Dalam hidup, tentu saja seseorang pernah mengalami kekalahan atau bahkan keterpurukan. Hal tersebut membuat seseorang selalu teringat akan keterpurukannya dan bisa jadi jika tidak ditangani justru akan menjadi bumerang bagi kehidupan. Bagi sebagian orang, tentu saja akan berusaha untuk bangkit. Tapi beberapa lainnya bisa seolah terjebak di dalamnya.
Ketika seseorang bangkit dari keterpurukannya, mereka tentu sudah berhasil bangkit dari berbagai situasi buruk tersebut. Dan saat itulah Anda dapat melihat bagaimana resiliensi seseorang. Tapi, apakah resiliensi itu? Bagaimana penjelasan lengkap mengenai resiliensi?
Di bawah ini akan dijelaskan secara mendalam mengenai apa itu resiliensi dan berbagai hal di dalamnya dengan jelas.
Daftar Isi
Pengertian Resilensi?
Apa itu resilensi? Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit dan beradaptasi dengan baik setelah mengalami kesulitan atau tantangan dalam hidup, baik secara mental, emosional, maupun perilaku. Resiliensi tersebut dapat terus ditingkatkan di dalam siklus berkehidupan seseorang
Sehingga jika diartikan secara mendasar, resiliensi merupakan kapasitas tentang kemampuan seseorang untuk menerima, menghadapi, dan juga mentransformasikan berbagai masalah yang telah atau sedang dihadapi seseorang di dalam sepanjang hidupnya.
Biasanya, resiliensi ini digunakan untuk membantu seseorang yang menghadapi situasi sulit dan dapat digunakan untuk mempertahankannya, sehingga di kemudian hari dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Resiliensi tersebut biasanya dipengaruhi oleh adanya faktor internal yang meliputi kemampuan kognitif, gender, dan juga keterikatan seseorang dengan suatu budaya serta faktor eksternal dari keluarga dan juga komunitas. Tentu saja, seseorang resilien memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi, tingkah laku, dan juga atensi dalam menghadapi masalahnya.
Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi
Tentu saja resiliensi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Reivich dan Shatte, resiliensi terbentuk dari tujuh aspek atau faktor dari dalam diri seseorang, sebagai berikut.
1. Regulasi Emosi
Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang tetap tenang dalam kondisi penuh tekanan sehingga dirinya dapat mengendalikan diri apabila sedang merasa sedih, vemas, kesal, atau bahkan marah. Hal ini sangat baik untuk mempercepat penyelesaian suatu masalah karena pengekspresian emosi sangat tepat jadi kemampuan resilien.
2. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls merupakan suatu kemampuan untuk mengendalikan keinginan, kesukaan, dorongan, dan tekanan yang muncul dari dalam diri seorang. Ketika pengendalian impuls rendah, biasanya orang mudah mengalami perubahan emosi dengan cepat.
Oleh sebab itu, pengendalian impuls ini sangat penting untuk membuat sebuah lingkungan sosial kembali merasa nyaman yang akhirnya menghindarkan lingkungan sosial tersebut dari permasalahan.
3. Optimisme
Seorang resilien merupakan pribadi yang optimis sehingga memiliki harapan di masa depan dan mereka percaya hal tersebut dapat digunakan untuk mengontrol arah hidupnya. Individu yang optimis biasanya lebih sehat secara fisik, tidak mengalami depresi, memiliki prestasi, lebih produktif, dan lain sebagainya.
Hal ini karena optimisme mengimplikasikan bahwa seseorang percaya bahwa dirinya dapat menangani masalah-masalah yang muncul di masa yang akan datang.
4. Empati
Empati merupakan gambaran bahwa seseorang mampu membaca berbagai tanda psikologis dan emosi dari orang lain yang mencerminkan seberapa baik seseorang mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain.
5. Analisis Penyebab Masalah
Hal ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi berbagai penyebab dari permasalahan seseorang. Karena ketika seseorang tidak mampu memperkirakan penyebab permasalahannya dengan baik, maka akan kerap membuat kesalahan yang sama.
6. Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan pada kemampuan sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif, sehingga bisa mampu dan sukses. Oleh sebab itu, orang yang memiliki efikasi ini memiliki komitmen tinggi dalam memecahkan masalah dan tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan.
Ia juga tidak akan ragu karena kepercayaan dirinya penuh akan kemampuannya sendiri dan mampu menghadapi masalah dan bangkit dari kegagalan yang dialami.
7. Peningkatan Aspek Positif
Hal ini dimiliki resilien untuk meningkatkan aspek positif dalam hidup yang dinilai dari kemampuan melakukan dua aspek dengan baik yaitu mampu membedakan risiko yang realistis dan tidak realistis, serta memiliki tujuan hidup yang mampu melihat gambaran besar dalam hidupnya.
Mereka biasanya lebih mudah mengatasi masalah hidup dan berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi yang baik.
Baca juga: Tujuan Mempelajari Psikologi Pendidikan
Mengapa Resiliensi Sangat Penting dalam Kehidupan Kita
Setelah memahami pengertian dan faktor resiliensi, maka Anda dapat mengetahui mengapa resiliensi tersebut sangat penting dalam kehidupan. Berikut ini merupakan empat fungsi resiliensi menurut Rutter (dalam Yulia Sholichatun: 2012).
- Resiliensi bermanfaat untuk mengurangi risiko mengalami berbagai konsekuensi negatif setelah adanya kejadian hidup yang menekan.
- Resiliensi mengurangi kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setelah peristiwa hidup yang menekan.
- Resiliensi mampu menjaga harga diri dan rasa mampu diri.
- Dapat meningkatkan kesempatan seseorang untuk berkembang.
Contoh Resiliensi
Agar dapat mengetahui bagaimana resiliensi biasanya terjadi di kehidupan sehari-hari, berikut ini merupakan beberapa contoh resiliensi.
- Saat pandemi seperti ini, banyak hoax dan juga kekhawatiran yang hidup di tengah masyarakat. Orang yang memiliki resiliensi adalah orang yang mampu bersikap terbuka pada kebijakan, optimis bahwa pandemi akan berakhir, taat akan aturan pemerintah, tetap menjalankan protokol kesehatan, berupaya menjaga kesehatan, dan berpikir positif.
- Orang yang baru masuk ke lingkungan kerja yang baru mampu beradaptasi dengan baik, menghormati karyawan yang lebih lama bekerja, meskipun usianya di bawahnya, mengikuti aturan perusahaan dengan baik, sopan, mau belajar, dan juga bertanggung jawab.
- Ketika seseorang menghadapi masalah yaitu menjadi korban penipuan, ia mampu mengendalikan emosinya untuk tidak bertindak secara sepihak, berpikiran positif, menerima permintaan maaf dari pelaku, tidak tersulut emosi, tidak mempengaruhi orang lain untuk membenci pelaku, dan juga bersikap adil dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Artikel pertama kali ditulis oleh Yusuf Abdul Aziz, kemudian diperbarui oleh Muhammad Luqman H pada 27 Maret 2025.
Lulusan Sarjana Teknik Sipil serta memiliki ketertarikan di bidang Pendidikan, Bisnis dan Wisata, saya juga memiliki ketertarikan di dunia penulisan SEO, copywriting, content writing, dan content marketing.