10 Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala

Program Afiliasi

Cara mendidik anak yang keras kepala adalah tantangan bagi orangtua. Memang tidak mudah menghadapi anak seperti ini. Sebagai orangtua yang baik dan bijaksana harus bisa memahami penyebab di balik perilaku anak menjadi keras kepala. Sudah sewajarnya, sebagai orangtua mengharapkan anak-anaknya memiliki masa depan yang cerah, sekalipun si anak memiliki watak keras kepala. 

Pertanyaannya, bagaimana cara mendidik anak yang keras kepala? Orangtua perlu mengetahui alasan kenapa anak keras kepala dan bisa mengolah keras kepala yang cenderung negatif menjadi lebih positif. Berikut ulasannya. 

5 Penyebab Anak Keras Kepala

Anak keras kepala sering kali dipicu oleh berbagai faktor, yang bisa berasal dari cara pengasuhan atau kondisi emosional anak. Berikut adalah beberapa penyebab umum sikap keras kepala pada anak:

1. Gaya Pengasuhan Otoriter

Pola asuh yang terlalu ketat dan minim empati dapat memicu anak untuk menjadi keras kepala. Anak yang tidak diberi ruang untuk mengekspresikan pendapat cenderung memberontak dan mempertahankan kehendaknya, sebagai cara untuk menunjukkan eksistensinya.

2. Kebutuhan Emosional yang Tidak Terpenuhi

Anak yang merasa diabaikan emosionalnya akan berusaha menarik perhatian dengan cara ekstrem, termasuk bersikap keras kepala. Mereka tidak berniat melawan, tetapi hanya ingin diperhatikan dan dipahami.

3. Penguatan Perilaku Negatif

Kadang orangtua tanpa sadar memperkuat perilaku keras kepala dengan memberikan perhatian atau hadiah ketika anak mengamuk. Ini mengajarkan anak bahwa keras kepala adalah cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Konsistensi dalam aturan dan konsekuensi yang jelas dapat membantu menghindari hal ini.

4. Proses Perkembangan Diri

Keras kepala juga bisa menjadi bagian dari perkembangan anak, saat mereka mulai membangun identitas dan belajar mengambil keputusan sendiri. Selama diarahkan dengan bijak, sikap ini bisa membantu anak mengembangkan kepercayaan diri.

5. Modeling dari Lingkungan Sosial

Anak meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Jika mereka melihat orang dewasa bertindak keras kepala atau tidak menyelesaikan masalah dengan dialog, mereka cenderung meniru sikap tersebut. Orangtua perlu menjadi contoh dalam berkomunikasi dengan terbuka dan fleksibel.

10 Cara Mendidik Anak Keras Kepala

Sikap keras kepala anak tidak selalu buruk. Selama orangtua mampu mengarahkan dengan baik, maka keras kepala bisa dijadikan sebagai potensi dan bersifat membangun untuk anak.

Ebook Bisnis

Namun, jika tidak ditangani dengan bijak, sifat ini bisa berkembang menjadi perilaku yang sulit dikendalikan. Pertanyaannya, bagaimana cara mendidik anak yang keras kepala? berikut tipsnya. 

1. Kenali Akar Permasalahannya

Sebelum memberi label “keras kepala”, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab di balik perilaku anak. Apakah anak sedang mencari perhatian? Merasa tidak dimengerti? Atau sedang mengalami tekanan? Pendekatan kritis dimulai dengan menggali akar masalah, bukan hanya menilai dari permukaan.

2. Bangun Komunikasi Dua Arah

Anak yang keras kepala sering merasa bahwa pendapatnya tidak dihargai. Hindari gaya komunikasi satu arah yang penuh perintah. Alih-alih, ajak anak berdiskusi. Tanyakan pendapatnya, dengarkan keluhannya, dan berikan ruang baginya untuk mengekspresikan perasaan. Komunikasi yang sehat bisa meruntuhkan tembok “keras kepala”.

3. Jangan Melawan dengan Kekerasan

Menghadapi keras kepala dengan emosi hanya akan memperburuk keadaan. Anak cenderung akan semakin menantang jika orang tua menunjukkan sikap keras. Alih-alih menggunakan ancaman atau hukuman fisik, gunakan pendekatan yang lebih rasional dan penuh empati.

Baca Juga:

4. Berikan Pilihan

Anak yang keras kepala cenderung menyukai kendali. Untuk menghindari konflik, cobalah memberikan beberapa pilihan yang telah disiapkan. Misalnya, “Kamu mau membereskan mainan sekarang atau setelah makan?” Dengan cara ini, anak tetap merasa memiliki kendali, tetapi dalam batas yang telah tentukan.

5. Konsisten dalam Aturan

Anak keras kepala biasanya akan menguji batas kesabaran orang tua. Oleh karena itu, penting untuk tetap konsisten dengan aturan yang sudah dibuat. Konsistensi akan mengajarkan anak tentang struktur dan konsekuensi, yang sangat penting untuk perkembangan moral dan emosionalnya.

6. Ajarkan Anak Mengelola Emosi

Banyak anak keras kepala belum mampu mengelola emosinya sendiri. Bantu anak mengenali dan menamai emosinya, marah, kecewa, frustrasi lalu ajarkan cara mengungkapkannya dengan baik. Misalnya dengan menarik napas, menulis perasaan, atau berbicara dengan orang tua.

7. Jadi Contoh yang Baik

Anak adalah peniru ulung. Jika orang tua sering memaksakan kehendak, bersikap keras, atau tidak mau mendengar pendapat, maka wajar jika anak mencontoh sikap tersebut. Tunjukkan bagaimana menjadi pribadi yang terbuka, tenang, dan solutif dalam menyelesaikan masalah.

8. Gunakan Teknik Positive Reinforcement

Apresiasi perilaku positif anak sekecil apa pun. Pujian, pelukan, atau kata-kata dukungan bisa meningkatkan motivasi anak untuk berubah. Jangan fokus hanya pada kesalahan; berikan ruang bagi anak untuk merasa dihargai ketika berperilaku baik.

9. Libatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan

Salah satu penyebab anak menjadi keras kepala adalah karena merasa tidak punya kontrol dalam hidupnya. Libatkan anak dalam keputusan sederhana, seperti memilih baju, menu makan siang, atau kegiatan akhir pekan. Ini akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan mengurangi konflik.

10. Evaluasi Pola Asuh Secara Berkala

Tidak semua strategi mendidik cocok untuk setiap anak. Evaluasi kembali cara anda mendidik secara kritis. Jika perlu, konsultasikan dengan psikolog anak atau konselor keluarga untuk menemukan pendekatan yang paling sesuai dengan karakter anak anda.

Menghadapi anak yang keras kepala memang tidak mudah, tetapi dengan pendekatan yang kritis, penuh kasih, dan konsisten, karakter tersebut bisa diarahkan menjadi kekuatan positif. Dapatkan informasi menarik lainnya seputar cara mendidik anak yang baik dengan membaca artikel di Deepublish Store!

Luqman Hakim

Lulusan Sarjana Teknik Sipil serta memiliki ketertarikan di bidang Pendidikan, Bisnis dan Wisata, saya juga memiliki ketertarikan di dunia penulisan SEO, copywriting, content writing, dan content marketing.

Tinggalkan komentar