Cara Berpikir Kronologis dalam Sejarah, Bagaimana?

Pernahkah kamu menceritakan sesuatu namun lupa dengan urutan kejadiannya? Atau justru kurang paham mengenai alasan mengapa peristiwa itu terjadi, dan siapa saja yang terlibat dalam cerita tersebut. Waduh, bisa-bisa ceritanya nggak lengkap dan ujung hoax.

Bicara tentang cerita, ingatkah kamu dengan mapel Sejarah? Sejarah berisi cerita di masa lampau yang disusun secara sistematis agar terbukti kebenarannya. Hayo, siapa disini yang suka ngantuk setiap pelajaran Sejarah? Tenang, belajar sejarah nggak sesulit itu kok. Kamu bisa mencoba konsep berpikir kronologis untuk memudahkan belajarmu.

Apa sih konsep berpikir kronologis dalam sejarah itu? Nah, pada artikel ini, kita akan membahas konsep berpikir kronologis dalam sejarah tersebut. Sudah siap belajar? Simak baik-baik ya!

Ciri-Ciri konsep berpikir kronologis dalam sejarah

Dengan memahami ciri-ciri konsep berpikir kronologis, kamu akan lebih mudah memahami dan menerapkan konsep berpikir tersebut.

Lantas, apa saja sih ciri-ciri konsep berpikir kronologis? Berikut beberapa ciri-ciri konsep berpikir kronologis dalam menganalisis peristiwa di masa lampau.

Affiliate Buku

Bersifat Vertikal

Sifat vertikal mengacu pada urutan kejadian yang berlangsung, sehingga setiap kejadian bisa diurutkan dari awal sampai akhir hingga runtut.

Fokus pada durasi kejadian

Proses berpikir kronologis ketika mempelajari kejadian di masa lampau termasuk dalam proses waktu.

Mempunyai Perbandingan

Perbandingan dengan cara berpikir kronologis berisi sebab akibat atau keberhasilan dan kehancuran peristiwa di masa lampau.

Menguraikan Peristiwa

Penerapan konsep berpikir kronologis untuk menganalisis kejadian masa lampau bisa memberikan informasi yang sangat rinci, karena dilakukan dengan menguraikan peristiwa secara runtut.

Meneliti kesinambungan peristiwa

Dengan menggunakan konsep berpikir kronologis, akan terjadi kesinambungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya di masa lampau.

Mempunyai cakupan yang cukup luas

Jika berpikir sinkronis mempunyai cakupan yang sempit, maka berpikir kronologis mempunyai cakupan lebih luas lagi, karena harus menggali setiap detail di masa lampau.

Jenis-jenis konsep berpikir kronologis

Konsep berpikir kronologis dalam sejarah ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu konsep berpikir diakronik dan sinkronik. Yuk, belajar sama keduanya.

Konsep Berpikir Sinkronik

Reseller Buku

Sinkronik berasal dari bahasa Yunani. ‘Syn’ artinya ‘bersamaan’, dan ‘chronos’ artinya ‘waktu’. Dalam sejarah, sinkronik merupakan cara berpikir luas dalam ruang, namun terbatas dalam waktu. Hal ini disebabkan karena sinkronis tidak mengungkapkan peristiwa dari awal hingga akhir.

Cara berpikir sinkronik fokus pada beberapa hal seperti penyebab, dampak, tokoh, tempat, dan lain sebagainya. Jadi, sinkronik menceritakan kejadian secara lebih mendalam. 

Selain luas dalam ruang dan terbatas dalam waktu, konsep berpikir sinkronik mempunyai ciri-ciri di bawah ini:

  1. Kajian peristiwa sejarah dilakukan secara sistematis 
  2. Konsep berpikir sinkronik bersifat horizontal, yaitu ketika melakukan analisis peristiwa harus mempertimbangkan aspek terkait baik yang dipengaruhi maupun mempengaruhi
  3. Dalam mempelajari peristiwa sejarah dilakukan secara mendalam 
  4. Karena pembahasan tidak dilakukan dari awal sampai akhir peristiwa (kronologis), maka jangkauan pembahasannya lebih sempit dan fokus di waktu tertentu.
  5. Konsep berpikir sinkronik tidak mempunyai konsep perbandingan 
  6. Dalam membahas peristiwa sejarah lebih fokus pada gejala-gejala, pola, dan karakter yang berkaitan

Konsep Berpikir Diakronik

Diakronik berasal dari Bahasa Yunani. ‘Dia’ artinya ‘melalui’ atau ‘melampaui’, dan ‘chronicus’ artinya ‘waktu’. Jadi, diakronik merupakan memanjang dalam waktu, namun terbatas pada ruang.

Cara berpikir diakronik disebut juga cara berpikir kronologis. Peristiwa disusun berdasarkan urutan waktu dari awal hingga akhir, agar tidak melompat-lompat sehingga menyebabkan kesalahan. Kamu diajak menelusuri dan menganalisis peristiwa berdasarkan jam, hari, minggu, bulan, atau tahun. 

Promo Buku

Ngomong-ngomong, kamu tahu nggak lawan dari kronologis? Ya, betul! Lawan dari kronologis adalah diakronis, yang artinya kesalahan dalam penempatan peristiwa yang tidak sesuai dengan sebenarnya. Dalam bahasa Yunani, anakronis artinya ‘melawan waktu’.

Peristiwa sejarah harus diurai memanjang dalam waktu, namun pembahasan aspek ruang menyempit. Hal ini disebabkan karena pembahasan tidak dilakukan secara mendalam pada semua aspek, namun hanya pada kronologis peristiwa.

Diakronik mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dari konsep berpikir sinkronis, yaitu:

  1. Konsep diakronik dalam sejarah merupakan model yang dinamis karena memandang peristiwa sejarah sebagai sesuatu yang terus berkembang sepanjang waktu. 
  2. Pembahasan peristiwa berfokus pada proses durasinya 
  3. Konsep berpikir sejarah diakronik digunakan dalam ilmu sejarah
  4. Pembahasan diakronik lebih bersifat naratif, bertransformasi dan berproses
  5. Urutan peristiwa sejarah menunjukkan konsep berpikir diakronik karena pembahasan berfokus pada hubungan sebab akibat
  6. Pembahasan sejarah secara diakronik memanjang dari segi waktunya

Untuk konsep berpikir sinkronik, peristiwa sejarah direkonstruksi meluas dalam ruang lingkupnya dan terbatas dalam waktu. Kehidupan masyarakat dianggap sebagai sistem yang terorganisir dan terstruktur.

Sedangkan konsep berpikir diakronik, cara berpikirnya terbatas dalam ruang lingkup namun memanjang dalam waktu. Kehidupan masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang aktif bergerak. Masyarakat selalu mempunyai hubungan sebab akibat dan kausalitas.

Baca Juga:

Cara Berpikir Kronologis

Ketika menggunakan cara berpikir kronologis, kamu harus mempunyai pengetahuan dan sering berlatih agar kemampuan berpikirmu semakin meningkat.

Cara berpikir kronologis penting untuk dilakukan, sejarah harus disusun sesuai alur waktu dan tempat terjadinya peristiwa. Jika tidak, maka sejarah tersebut bisa menjadi rancu. Berikut beberapa hal yang harus dipahami dalam konsep berpikir kronologis:

Konsep dan tujuan berpikir kronologis

Tujuan berpikir kronologis dalam sejarah yaitu untuk melatih seseorang agar bisa menyusun peristiwa secara urut dari awal hingga akhir. Dengan begitu, hasil analisis akan lebih komprehensif dan menyeluruh, mempertimbangkan sebab-akibat dan faktor penyebab berakhirnya peristiwa tersebut.

Pahami Konsep Waktu

Sebelum menggunakan cara berpikir kronologis, kamu harus memahami konsep waktu dalam sejarah. Beberapa konsep waktu tersebut antara lain:

  1. Progresi. Waktu terus berjalan memicu evolusi manusia, membentuk kerangka masyarakat yang sesuai tuntutan zaman.
  2. Rekurensi. “De javu Sejarah” menandakan adanya pola berulang pada rentetan peristiwa sejarah dari masa ke masa.
  3. Kontinuitas. Masyarakat biasanya mempertahankan aspek-aspek pola dan inti masa lalu dalam sejarahnya.
  4. Transformasi. Masyarakat sering mengalami transformasi yang signifikan dalam waktu singkat.

Pahami Keterkaitan Waktu dan Tempat

Konsep waktu dalam sejarah berfokus pada peristiwa di masa lampau yang terus berlanjut dan terbuka. Ruang, sebagai dimensi spasial merupakan lokasi terjadinya peristiwa sejarah seiring berjalannya waktu. Jadi, intinya, konsep ruang berfokus pada lokasi terjadinya peristiwa sejarah, sedangkan konsep waktu berfokus pada kapan terjadi peristiwa tersebut.

Unsur lokasi dan waktu merupakan aspek penting dalam perjalanan kehidupan manusia karena hidup manusia berkembang dalam perjalanan waktu di suatu tempat dimana aktivitas manusia terjadi.

Saat menggunakan cara berpikir kronologis, kamu harus menggunakan nalar dan kemampuan berpikir untuk mengingat berbagai tanggal dan lokasi penting dalam sejarah.

Fungsi berpikir kronologis dalam sejarah

Konsep berpikir kronologis dalam sejarah menekankan bahwa peristiwa sejarah harus ditulis sesuai waktu terjadinya secara runtut dan berkesinambungan. Hal ini untuk menghindari alur cerita yang tumpang tindih atau rancu.

Konsep berpikir kronologis tidak hanya mengurutkan, namun menekankan keterkaitan antar peristiwa pertama, kedua, dan seterusnya.

Contoh Konsep Berpikir Kronologis dalam Sejarah

Salah satu contoh konsep berpikir kronologis dalam sejarah, salah satunya adalah kronologis hari terakhir kekuasaan Presiden Soeharto. Berikut ini contoh kronologisnya:

  1. Tanggal 12 Mei: Tragedi Trisakti, 4 mahasiswa Trisakti terbunuh
  2. Tanggal 13 Mei: Kerusuhan pada bulan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di Solo. Ketika Soeharto sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir memutuskan kembali ke Indonesia. Pada pertemuan tatap muka sebelumnya bersama masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto telah menyatakan bahwa akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
  3. Tanggal 14 Mei: Demonstrasi bertambah besar hampir di seluruh kota di Indonesia. Demonstran mengepung dan menduduki gedung DPRD di daerah.
  4. Tanggal 18 Mei: Ketua MPR sekaligus ketua Partai Golkar, Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden.
  5. Tanggal 19 Mei: Soeharto berbicara di TV, menyatakan tidak akan turun dari jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya. Tokoh muslim seperti Nurcholis Madjid dan Abdurrahman Wahid bertemu Soeharto.
  6. Tanggal 20 Mei: Harmoko mengatakan, sebaiknya Soeharto mengundurkan diri pada Jumat, 22 Mei, atau DPR/MPR terpaksa memilih presiden baru. 11 menteri kabinet mengundurkan diri, mulai dari Ginandjar Kartasasmita, Bob Hasan, hingga Syahril Sabirin.
  7. Tanggal 21 Mei: Pada akhirnya, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 09.00 WIB. Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru di Indonesia.

Kesimpulan

Berikut informasi dari deepublishstore.com tentang cara berpikir kronologis dalam sejarah yang perlu kamu ketahui. Dengan memahami konsep cara berpikir kronologis, kamu akan lebih mudah dalam memahami sejarah.

Luqman Hakim

Lulusan Sarjana Teknik Sipil serta memiliki ketertarikan di bidang Pendidikan, Bisnis dan Wisata, saya juga memiliki ketertarikan di dunia penulisan SEO, copywriting, content writing, dan content marketing.

Tinggalkan komentar