berbagai teori mengenai representasi pengetahuan terdikotomi menjadi struktur dan juga proses. Seorang ahli bernama Wundt di Jerman dan muridnya bernama Titchener menekankan struktur dari representasi mental melalui penelitian mereka mengenai introspeksi, sedangkan Brentano di Austria menekankan mengenai tindakan dari representasi mental yang dianggap tidak penting dalam psikologi.

Di waktu yang bersamaan, ahli yang bernama William James melakukan evaluasi aliran psikologi baru yang sedang berkembang di Jerman dan kemudian dibawa ke Amerika oleh para murid Wundt. Pada saat itu, James mendirikan laboratorium psikologi pertama di Universitas Harvard.

Ia melakukan penulisan karya ilmiah psikologi yang berjudul principles of psychology pada tahun 1890 dan kemudian karya tulis yang ditulis oleh James ini memiliki tujuan yakni mengembangkan teori model pikiran yang ilmiah. 

James menganggap bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari pengalaman manusia terhadap objek eksternal dan hal tersebut kemudian menghubungkan James dengan psikologi kognitif modern, yaitu pandangan mengenai memori yang membahas tentang struktur dan proses yang berlangsung.

Setelah itu, pada awal abad ke-20, behaviorisme lahir membawa psikologi pada konsep yang radikal karena para behavioris memandang psikologi manusia dan binatang semata-mata hanya stimulus dan respons atau mereka mengurangi pengaruh pengalaman.

Berlanjut pada 1932, sebelum revolusi kognitif dalam psikologi ada peristiwa penting yang jadi masalah para behavioris yaitu dimulai dari eksperimen yang dilakukan oleh Tolman terhadap tikus yang ditempatkan pada suatu labirin. Tikus tersebut ternyata bisa menemukan berbagai jalan alternatif agar dapat mengambil makanan yang kemudian disebut dengan peta kognitif.

Dilanjut lagi dengan tulisan dari Sir Frederick Bartlett dari Universitas Cambridge sebagai tanda penolakan terhadap pandangan populer saat itu bahwa memori dan kelupaan bisa dipelajari melalui suku-suku kata tidak bermakna sebagaimana ajaran Ebbinghaus pada abad sebelumnya.

Pada eksperimen yang dilakukan Tolman lau, eksperimen Barlett justru menunjukkan bahwa manusia memiliki informasi dan panca indera yang disimpan sebagai representasi abstrak yang mana ini bertentangan dengan pandangan behavioris yang berpusat dengan perilaku yang bisa diamati pada hewan dan manusia.

Namun mulai 1950-an, studi mengenai proses kognitif mulai diminati dan akhirnya terbentuk generasi baru ilmu psikologi dan berbagai jurnal baru ketika para psikolog menyelidiki proses kognitif secara mendalam. Dan pada 1960-an, muncul ilmu psikologi yang diwakili oleh Ulrich Neisser yang pertama kali menulis buku teks psikologi kognitif.

Dalam bukunya, terdapat berbagai macam topik, misalnya cara memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan, dan juga bagaimana pengetahuan tersebut kemudian dapat direpresentasikan ke dalam pikiran.

Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif

Seperti penjelasan di atas bahwa psikologi kognitif ini merupakan bagaimana cara seseorang melihat, berpikir, memahami, berkomunikasi, mengingat, dan juga belajar menyimpan informasi, sehingga psikologi kognitif ini memiliki tujuan mengapa ilmu ini harus dipelajari.

Secara umum, kita harus mempelajari psikologi kognitif agar kita dapat meningkatkan daya ingat dan meningkatkan akurasi dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, seseorang dapat berpikir lebih jauh ke depan dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

Setelah mengetahui pengertian dan sejarah tentang psikologi kognitif, berikut adalah Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang tidak sekedar mengetahui cara seseorang berpikir, mengingat, menyimpan informasi, memahami dan berkomunikasi. 

1. Menggambarkan Perilaku 

Disadari atau tidak, salah satu Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif adalah untuk mengetahui perilaku. Sebenarnya psikologi kognitif ini tidak sekedar tentang mengamati manusia tetapi juga manusia. Setidaknya dengan mengetahui perilaku makhluk, memudahkan kita bisa lebih memahami orang lain. 

2. Menjelaskan sesuatu 

Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang tidak kalah penting adalah, dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu terhadap banyak hal. Tidak Hanya melulu tentang menjelaskan kepribadian,perilaku sosial, perkembangan, kesehatan mental. Tetapi juga dapat lebih bermakna dari itu, yaitu mengeksplorasi ilmu pengetahuan. 

3. Memprediksi 

Tidak berhenti sampai disitu saja. Psikologi  kognitif juga dapat membantu untuk memprediksi tentang banyak hal. Misalnya memprediksi tentang cara seseorang bertindak, dan cara seseorang melakukan banyak hal yang dapat membantu untuk merancang atau meramalkan masa depan. 

4. Mengubah 

Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang terakhir adalah dapat mengubah, mengendalikan perilaku seseorang dan mempengaruhi seseorang. Dimana, dalam kehidupan sosial yang mengalami konflik atau permasalahan, perubahan penting untuk membuat tatanan yang lebih tertata dan terstruktur.

Sementara menurut Matlin (1998) salah satu tujuan mempelajari psikologi kognitif ada tiga alasan yang meliputi. 

  1. Kognitif adalah bagian dasar dan paling penting dalam psikologi manusia. Karena apa yang dilakukan seseorang saat ini akan mempengaruhi persepsi, memori, bahasa dan cara berfikir seseorang. 
  2. Psikolog kognitif dapat berpengaruh secara luas untuk cabang dan bidang ilmu psikologi lain. Seperti Psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi kesehatan, psikologi perkembangan hingga politik. 
  3. Alasan terakhir bersifat personal, yaitu sebagai alat  yang impresif. DImana setiap jam, menit bahkan detik kita akan melibatkan pikiran untuk memproses segala bentuk informasi. Sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri dalam banyak hal.

Dari beberapa tujuan mempelajari psikologi kognitif di atas, tentu saja masih ada banyak tujuan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Seperti mendapatkan ilmu baru, mengetahui emosi dan perilaku diri sendiri dan orang lain. Serta memiliki kemampuan dalam menemukan problem solving.

Contoh Psikologi Kognitif

Ada banyak hal yang akan kita pelajari lebih menarik dan menyenangkan. Semetara, berikut contoh psikologi kognitif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

1. Contoh psikologi kognitif 1 

Di jalan A kita melihat peristiwa kecelakaan motor dan mobil. Dimana pengendara motor tidak mengenakan helm dengan kecepatan sedang. Sementara mobil dengan kecepatan tinggi. Kecelakaan terjadi, sehingga menyebabkan pengendara motor terluka parah, kepalanya terbentuk.

Dari kasus kecelakaan tersebut, secara tidak langsung akan menstimulasi kita (sebagai saksi mata) untuk memproses informasi yang ditangkap oleh panca indera. Misalnya, pentingnya menggunakan helm sebagai pelindung kepala, untuk meminimalisir terjadinya benturan di kepala. Dimana kepala adalah bagian vital dan paling penting. 

2. Contoh psikologi kognitif 2 

Ketika Saya menghadiri sebuah acara yang menyuguhkan banyak makanan enak dan lezat. Sementara,  saya sedang berdiet dan menjaga penampilan. Maka, dari sekian banyak makanan yang disuguhkan, saya akan menyeleksi makanan.

Misal, menghindari makanan yang berminyak, berlemak atau semacamnya. Karena makanan berminyak dan berlemak tidak baik untuk program diet saya. Saya cenderung akan memilih makanan seperti sup karena berkuah dan bisa makan sayur mayur yang lebih aman untuk program diet saya. 

3. Contoh psikologi kognitif 3 

Ketika kita memiliki sahabat sangat dekat. Kemudian sikap sahabat kita tiba-tiba berubah. Namun, sahabat tidak ingin bercerita kepada kita karena alasan yang tidak kita ketahui. Sikap yang tidak biasa inilah yang akan disadari atau tidak, kita pun akan melakukan proses berpikir.

Mengumpulkan informasi dan mengumpulkan sikap sahabat kita kenapa bisa bersikap tertutup. Apakah karena kita penyebabnya, atau karena faktor lain diluar dari diri kita.

Berikut merupakan beberapa contoh atau penerapan psikologi kognitif dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Memilih menggunakan bahasa tertentu saat berkomunikasi
  2. Menghadapi suatu ketakutan
  3. Menyelesaikan dan menghadapi suatu masalah
  4. Bangun saat alarm ponsel berbunyi
  5. Mulai beradaptasi dengan lingkungan
  6. Belajar menghadapi banyak orang di lingkungan sekitar
  7. Memilih teman atau pasangan yang nyaman
  8. Guru membantu siswa memberikan penjelasan mengenai ide dan pendapat
  9. Siswa melakukan diskusi mengenai ajaran yang didapatkan dari guru di sekolah
  10. Guru meminta para murid dapat merefleksikan pengalaman  mereka dengan membuat laporan harian.

Itulah penjelasan mengenai psikologi kognitif dan juga contoh dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, baca juga artikel berikut ini.

Baca juga: Ruang Lingkup dan Tujuan Psikologi Pendidikan

Tinggalkan komentar