Pengertian dan Pendekatan Konseling

Menyadari tak bisa semua masalah bisa diselesaikan sendiri tersebut, sehingga diperlukannya melakukan pendekatan konseling. Pada langkah melakukan pendekatan konseling ini, harapannya seseorang yang bermasalah atau sedang memiliki masalah dapat menemukan alternatif terbaik untuk memahami dan menyelesaikan masalahnya.

Di tahap pendekatan konseling ini, orang yang memiliki masalah atau selanjutnya disebut konseli bercerita atau melakukan konseling. Selanjutnya, orang yang mendengarkan atau konselor melakukan pendekatan konseling. Saat dilakukan metode pendekatan konseling ini, konselor menggunakan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat.

Tapi apakah itu pengertian dari pendekatan konseling yang bisa membantu seseorang mampu menyelesaikan masalah atau setidaknya memahami masalahnya?

Apa Itu Konseling

Sebelum memahami apa saja pendekatan konseling dan pengertiannya, lebih dulu harus dipahami mengenai pengertian atau apa itu konseling yang terdapat pada pendekatan konseling.

Konseling atau yang biasa disebut penyuluhan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan seorang ahli atau biasanya disebut sebagai pembimbing atau konselor kepada individu yang mengalami suatu masalah atau yang disebut sebagai konseli yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli.

Affiliate Buku

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konseling di dalam pendekatan konseling artinya pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya. Biasanya konseling juga disebut sebagai pengarahan atau penyuluhan.

Artinya, seorang konselor dalam melakukan konseling berpusat pada klien. Meski demikian, tak menutup kemungkinan bahwa konselor akan berhubungan dengan permasalahan sosial, budaya, dan perkembangan selain adanya permasalahan yang berkaitan dengan fisik, emosi, dan kelainan mental.

Oleh sebab itu, dalam hal ini konseling akan melihat bagaimana klien atau konseli ini merupakan seseorang yang tidak mempunyai kelainan secara patologis. Selanjutnya, konseling di dalam pendekatan konseling ini juga merupakan proses pertemuan konselor dengan kliennya atau konseli dan memungkinkan terjadinya dialog.

Saat terjadinya dialog itulah, konseling mendorong kliennya atau konseli untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan bercerita, bukan untuk memberi terapi atau perawatan (treatment). Di sinilah terlihat letak perbedaan konseling dengan metode psikoterapi lainnya.

Sebelum melakukan pendekatan konseling melalui proses konseling, maka perlu dipahami bahwa tidak setiap orang yang datang atau klien atau yang juga disebut konseli memiliki masalah secara kejiwaan. Bisa jadi, orang-orang yang terlihat tidak memiliki masalah dan terlihat selalu bahagia tidak membutuhkan pertolongan.

Setiap orang pasti memiliki masalah dan membutuhkan tempat cerita sehingga dibutuhkannya konseling untuk menyelesaikan masalah mereka tanpa harus mendapat judgment yakni sedang mengalami suatu gangguan kejiwaan.

Mengapa Konseling Itu Penting

Meski kerap diabaikan, melakukan proses konseling dengan pendekatan sangat penting dilakukan karena adanya manfaat dan tujuan di dalamnya. Berikut ini merupakan alasan mengapa konseling terutama pendekatan konseling penting dilakukan berdasarkan manfaat dan tujuan konseling.

1. Manfaat Konseling

Konseling dalam pendekatan konseling dan di dalam berbagai aspek sangat penting karena memiliki manfaat seperti di bawah ini:

  • Konseling dan pendekatan konseling dilakukan agar konseli atau seseorang merasa lebih baik lagi, nyaman, dan merasa tenang karena konseling bisa membantu seseorang untuk menerima sisi yang ada di dalam dirinya.
  • Konseling juga dapat membantu seseorang terutama konseli untuk dapat menerima dirinya sendiri dan orang lain sehingga hubungan dengan orang lain lebih efektif dan lebih baik.
  • Konseling di dalam pendekatan akan membantu mengurangi tingkat depresi dan stres yang dialami karena sebuah masalah belum bisa terselesaikan.
  • Konseling di dalam melakukan pendekatan konseling mampu membuat seseorang mampu mengembangkan personel tentang cara berpikir yang positif.

2. Tujuan Konseling

Selain memiliki manfaat, dilakukannya konseling juga memiliki tujuan tersendiri. Berikut ini adalah tujuan dilakukannya konseling.

  • Konseling dan pendekatan konseling dilakukan agar seseorang memiliki komitmen yang kuat, terutama di dalam hal mengamalkan keimanan dan nilai ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik di dalam kehidupannya sendiri, keluarga, pergaulan terhadap teman, maupun pada masyarakat.
  • Konseling juga dilakukan dengan tujuan agar seseorang memiliki sikap toleransi kepada umat beragama dan saling menghormati serta memelihara setiap hak dan kewajiban masing-masing.
  • Dilakukannya konseling adalah agar seseorang memiliki sebuah pemahaman serta penerimaan diri baik secara objektif maupun konstruktif yang berhubungan dengan kelebihan maupun kelemahan secara fisik dan psikis.
  • Konseling dalam pendekatan konseling juga dilakukan dengan tujuan agar seseorang memiliki pemahaman yang berkaitan dengan irama kehidupan yang memiliki sifat fluktuatif antara hal yang menyenangkan dengan hal yang tidak menyenangkan dan mampu meresponsnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang telah dianut.
  • Konseling juga dilakukan dengan tujuan agar seseorang memiliki kemampuan dalam hal berinteraksi sosial serta mampu mewujudkannya dalam bentuk persahabatan, persaudaraan, maupun silaturahmi dengan sesama manusia.
  • Selanjutnya, konseling juga dilakukan agar seseorang memiliki kemampuan untuk dapat mengambil keputusan secara efektif.
  • Selain itu, konseling dan pendekatan konseling juga dilakukan agar seseorang memiliki sikap dan kebiasaan belajar dan menerapkan hal positif, misalkan berperilaku disiplin, jujur, dan berbagai aspek positif lainnya.
  • Konseling di dalam pendekatan juga dilakukan agar tercapainya tujuan seseorang yang memiliki kesadaran terutama di dalam hal potensi diri yang dimiliki dalam aspek belajar serta bisa memahami berbagai macam hambatan yang bisa kapan saja muncul selama proses kehidupan yang berjalan.
  • Terakhir, dilakukannya konseling agar seseorang memiliki keterampilan dalam berbagai aspek dan mampu menerapkan keterampilan tersebut secara efektif dan efisien serta memiliki pengaruh positif bagi diri sendiri dan orang lain.

Pendekatan Konseling dan Penjelasannya

Pendekatan konseling yang kerap disebut di dalam pengertian dan pemahaman mengenai konseling tadi juga biasa disebut sebagai teori konseling. Pendekatan konseling merupakan dasar bagi praktik konseling. Pendekatan dalam melakukan konseling dilakukan agar memudahkan seseorang untuk menentukan arah dan proses konseling.

Pendekatan konseling dilakukan sesuai dengan layanan konseling yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Di Indonesia, proses konseling tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja. Tetapi juga harus mencoba secara kreatif untuk memiliki bagian-bagian dari pendekatan konseling lainnya secara relevan.

Sementara itu, W.S Winkel dan Sri Hastuti (2010) mengungkapkan pendapatnya tentang pendekatan konseling sebagai suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir untuk menjelaskan apa yang terjadi selama proses konseling, perubahan bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu terjadi, dan apa unsur-unsur yang memegang peranan konseling.

Dengan adanya berbagai kerangka acuan berpikir di dalam pendekatan konseling tadi, maka peranan pokok dengan pendekatan konseling yang mencakup segi penerapan praktis dari teori konseling tertentu dapat tercapai.

Selanjutnya Sofyan Willis (2004) memiliki gagasan bahwa pendekatan konseling juga disebut sebagai teori konseling yang merupakan dasar bagi suatu praktik konseling.

Sedangkan menurut Nugent (1981), pendekatan konseling atau teori konseling adalah asumsi, konsep, model untuk menjelaskan komponen-komponen konseling yang mencakup asumsi pertumbuhan, perkembangan, dan pembelajaran, untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan serta mendeskripsikan proses sosialisasi.

Promo Buku

Sehingga jika disimpulkan, pendekatan konseling adalah penerapan dari teori-teori konseling yang digunakan sebagai dasar serta model yang dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling untuk membantu menyelesaikan masalah konseli.

Di dalam melakukan konseling, ada beberapa pendekatan yang biasa digunakan. Di bawah ini adalah jenis pendekatan yang ada dan penjelasan mengenai pendekatan tersebut.

A. Konseling Gestalt

Konseling gestalt atau teori gestalt ini merupakan dasar terapi karena adanya pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis. Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai keseluruhan dan memiliki kemampuan serta tanggung jawab.

Teori gestalt di dalam pendekatan konseling ini dikembangkan oleh Frederick S. Peris pada 1989-1970.

Tujuan teori atau konseling gestalt ini adalah untuk menyelesaikan atau memahami berbagai masalah, mencakup perasaan yang bisa atau tidak bisa diungkapkan; misalnya dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, rasa bersalah dan lain sebagainya. Dengan teori gestalt, diharapkan manusia dapat mengasosiasikan perasaannya dan menanganinya dengan baik.

Hubungan dilakukannya konseling gestalt adalah agar manusia dapat memahami berbagai aspek, yaitu ketika ia merasa tidak dipahami, ketika ia merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dengan lingkungan itu, ketika ia menjadi aktor dan bukan reaktor, ketika ia memiliki potensi untuk menyadari berbagai emosinya.

Dalam hubungan konseling dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan konseling ini memandang bahwa tidak ada yang ‘ada’ kecuali yang saat ini terjadi. Masa lalu dianggap sudah pergi dan masa depan belum dijalani, sehingga kehidupan manusia yang bisa ditentukan adalah saat ini.

Teknik pendekatan yang dilakukan pada konseling gestalt di antaranya adalah di bawah ini.

1) Permainan Dialog

Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk melakukan dialog dari dua kecenderungan yang saling bertentangan. Melalui teknik ini, klien akan mengarahkan dirinya sendiri pada suatu posisi di mana ia berani mengambil risiko. Biasanya penerapan teknik ini dilaksanakan menggunakan teknik ‘kursi kosong’.

2) Latihan Saya Bertanggung Jawab

Teknik ini dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaannya daripada memproyeksikan perasaannya kepada orang lain.

Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataannya dengan kalimat “….. dan saya akan bertanggung jawab atas hal itu”.

3) Bermain Proyeksi

Permainan dan teknik ini artinya memantulkan kepada orang lain tentang perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerima.

Biasanya hal ini dilakukan saat seseorang mengingkari perasaannya sendiri. Dalam teknik pendekatan konseling yang saat ini, konselor meminta pada klien atau konseli untuk melakukan percobaan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

4) Teknik Pembalikan

Teknik pembalikan ini adalah cara seseorang merepresentasikan dirinya dari pembalikan dorongan-dorongan yang mendasarinya. Pada teknik ini, konselor meminta klien memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan yang dirasakan atau dikeluhkan.

5) Tetap dengan Perasaan

Teknik di dalam pendekatan ini digunakan agar klien menunjukkan suasana hati yang tidak menyenangkan saat ingin menghindarinya.

Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin mereka hindari. Dalam teknik ini, konselor mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutannya agar mampu menyelami perasaan yang lebih dalam.

B. Konseling Behavioral

Konseling behavioral di dalam pendekatan konseling ini dimaksudkan agar seseorang mempelajari tingkah laku individu dengan berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar, di antaranya pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.

Konseling behavioral ini memiliki tujuan  untuk menghapus atau menghilangkan tingkah laku maladaptif atau masalah dan digantikan dengan tingkah laku baru yang adaptif dan diinginkan klien. Secara spesifik, beberapa tujuan dari konseling behavioral ini adalah:

  • Diinginkan oleh klien,
  • Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut,
  • Klien dapat mencapai tujuan tersebut,
  • Konseling dirumuskan secara spesifik

Teknik-teknik yang dilakukan pada pendekatan konseling behavioral pada pendekatan ini di antaranya:

1) Latihan Asertif

Latihan ini digunakan untuk klien yang mengalami kesulitan menyatakan diri bahwa tindakannya layak atau benar. Cara yang digunakan adalah dengan bermain permainan peran dengan bimbingan konselor dan melakukan diskusi kelompok.

2) Desensitisasi Sistematis

Teknik yang kedua merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.

3) Pengkondisian Aversi

Teknik pendekatan konseling yang satu ini digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Maksudnya, teknik ini digunakan untuk meningkatkan kepekaan klien dalam merespons hal yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

4) Pembentukan Tingkah Laku Model

Teknik ini digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien untuk memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Biasanya konselor akan menunjukkan tingkah laku melalui model, model audio, model fisik, dan lain sebagainya.

C. Konseling Terapi Rasional Emotif

Konseling ini merupakan pendekatan konseling yang melakukan suatu pendekatan dengan membantu memecahkan masalah yang disebabkan oleh pola pikir yang bermasalah dan mengubah pola pikir irasional menjadi pola pikir rasional agar menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu untuk berpikir rasional.

Tujuan dilakukannya konseling terapi rasional emotif ini adalah untuk membentuk pribadi yang rasional dengan mengganti cara berpikir yang irasional. Cara berpikir irasional itulah yang mengganggu emosional dalam diri manusia dan harus diubah.

Tahapan yang dilakukan dalam konseling dengan teori ini adalah, yang pertama adalah dengan menunjukkan kepada konseli bahwa dirinya tidak logis dan konselor membantu mereka memahami mengapa demikian dan menunjukkan hubungan gangguan yang irasional tersebut terhadap dampak ketidakbahagiaannya.

Kemudian tahap kedua adalah membantu konseli meyakinkan bahwa berpikir dapat ditantang dan diubah sesuai dengan pemikiran yang rasional dan memiliki keyakinan kuat untuk dapat mengarahkan keyakinan tersebut jadi hal positif.

Terakhir, konselor membantu konseli lebih berpikir rasional dan meninggalkan pemikiran irasional lebih dalam lagi.

D. Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan hubungan interpersonal antara seorang konselor atau beberapa konselor dengan sekelompok konseli. Biasanya, pendekatan konseling ini dilakukan agar konselor mampu membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan klien mengatasi dan menghadapi masalahnya.

Tujuan dilakukannya konseling kelompok yang paling utama yakni klien mampu menemukan dan memahami dirinya sendiri lebih baik, selain itu, konselor juga meminta klien untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain agar dapat menyelesaikan masalahnya.

Para klien juga dituntut untuk lebih peka pada kebutuhan orang lain dna mampu menghayati perasaan orang lain sehingga timbul kepekaan. Klien juga diminta menetapkan target secara kelompok agar bisa berperilaku yang lebih konstruktif. Dilakukannya pendekatan atau konseling kelompok ini harus melalui beberapa tahapan, di antaranya:

1) pembukaan

2) penjelasan masalah

3) penggalian latar belakang masalah

4) penyelesaian masalah

5) penutup

E. Konseling Individu atau Individual

Konseling individu pada pendekatan konseling ini merupakan pertemuan antara konselor dengan klien secara individual, yang mana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport atau saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Pada konseling ini, konselor akan berupaya memberi bantuan untuk mengembangkan pribadi klien.

Hal tersebut dilakukan konselor agar klien mampu mengantisipasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi. Biasanya, konseling ini dilakukan dengan model tatap muka atau interaksi langsung dan membahas berbagai hal tentang masalah yang sedang dihadapi klien.

Tujuan dilakukannya konseling individu antara lain, adalah:

  • menyelesaikan sesuatu yang tidak disukai keberadaannya
  • sesuatu yang ingin dihilangkan
  • sesuatu yang dapat menghambat atau menimbulkan kerugian

Tahapan yang dilakukan dalam konseling individual ini antara lain:

1) Tahapan awal

Di mana ada beberapa proses konseling di tahap ini, di antaranya:

  • membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
  • memperjelas dan mendefinisikan masalah
  • membuat penafsiran
  • menegosiasikan kontrak

2) Tahapan pertengahan

Pada tahap pertengahan memiliki berbagai proses:

  • menjelajahi masalah, isu, dan kepeduliaan terhadap klien
  • menjaga hubungan baik saat konseling
  • proses konseling berjalan sesuai kontrak

3) Tahap akhir

Tahap akhir ditandai dengan adanya beberapa hal yang membuat konseli akhirnya mengalami perubahan sikap positif dan dapat mengoreksi diri.

Tinggalkan komentar