Marketing in Crisis: Marketing Therapy – Menurut Bapak Rhenald Kasali, ada dua mazhab yang berkembang ketika krisis terjadi. Krisis apa? Tentunya krisis ekonomi. Krisis ekonomi bersama yang telah dilalui yaitu krisis moneter tahun 1998 yang awalnya diperkirakan melanda semua wilayah dan semua pelaku ekonomi di Indonesia. Tapi ternyata tidak.
Marketing in Crisis: Marketing Therapy
Menurut mazhab awan gelap, krisis di wilayah lain di waku yang sama merupakan satu indikator bahwa di wilayah ini akan terjadi krisis dalam waktu dekat. Mazhab awan gelap berfokus pada langkah-langkah prediktif akan terjadinya suatu krisis. Ia juga fokus pada tindakan preventif bagaimana caranya menghindari ‘krisis’. Masalahnya, krisis adalah situasi yang tidak terhindarkan. Pun selama berdekade-dekade bahwa para pakar ekonomi berusaha untuk memperkirakan tiap situasi krisis yang terjadi, tetapi tidak semuanya terprediksi.
Imbasnya, krisis di tempat lain yang mungkin saja tidak membawa pengaruh besar pada wilayah ekonomi di sini, karena para pakar sudah ‘ramai’ meramalkan adanya krisis, kemudian para pelaku ekonomi sudah bertindak seakan krisis sudah terjadi, maka, voila! Krisis pun terjadi. Padahal, sebenarnya bisa terhindarkan. Mazhab awan gelap yang awalnya beriktikad untuk memberikan tindakan jaga-jaga pada para pelaku ekonomi malah menebar kekhawatiran yang tidak perlu.
Maka dari itu, ada mazhab kedua yaitu mazhab awan terang. Pola pikir mazhab awan terang yaitu dengan adanya krisis di tempat lain, pasti masih ada kemungkinan bahwa di tempat ini, matahari bersinar cerah. Istimewanya lagi, di mazhab awan terang, walaupun kita berada di wilayah yang mendung gelap, mazhab awan terang masih berfokus bahwa adanya kemungkinan bahwa kita sebagai para pelaku ekonomi mendapat terpaan sinar matahari.
Rhenal Kasali melontarkan pertanyaan ‘kenapa kita selalu kaget dalam menghadapi krisis?’ Ternyata jawabannya sangat simpel, karena kita masih pemula dalam menghadapi krisis. Solusinya? Naik level dong jadi ahli menghadapi krisis.
Baca juga : HARGA KEBUTUHAN POKOK NAIK? SO, WHAT?
Saat menghadapi krisis ekonomi, para pelaku ekonomi terutama para marketing sangat perlu untuk memilliki mental juara. Para marketing yang bermental juara tidak takut, bahkan menikmati medan krisis yang sangat tidak aman, karena semakin pasar itu tidak aman, maka peluang dan potensinya (sebenarnya) makin besar. Marketing yang bermental juara berani bahkan tertantang untuk bermain di pasar yang tidak aman. Bukan berarti modal nekat. Namun itu artinya para marketing tersebut mempersiapkan diri dengan baik secara ilmu, kemampuan, dan amunisi-amunisi lainnya. [Sarah Kartika Pratiwi]
Beli buku : Buku Spiritual Marketing
Referensi: Kasali, Rhenald. 2009. Marketing In Crisis: Marketing Therapy.